Advertisement
Next
Hubungan sudah berakhir, tapi orangtua mantan masih saja rajin menghubungi, sekadar bertanya kabar maupun bertukar cerita. Wajarkah? Atau, mulai merasa risih dan ingin sesegera mungkin mengakhirinya karena tak ingin berurusan lagi dengan segala hal yang berbau mantan? Ini kata mereka yang berhasil tim FIMELA.com temui!
“Aku pernah mencoba tetap dekat dengan mereka walau aku dan pasangan sudah lama pisah. Tapi, aku sendiri yang akhirnya nggak kuat tiap kali ibu mantan cerita tentang mantanku yang sekarang begini-begitu. Pelan-pelan aku menarik diri, walaupun sesekali masih berkomunikasi, misalnya saat hari raya atau ulang tahun. Menghargai pasangan baru mantan juga sih, nggak nyaman aja kalau orangtuanya malah lebih dekat denganku.” -Samantha (25 tahun, relation officer)-
Advertisement
“Ada kebanggaan tersendiri bisa mengambil hati orangtua pacar, artinya kita diterima dengan baik dan dianggap pantas jalan sama anaknya. Itu juga jadi keuntungan buatku lho, karena dari kedekatan itu aku dan pacar yang sempat putus akhirnya balikan lagi. Pacar bilang, nggak ada perempuan yang orangtuanya sayangi dan menyayang orangtuanya seperti aku.” -Padma (24 tahun, supervisor)-
“Sering dulu mama mantanku menelepon, curhat kalau anaknya baru dekat dengan teman kampus, tapi mamanya nggak suka. Ujung-ujungnya minta supaya aku dekati mantan lagi dan kasih tahu pelan-pelan. Ada urusan apa coba? Bisa-bisa aku dikira masih cinta sama dia. Gengsi, kan? Diiya-iyain sajalah, yang penting orangtuanya sedikit lebih lega.” -Derry (28 tahun, model)-
“Saya pernah mengalami masa-masa bingung harus bersikap bagaimana. Di satu sisi, menjaga komunikasi dengan siapa pun itu penting, terlebih kalau hubungan kami sempat begitu dekat. Tapi, di sisi lain berhubungan dengan keluarga mantan itu menyakitkan, apalagi kalau masih menyinggung nama mantan, padahal kita mati-matian berusaha melupakannya.” -Audre (24 tahun, apoteker)-
“Seperti menyimpan duri dalam hati. Orangtuanya mengharapkan aku dekat lagi dengan mantanku, padahal itu nggak mungkin gara-gara mantan selingkuh. Lucu juga, mereka lebih membelaku daripada anak mereka sendiri.” -Titis (25 tahun, trainer)-
Next
Setujukah, kalau tetap bersikap baik dengan orangtua mantan sama artinya dengan menyimpan duri dalam hati? Terasa sangat dekat dengan lingkungan mantan, tapi dengannya sendiri seolah dihalangi tembok tinggi dan tebal. Terasa jauh. Ada untungnya memang kalau yang kita alami serupa dengan Padma. Dekat dengan orangtua mantan memperlancar misi untuk kembali mengambil hati mantan. Mendekati dan mengambil simpati keluarganya bisa jadi salah satu cara ampuh. Tapi, kalau hubungan kita sudah tak bisa disatukan lagi, maka bisa jadi beban tersendiri.
Orangtua mantan bukan orang yang bersalah atas perpisahan kalian. Bagaimana nervous, deg-degan, dan mati gayanya saat pertama berkenalan dengan mereka, lalu proses pendekatan yang juga tak mudah. Masak, setelah melewati perjuangan cukup panjang itu rela langsung memutuskan hubungan begitu saja? Dulu, mencari referensi sebanyak mungkin agar hubungan dengan (calon) mertua harmonis, giliran sudah sangat harmonis malah hubungan dengan pasangan yang berakhir. Menyakitkan? Tak apa, kalau Karen Sherman, psikolog sekaligus penulis Marriage Magic! Find It, Keep It, Make It Last sampai berbagi cara agar para perempuan sukses merebut hati (calon) mertua, kamu sudah selangkah lebih maju! Hargai pencapaianmu itu dengan tetap menjaga hubungan baik, apa pun risikonya.
Advertisement
Next
Tak ada yang tahu kan, kalau suatu saat jalanmu untuk berhubungan dengan mereka terbuka lagi, misalnya kamu berjodoh dengan anak mereka yang lain, saudara mereka, atau anak teman mereka? Eits, jangan bilang tak mungkin dulu. Semua bisa terjadi! Karenanya, menjaga hubungan yang sudah dibangun dengan susah-payah itu perlu. Sadar tidak, kamu dianggap spesial oleh mereka, karenanya tak ada yang rela kehilangan kamu.
Menurut psikolog yang juga pemerhati anak dan keluarga Zulia Ilmawati, yang sering menyebabkan hubungan kita dan mantan pasangan rusak adalah sikap saling menyalahkan, atau perkataan yang saling menyakiti, atau kenangan masa lampau yang menyebabkan perpisahan. Padahal, setelah benar-benar berpisah dan tak ada ikatan lagi, masing-masing seharusnya bisa menutup lembaran lama dan tak perlu terbawa suasana di masa depan. Jadi, masih berhubungan atau tidak, bersikaplah netral, termasuk dengan orang-orang di sekelilingnya yang pernah dekat dengan kita. Hubungan yang didasari dengan ketulusan, tak akan luntur oleh apa pun juga, apalagi sekadar status. Ikatan batin lebih berharga dari apa pun. Dan, bukannya memiliki “orangtua baru” jauh lebih menyenangkan? Kita akan dibanjiri perhatian, tak cuma dari orangtua sendiri dan orangtua pasangan yang baru (nantinya), tapi juga dari orangtua mantan yang berhasil kita curi hatinya!