Advertisement
Next
“Awalnya biasa saja,†ujar Suparman Padma (77) ketika ditanya tentang pertemuan pertamanya dengan Nancy Suparman (76). Satu SMA dan dua tahun berada di kelas yang sama membuat mereka memulai hubungan dari pertemanan. Sehingga ketika ditanya seperti apa proses ‘penembakan’ yang dilakukan Suparman, mereka berdua tidak ingat. “Semua berjalan begitu saja. Intensitas bertemu yang cukup sering membuat hubungan kita berjalan sangat mudah.†Setelah 7 tahun berpacaran, pasangan suami-istri beda agama ini memutuskan untuk menikah dan berhasil mempertahankan pernikahannya sampai di usia ke 51 tahun.
Kuat di atas perbedaan
Advertisement
“Pesan saya ke Aki hanya satu saat itu, tidak peduli berapa tahun kami berpacaran, saya tidak mau menikah jika tidak direstui oleh orangtua.“ Maka ini menjadi tantangan untuk Suparman. Nancy yang beragama Nasrani mengakui adanya ketidaksetujuan dari pihak keluarga mengenai keputusan mereka menikah. Namun, kebaikan hati dan sifat Suparman yang supel dan tulus menggugurkan semua persepsi keluarganya tentang agama lain. Sehingga seiring dengan waktu berjalan, kedua belah pihak kelurga dapat menerima keputusan mereka berdua dengan ikhlas.
Pada masa itu pemerintah belum mempunyai undang-undang khusus tentang pernikahan beda agama. “Kalau keluarga sudah setuju, pemerintah nggak akan ikut campur,†papar Nancy. Namun, masalah belum selesai sampai di situ. Gereja yang menjadi tempat idaman Nancy untuk menikah, tidak bisa menerima calon pengantin berbeda agama. Pada akhirnya, Nancy berkompromi dan menikahi Suparman secara Islam tanpa berpindah agama.
Awal pernikahan, orangtua Suparman beberapa kali mengajak Nancy untuk mengaji. “Saya memberikan pengertian kepada mertua bahwa menurut saya itu sebuah kesalahan. Berpindah agama haruslah didasari dengan keyakinan, bukan karena pernikahan.†Ketetapan hati dan keyakinan Nancy diterima baik oleh kedua orangtua suaminya, menghasilkan hubungan yang harmonis di atas perbedaan yang ada.
Melihat satu sama lain
“Aki itu orang yang penuh perhatian. Bahkan seringkali menghiraukan dirinya sendiri untuk kepentingan orang lain,†ungkap Nancy pasti saat ditanya tipe seperti apa Suparman itu. Sifat perhatian yang dimiliki suaminya ini sudah ada dari mereka berpacaran dan tidak pernah berubah. “Dia itu pundungan. Kalau sedang marah, lama ngambeknya. Tapi saya sudah hafal kalau dia marah, jangan langsung didekati. Saat hatinya sudah tenang, dia yang akan datang sendiri ke saya dan mengajak untuk mencari solusi,†aku Nancy sambil tersenyum kepada Sang Suami.
Ketika saya meminta kepada Suparman satu hal yang menggambarkan Nancy, dengan becanda Ia menjawab, “Biasa saja. Saya juga bingung kenapa mau sama dia dulu.†Nancy pun ikut tertawa mendengar jawaban suaminya yang humoris. “Dari dulu nih dia seperti ini. Seperti ini kok bisa banyak temannya,†balas Nancy.
Next
Beraktivitas perkuat fisik dan pikiran
Bertemu dengan kedua pasangan ini pertama kali, saya tidak menyangka bahwa mereka masih berolahraga dan dua minggu sekali aktif latihan paduan suara. “Bergerak dan bertemu orang banyak. Hal ini bikin kita tetap sehat sampai sekarang,” papar Suparman. Dengan seru, kedua pasangan ini kemudian bercerita tentang Gateball, sebuah cabang olahraga yang sedang mereka ikuti sekarang. “Nggak banyak orang yang tahu tentang olahraga ini. Terkenalnya di Bali, dan memang untuk para lansia biasanya.”
Keinginan Suparman untuk selalu travelling kadang membuat Nancy gemas sendiri. Bahkan suatu hari, pria yang pernah backpacking sendiri ke Eropa saat berumur 40 tahun ini, menginap di Serang tanpa sepengetahuan orang rumah, dan berakhir pingsan di kamar hotel selama beberapa jam. “Dokter bilang syaraf Aki untuk memberitahu bahwa badannya lelah sudah putus. Jadi Aki suka tidak sadar kalau dirinya sudah tidak mampu,” cerita Nikita, cucu pertama mereka. Kalau sudah begini, ocehan Nancy tidak akan mempan untuk Suparman. “Yang bisa saya lakukan hanyalah menjaga dia dan tetap ada di sebelahnya 24 jam.”
Sumber kekuatan menjalani hubungan
Toleransi dan saling menerima adalah dua hal yang diakui menjadi sumber kekuatan pernikahan mereka. “Yah, pasangan yang punya agama dan ras yang sama saja bisa terjadi konflik, apalagi yang beda agama”. Menurut mereka, pasangan beda agama yang berpisah di tengah jalan berarti belum siap untuk menerima resiko. “Kesiapan itu penting. Dan lebih penting lagi menjadi tim solid yang siap menanggung resiko dan hadapi bersama,” tutur Nancy. Mendengar jawaban ini, Suparman mengangguk sambil berkata, “Ya, benar kata juru bicara saya,” mengundang tawa di tengah suasana makan siang hari itu.