Advertisement
Next
Untuk orang-orang terdekat dan tersayang, biasanya kita punya sapaan tersendiri buat mereka. Dan sapaan ini justru untuk menunjukkan gambaran tentang seberapa dekat kita dengan orang-orang tersebut. Mulai dari singkatan nama, gambaran fisik, hingga kata-kata yang mengarah sarkasme pun digunakan sebagai kata sapaan.
Misalnya saja, Cynthia, Yudho, dan Desy yang justru memanggil orang-orang terdekat dan kekasih mereka dengan sapaan yang terdengar sarkasme bagi orang lain. “Saya memanggil sahabat lelaki saya dengan sapaan ‘beruk’ sejak SMA. Saya menggunakan kata ‘beruk’ karena menurut saya (dan dia) beruk terdengar lucu, tanpa tahu artinya. Baru akhir-akhir ini kami tahu arti beruk adalah binatang yang jelek. Tapi, karena sudah 10 tahun melekat, sapaan ‘beruk’ masih terus kami gunakan hingga saat ini. Sedangkan untuk sahabat perempuan saya, kami biasa saling menyapa (maaf) ‘bebong glam’ yang berasal dari kata ‘babu’ dan 'glamour’ karena menurut kami dua hal ini sangat mewakili pekerjaan dan juga cita-cita kami. Dan masih ada beberapa sapaan lainnya yang mungkin terdengar kasar bagi orang lain,” Cynthia, 27, Marketing.
Next
Sedangkan untuk memanggil perempuan yang sudah dipacarinya selama 4 tahun, Yudho seorang karyawan sebuah bank swasta memanggil kekasihnya dengan sapaan ‘abi’. “Kami saling sapa dengan sapaan ‘abi’. Kata ‘abi’ berasal dari kata (maaf) ‘babi’ yang awalnya digunakan karena kata tersebut adalah kata pertama yang muncul saat dia berhasil membuat saya kaget luar biasa. Dan sapaan ‘abi’ kami gunakan hingga saat ini tanpa ada yang merasa tersinggung sedikitpun,” Yudho, 21, bercerita.
Untuk orang-orang yang tidak mengerti tentang “kesepakatan” yang ada di antara mereka, tentu sapaan seperti itu terdengar cukup kasar daripada jika dikatakan sebagai sapaan sayang. Dan untuk orang lain, bisa saja kata-kata tersebut menjadi senjata yang bisa mengacu ke arah verbal bullying. Tetapi, makna kata-kata tersebut seolah mengalami pergeseran saat digunakan kepada orang-orang tertentu. “Suatu perbuatan disebut bully jika memang niat awalnya dilakukan untuk menyakiti orang lain,” ujar Amanda Margia, dosen Psikologi sebuah universitas swasta.
Advertisement
Next
“Saya memanggil teman dekat saya dengan sapaan ‘anak setan’. Sejak awal kata itu tercetus kami berdua tidak ada yang marah karena memang tahu kami menggunakannya hanya untuk bercanda. Selain itu, sapaan ‘anak setan’ nggak digunakan oleh sebelah pihak, kami berdua saling sapa ‘anak setan’ saat bertemu,†Desy, 29, Marketing, ikut berbagi.
Memang justru sapaan-sapaan khas semacam itu menjadi tanda kedekatan kita dengan seseorang yang sekaligus juga menjadi tanda ‘kasih sayang’ kita pada mereka. Tapi, bukankah sebaiknya kita juga memberikan julukan atau sapaan yang sama baiknya dengan perasaan kita kepada mereka? Walaupun pada akhirnya makna kata-kata dan ungkapan sarkasme yang kita gunakan seolah menjadi tidak nyata. Karena adanya kesepakatan dan saling paham satu sama lain. So, think before you speak and speak for peace!
Speak4Peace adalah salah satu campaign ulang tahun kedua FIMELA.com, FIMELAFEST. Bersama Speak4Peace kami juga mengadakan seminar sehari Fimela: IWOW Conference, ikutan yuk! Petunjuk lebih lanjut bisa kamu baca di sini.
Empowered by