Advertisement
Next
Masih ingat dengan kasus perdebatan Nicki Minaj-Mariah Carey saat audisi American Idol yang berakhir dengan ancaman penembakan dari Nicki? Itu terjadi, salah satunya, karena Mariah menyebut Nicki jalang. Kemudian Stevie Nicks, dengan dalih membela Mariah, ikut mengeluarkan ancaman akan membunuh Nicki jika ia memperlakukan Mariah dengan kasar.
Perdebatan itu memang belum ada ujungnya, namun Stevie Nicks-lah yang akhirnya harus meminta maaf terlebih dulu atas pernyataan tak beralasannya. Itu semua dilakukan Stevie hanya karena tak rela sahabatnya yang sudah melewati banyak kesulitan di hidupnya itu merasa down lagi. “Aku bicara tanpa berpikir,” aku Stevie, “jadi aku benar-benar menyesal.” Paris Hilton pun sempat mendapat kecaman akibat pertanyaannya tentang gay sebagai orang paling cabul di dunia dan menjijikkan, dan sebagian besar dari mereka pun mungkin terjangkit AIDS. Kontan kaum LGBT tersinggung berat, dan membuat Paris mau-tak mau mengeluarkan permintaan maaf dan penyesalannya.
Solidaritas, merasa tak terima dengan tindakan kasar, atau terusik dengan kelakuan orang lain, memang seringkali membuat kita gerah dan terpancing emosi hingga mengeluarkan statement, kritikan, sampai keluhan yang, bukannya memberikan solusi, melainkan masalah baru. Istilah daripada diam lebih baik katakan sepertinya kian mendarah daging. Bukannya memilah mana yang pantas dan tidak disampaikan, yang penting bicara daripada diam nyatanya lebih menempel di kepala masing-masing dari kita. Padahal sadar nggak sih, pembicaraan yang kelewatan atau kritik berlebihan tanpa pikir panjang, hanya akan membuat siapa pun makin terbiasa berceloteh sia-sia?
Advertisement
Next
Atau, masih ada yang berpikir banyak bicara tanda orang pintar dan kritis menanggapi sesuatu? Peribahasa tong kosong nyaring bunyinya nyatanya masih berlaku, walaupun saat ini era-nya tiap orang bebas ungkapkan pikiran. Walaupun dilakukan dengan tujuan positif, misalnya, toh perkataan yang asal keluar dari mulut tak akan menghasilkan apa pun selain dampak negatif, yang tak jarang menyinggung pihak tertentu dan memicu konflik kepentingan. Artinya, makin banyak bicara, makin besar kemungkinan menyalahgunakan kesempatan bicara itu. Hasilnya seperti yang bisa kamu lihat di mana-mana, mulai dari konflik suami-istri, tawuran pelajar, perkelahian antarsuku, dan lainnya yang merugikan banyak pihak. Hal buruk terjadi bermula dari perkataan yang tidak pada situasi dan tempat yang tepat.
Psikolog Nilam Widyarini dari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma mengungkapkan kekerasan verbal atau pelecehan emosional memang sulit dikenali karena tak terlihat dan tak bisa dibuktikan secara kasat mata, karena itu lebih rentan terjadi tanpa disadari. Makin sering melakukannya, seseorang juga akan makin terbiasa dan menganggap apa yang ia ungkapkan wajar sehingga cukup sulit menyadarkan, apalagi mengubah kebiasaan yang sudah tertanam tersebut.
Kebebasan mengemukakan pendapat berfungsi untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, bukan jadi ladang verbal bullying yang cuma timbulkan konflik yang berujung pada perpecahan. Karena itulah, sebagai perempuan cerdas, kita pun harus pintar menjaga perkataan sesuai dengan kepentingan. Hati-hati bicara, speak for peace. Go silent and stop verbal bullying!
O,ya, Fimelova, FIMELA.com akan menggelar serangkaian acara FimelaFest yang penuh dengan hiburan sekaligus ilmu dan pesan inspiratif yang memotivasi para perempuan Indonesia untuk kian maju. Atas impian besar itulah kami menggelar Indonesia Wor(l)ds of Women 2012 (IWOW). IWOW merupakan konferensi satu hari yang menghadirkan beberapa pembicara perempuan dari beragam bidang dan latar belakang untuk berbagi kisah perjalanan mereka meniti karier dan mewujudkan impian sesuai dengan passion masing-masing. Para perempuan ini juga akan berbincang seputar Speak4Peace, yang saat ini terus dikampanyekan FIMELA.com. Penasaran? Daftar di sini dan sampai jumpa 9 November 2012!
Empowered by: