Advertisement
Next
Bidang pekerjaan yang cocok untuk saya memang seperti ini
Saya adalah lulusan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti. Masuknya saya ke perusahaan yang sekarang ini adalah manifestasi nyata kecintaan saya akan bidang public health. Awalnya saya terpikir untuk menjadi pengajar karena berminat dengan masalah kesehatan masyarakat. Tapi, itu berjalan lain. Semua berawal dari iseng-iseng melamar ke Unilever yang saat itu menerima siapa saja dari jurusan apa saja yang ingin bergabung ke dalam tim marketing research and sales. Tak disangka, ternyata saya lolos hingga di proses terakhir. Di situ saya seperti tertantang untuk membuktikan kalau saya pun bisa bekerja dengan baik walaupun bidangnya asing untuk saya. Pengalaman turun ke jalan langsung untuk berjualan, ditempatkan di daerah, hingga belajar ilmu marketing, menjdi pengalaman tersendiri untuk saya. Pilihan saya untuk menyeberang ke bidang lain ini ternyata nggak salah, karena dari sini saya seperti mendapatkan pelajaran hidup. Bukan hal mudah untuk saya ketika akan memasuki bidang ini, karena sempat harus bergulat dengan diri sendiri sambil menuliskan pro dan kontranya, juga banyak berdoa untuk meminta petunjuk kepada Tuhan.
Advertisement
Waktu berjalan, terasa nggak terasa kini saya sudah 24 tahun di sini. Jenjang karier saya bergerak baik seiring dengan pengalaman yang terus saya dapatkan. Apa yang saya dapatkan di sini menurut saya bisa terjadi karena dua faktor. Pertama, berkat perusahaan ini sendiri yang menyediakan ruang kondusif untuk perempuan seperti saya bisa berkarier, dan yang kedua adalah diri saya sendiri. Kontribusi saya untuk memang menyenangi bidang yang saya kerjakan dan terus mencari solusi kreatif di setiap permasalahan, membuat karier ini nggak berjalan di tempat. Satu hal juga yang membuat saya senang adalah, passion saya terhadap bidang sosiologi dan psikologi, bisa terpuaskan di sini, karena memahami target market itu membutuhkan pendekatan dengan ilmu tersebut.
Next
Membawa empati ke dunia pekerjaan
Menjadi seorang perempuan dan berprofesi di bidang manufaktur menurut saya adalah kombinasi yang cocok. Saya beserta tim yang juga banyak terdiri dari perempuan, bisa lebih banyak mengikutkan empati kami untuk target market yang juga perempuan. Divisi yang saya bawahi sekarang, yaitu personal care, adalah area yang sangat dekat dengan perempuan. Kita sebagai perempuan adalah pengambil keputusan untuk produk perawatan dan kesehatan untuk diri sendiri maupun keluarganya. Dari situlah saya beserta tim selalu melakukan studi secara intensif dan ekstensif serta melewati in depth interview untuk memahami konsumen seperti apa yang kami tuju. Hasil dari semua itu, lalu kami olah dengan cara berpikir dan bereaksi khas perempuan.
Salah satu contohnya adalah ketika mengiklankan produk Pond’s dimana kami mengaplikasikan empati keperempuanan kami. Ketika mengoleskan skin care ke kulit, kami menemukan fakta bahwa itu sebenarnya menjadi waktu untuk berpikir dan mengumpulkan percaya diri ketika dihinggapi rasa khawatir, takut, dan gelisah ketika akan menghadapi sebuah situasi tertentu. Apa yang diiklankan sebenarnya bukan hanya untuk kecantikan fisik, namun juga memiliki underline motive yang menjadi koneksi untuk konsumen. Hasilnya, konsumen menggukan produk kami bukan karena dipaksa, tapi berkat merasakan ada something in common antara mereka dengan produk kami. Semua itu berawalnya dari empati, kan?
Advertisement
Next
Hak perempuan dalam lingkungan kerja itu harus ada
Bekerja di dunia manufaktur bisa saya gambarkan sebagai sebuah pekerjaan yang kompleks. Setiap karyawannya, terutama perempuan, dituntut untuk harus bisa multitasking. Saya adalah salah satunya yang harus bisa berperan sebagai multitasker dengan menyeimbangkan antara urusan pekerjaan dan pribadi. Untungnya, perusahaan tempat saya bernaung sekarang sangat menyanjung hak-hak perempuan. Seperti yang pernah saya jalankan adalah dengan diperbolehkan mengambil unpaid leave selama 9 bulan agar bisa berkonsentrasi untuk mendapatkan momongan. Atasan saya sangat memahami kebutuhan saya untuk bebas sejenak dari urusan pekerjaan agar bisa segera hamil.
Selain itu, di sini pun disediakan daycare setiap pascaIdul Fitri dimana para pengasuh biasanya belum kembali. Jadi, karyawan perempuan bisa tenang bekerja dan yakin menitipkan anaknya di daycare yang nggak jauh dari tempat ibunya berkantor. Hal untuk menyusui anak atau memeras susu pun diperhatikan, dengan adanya nursery room yang nyaman dan bersih. Dengan adanya kebijakan semacam itu, perempuan memiliki keleluasaan untuk menyelaraskan dunia karier dengan urusan di luar kantor. Saya pun merasa kalau dengan bekerja nggak merasa dirugikan atau tidak nyaman. Saya masih bisa menentukan prioritas yang dijalankan lebih dulu dalam hidup saya.
Next
Kompetitor terberat untuk sukses berkarier adalah diri sendiri
Bila hanya sekilas melihat perjalanan hidup saya, terkesan saya adalah pribadi yang adventurous. Padahal sebenarnya saya sama sekali bukan seperti itu, saya hanya seseorang yang berani nekat di menit-menit terakhir. Seperti ketika saya masuk ke dunia korporat tanpa ada bayangan dan pengalaman sama sekali, saya beranikan diri sendiri untuk mengambil tantangan itu di saat-saat terakhir. Saya juga mengambil inisiatif untuk bisa mengaktualisasi diri dan jenjang karier, seperti ketika mengambil tantangan tugas-tugas berskala regional namun tetap berdomisili di Indonesia. Alasan dasarnya adalah karena saya memiliki suami yang punya bisnis di sini, sehingga nggak memungkinkan saya untuk dipindah ke tempat lain.
Pergesekan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi itu pasti ada, namun saya kreatif mencari solusi yang baik untuk keduanya. Nah, inilah yang sebenarnya susah, karena seringkali kita perempuan mudah menyerah ketika berhadapan dengan satu masalah berat. Seringkali kita suka tak sadar ketika berani menantang diri sendiri, sebenarnya mampu meraih lebih baik di karier dan pribadi. Tidak perlu harus kompetitif dengan orang lain, namun kepada diri sendiri kita “lemah”. Saya bukan orang yang suka berkompetisi dengan orang lain, karena sudah terlalu sibuk menaklukkan diri sendiri.
Advertisement
Next
Sisi lain saya sebagai perempuan karier
Menjadi perempuan mandiri menurut saya sudah berhasil saya lakukan. Di lingkungan kantor, saya dituntut untuk bisa mengambil keputusan dengan atau tanpa berkonsultasi bersama orang lain. Saya pun mampu mandiri secara finansial dari hasil jerih payah sendiri. Namun, kemandirian saya hanya sebatas itu, karena tetap saja saya seorang makhluk sosial dan perempuan. Ketika memiliki masalah yang rumit, saya harus berbagi cerita dengan suami saya. Biasanya, setelah itu rasanya hati dan kepala ini lapang rasanya, sementara malah suami yang gantian jadi kepikiran hahaha…
Tapi, inilah keseimbangan hidup yang saya syukuri. Saya bekerja dari pagi hingga malam, dan ketika sampai di rumah memiliki suami dan anak yang melengkapi hari saya. Memang rasanya saya sudah lama sekali nggak memiliki waktu libur karena 24 jam rasanya kurang. Namun, dengan berkumpul dan makan bersama keluarga saja itu sudah menjadi charger untuk saya bersemangat kembali.