Advertisement
Next
Mungkin niat hati hanya iseng dan bercanda dengan teman, tapi kita tidak pernah tahu pasti apakah orang lain juga bisa menangkapnya sebagai bahan candaan. Verbal bullying, disadari atau tidak, sering terjadi di sekitar kita, baik di kanntor maupun di lingkungan sosial tempat kita menghabiskan waktu.
Untuk sebagian orang, mem-bully orang lain bisa jadi sudah menjadi bagian dari rutinitas harian mereka. Rasanya nggak pas jika satu hari berlalu tanpa mem-bully. Apakah kebiasaan mem-bully seperti ini terjadi karena memang ada kesempatan dan ada korban yang bisa di-bully atau karena memang si pem-bully punya masalah atau gangguan kepribadian?
Next
“Masalah kepribadian tidak sama dengan gangguan kepribadian. Jika yang dimaksud dengan gangguan kepribadian maka belum tentu setiap pelaku bully punya gangguan kepribadian. Tapi memang, biasanya pelaku bullying juga punya latar belakang yg bermasalah, baik pribadi maupun lingkungan tempat ia berkembang. Dan biasanya mereka bisa menjadi pelaku bully karena pernah atau masih menjadi korban bully (baik di rumah atau di sekolah dulu). Atau mereka terbiasa menerima atau melihat perilaku agresif dari orang lain sehingga mereka belajar bahwa melakukan kekerasan atau intimidasi terhadap orang lain adalah wajar dan dapat diterima masyarakat. Atau bisa juga perilaku bully dilakukan sebagai kompensasi dari ketidakmampuannya beradaptasi di area tertentu,” ujar Amanda Agustario, dosen Psikologi di sebuah perguruan tinggi swasta.
Berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh Amanda, Rosianna Silalahi, mantan jurnalis TV mengatakan bahwa bullying terjadi karena kurangnya sikap toleransi antarsesama. “Inti persoalan bullying adalah kita selalu merasa tren dan orang-orang yang berbeda dengan kita itu jelek. Jadi, jika kita ingin menghentikan bullying kita harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan setiap orang. Kita harus bisa terima bahwa setiap orang itu spesial,” ujar Rosianna Silalahi di sela-sela waktu pemotretan untuk FIMELA.com.
Advertisement
Next
Amanda berpendapat bahwa biasanya mereka yang menjadi korban bully adalah orang-orang yang memunyai kesulitan dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial, serta memiliki kepercayaan dan harga diri yang rendah. Bisa jadi kita tidak berniat melakukan bully, tapi siapa yang tahu nanti jika ternyata perkataan kita justru malah menyakiti lawan bicara. So, sebaiknya jika ragu dengan perkataan yang akan kita ucapkan, lebih baik urungkan niat untuk angkat bicara. Go silent and (just) speak for peace! “Menurut saya, iseng atau bukan iseng, sadar atau tidak sadar, selama perilaku seseorang mengarah pada tindakan mengintimidasi atau melakukan kekerasan (fisik ataupun verbal) terhadap orang lain sehingga menyebabkan orang lain tersebut tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (menjadi pemurung ataupun menarik diri) maka orang tersebut bisa disebut sebagai pelaku bully,” Amanda menambahkan.
Empowered by: