Advertisement
Next
“Terkadang saya merasa pasangan suka berlebihan. Dia cenderung menghamburkan uang. Mungkin untuk menunjukkan dia mampu dan berpengaruh pada gengsinya sebagai laki-laki, tapi itu justru membuat saya tidak nyaman. Iya kalau hubungan kita langgeng, kalau kebetulan tidak, ada perasaan bersalah sudah membuatnya sia-sia mengeluarkan banyak uang. Semacam tidak balik modal,†cerita Stephanie Lila (28, pramugari). Laki-laki memang dikenal paling royal saat kencan, tapi bukan berarti perempuan tak ikut “menyumbang†pengeluaran. Rata-rata mengaku, mereka pun sebenarnya mengeluarkan biaya yang tak sedikit saat jatuh cinta.
“Absolutely, yes!†kata Francisca Wulan (32, wedding singer), “Kalau dulu pemborosan identik dengan laki-laki, aku rasa seiring perkembangan zaman, perempuan juga sah saja dan banyak saat ini yang mengeluarkan biaya cukup banyak untuk orang yang dicintai, entah untuk membeli hadiah-hadiah kecil atau bergantian mengeluarkan ongkos saat kencan,†tambahnya.
Advertisement
“Saya tidak mau orang menganggap saya manja, apalagi memanfaatkan hartanya. Sebagai perempuan yang punya penghasilan sendiri, saya lebih nyaman mengeluarkan uang daripada membiarkannya terus-menerus mentraktir. Ini secara tidak langsung membuat dia lebih menghargai saya. Terkadang akhir bulan sengaja menunda kencan supaya tidak terlalu boros. Jadi, kesimpulannya jatuh cinta butuh modal,†cerita Dwi Aria (27, sekretaris redaksi).
Next
Tak sedikit penelitian mengenai fenomena jatuh cinta dan dampaknya pada kondisi kantong. Dalam artikel “The Cost of Love” karya April Dykman yang dirilis Februari tahun lalu lewat www.getrichslowly.org, misalnya, disebutkan rata-rata seseorang bisa mengeluarkan minimal 13 juta Rupiah selama setahun sebagai konsekuensi dari jatuh cinta. Sebuah biro jodoh, It's Just Lunch, bahkan sampai mengadakan survei pada Oktober 2012 di Amerika terhadap hampir 4000 orang dan menemukan bahwa di kota besar, jumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan kencan jauh lebih tinggi.
Sekarang tak usahlah melihat hasil survei. Kita sendiri pasti pernah merasakannya saat mulai dekat maupun saat sudah menjalin hubungan dengan seseorang. Lebih mudah mengeluarkan uang untuk orang yang dicinta daripada untuk keperluan diri sendiri, walau sebenarnya tak ada anggaran dana untuk itu. Bahkan, untuk membeli hadiah ulang tahun atau sekadar membelikan sesuatu untuk orangtuanya, kita sampai rela mengusik tabungan yang selama ini pantang disentuh. Belum lagi fashion items baru, termasuk biaya membeli make up dan ke salon yang melonjak drastis demi penampilan maksimal dan mempesona untuk menyenangkan si dia.
Melly (29, PNS) juga mengakui bahwa sejak memiliki pasangan dia jadi lebih gampang mengeluarkan uang. “Ada saja alasannya, yang paling terlihat perubahannya adalah soal penampilan. Kalau dulu cuek, awal-awal jadian lebih kerap dandan, dan itu butuh modal. Tiap ke mana saja juga ingat pasangan, jadi kalau membeli sesuatu lebih sering double. Namun, semakin lama menjalin hubungan grafik pengeluaran otomatis menurun. Berusaha lebih berhemat supaya bisa menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan, walau jumlah pengeluaran tetap lebih banyak daripada ketika lajang. Aku berpikir bukan lagi hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk dua orang, aku dan dia.”
Advertisement
Next
Kita tahu, demi cinta apa pun akan dan sanggup kita lakukan. Pertama-tama, mengeluarkan biaya lebih tak akan menjadi masalah. Namun, kalau gaya hidup boros terus berlanjut, pernahkah berpikir berapa dari jumlah yang kamu keluarkan yang sebenarnya bisa menambah aset pribadi, bukannya malah menggerogotinya? Mengapa penting bersikap kritis terhadap pengeluaran, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan? Menurut Farhad Farhadi, seorang pakar keuangan personal dari MyVoucherCodes.co.uk, ketika nanti hubungan cinta berlanjut ke arah yang lebih serius—rumah tangga—masalah keuangan paling bisa menjadi pemicu utama perpisahan.
Berbohong soal keuangan pada pasangan, ketidakmampuan membayar hutang, dan tentu saja pemborosan, lebih kerap terjadi dan ampuh mengancam keharmonisan dibandingkan perselingkuhan dan kesibukan masing-masing. “Sangat mengejutkan melihat fakta ini, tapi memang uang begitu besar pengaruhnya terhadap keberhasilan hubungan,” kata farhad. Kita memang tak bisa membeli cinta, tapi menjalani kehidupan percintaan membutuhkan biaya. Nah, kalau mau memiliki hubungan cinta yang langgeng dan harmonis, bijaksanalah mengelola pemasukan dan pengeluaran untuk menghidupi sebuah hubungan yang sehat.