‘Pencitraan’ dan ‘Sikap’, Dua Faktor yang Ikut Tentukan Keberhasilan Karir

Istilah ‘pencitraan’ seolah baru lahir setelah social media merebak beberapa tahun terakhir ini. Padahal pencitraan yang selama ini terkesan negatif hanyalah istilah lain dari ‘personal branding’. Tentunya kamu tidak asing lagi kan dengan istilah ‘personal branding’?

“Pencitraan dan personal branding adalah dua hal yang sama. Saya tidak setuju jika dikatakan pencitraan identik dengan sesuatu yang negatif. Apakah ‘branding’ adalah hal yang negatif? Tentunya tidak kan. Nah, begitu juga dengan pencitraan. Yang salah bukanlah pencitraan tapi oknum-oknum yang membuat pencitraan palsulah yang salah. Pencitraan kemudian akan menjadi salah jika ada orang yang melakukan pencitraan palsu dengan menampilkan sesuatu yang sama sekali berbeda dengan kondisi aslinya,” ujar Rene Suhardono, career coach, saat dihubungi FIMELA.com

Untuk membuat jaringan kerja yang akan mendukung keberlangsungan karir, tentunya personal branding atau pencitraan memang sangat penting. Namun, bukan berarti kita harus membuat pencitraan palsu  dan menyembunyikan keadaan atau pribadi kita yang sebenarnya. Bahwa menjaga attitude juga menjadi sangat penting mengingat kita tidak bisa lepas dari interaksi sosial.

“Orang bisa saja menyembunyikan karakter pribadi asli mereka lewat pencitraan yang mereka buat melalui akun social yang mereka miliki, misalnya. Namun, percayalah bahwa tidak selamanya orang bisa bertahan dengan kondisi seperti itu. Jika ada perbedaan antara pencitraan yang diterima dengan perlakuan yang didapat maka dengan sendirinya orang lain pun akan memberikan penilaian tersendiri. Jadi, jujurlah dan jadilah diri sendiri setiap kali bertindak dan melakukan apapun,” jelas Rene.

Sebagai makhluk sosial, tentu semua aspek kehidupan kita tidak bisa terlepas dari peran manusia lainnya. Oleh karena itu, personal branding dan juga networking sangat diperlukan dalam keberlangsungan perjalanan karir kita.

“Saya setuju jika dikatakan personal branding dan juga attitude bisa berdampak pada keberlangsungan karir, baik karir kita sendiri maupun karir orang lain. Misalnya saja saya, sebelum bekerja di tempat ini, saya dulu pernah bekerja di sebuah maskapai penerbangan asing. Rekan kerja saya yang selalu bersikap tidak ramah adalah alasan kuat bagi saya untuk meninggalkan tempat tersebut hanya dalam waktu 3 bulan. Bukan masalah load pekerjaan ataupun atasan, tapi lebih kepada lingkungan kerja yang tidak membuat nyaman. Saya lebih baik keluar daripada harus ber-partner dan membantu pekerjaannya,” ujar Sari, 25, Public Relation.

Maraknya melakukan pencitraan lewat media lain seolah membuat pencitraan secara langsung dengan cara menjaga sikap menjadi terlupakan. Padahal, menjaga sikap merupakan hal paling penting yang tidak boleh diabaikan setiap kali kita berinteraksi dengan orang lain.

“Beberapa hari lalu saya mengadakan pitching beberapa PR agency untuk memilih salah satu agency yang akan kami gunakan. Sebuah PR ternama, terpaksa saya coret dari list karena sejak pertama kali dihubungi melalui telepon hingga pada waktu pitching, wakil PR agency yang hadir bersikap angkuh. Dan berlaku seolah mereka sudah tidak lagi memerlukan klien. Nggak ada ruginya bagi saya mencoret satu nama PR agency dari list karena masih banyak PR agency lain yang antre untuk bekerja sama dengan kami,” Desy, 29, Marketing Communication.

Image yang ditangkap secara langsung oleh orang lain, secara otomatis pasti akan mudah langsung tersebar karena kesan yang ditinggalkan ketika berinteraksi langsung meninggalkan bekas yang cukup mendalam jika dibandingkan hanya berinteraksi melalui bantuan media lain. Yang patut digarisbawahi adalah manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan peran orang lain. Jadi, jangan pernah lupa untuk selalu menjaga sikap setiap kali kamu harus berhubungan dengan orang lain. Kamu nggak mau kan jika suatu saat karirmu terhenti di tengah jalan hanya karena kamu meninggalkan jejak rekam sakit hati akibat ulahmu yang tidak bisa membawa diri.