Sukses

Lifestyle

Cinta: Kalau Ragu Jangan Buru-buru

Next

Pernah merasa yakin seseorang adalah cinta sejati? Atau, si dia yang baru saja dikenal adalah laki-laki terbaik? Hati-hati, bisa jadi anggapan subjektif itu bukan murni berdasarkan apa yang kita lihat, melainkan bercampur dengan pendapat hati. Kalau sudah begitu, semua tentang dia terasa manis dan memabukkan. Betul? Sadar atau nggak, perasaan ini sangat menjebak. Membuat lupa diri dan jadi begitu mudah memberi keputusan untuk menjalani hubungan lebih bersamanya.

Sebaliknya, pernah jugakah tiba-tiba merasa bosan atau muak dengan pasangan, menganggapnya laki-laki paling menyebalkan dan ingin sesegera mungkin jauh darinya? Kalau dulu ada cinta tiap memandangnya, tiba-tiba yang ada tinggal benci. Lalu, dengan mudahnya kita mengutarakan niat untuk berpisah. Kalau sekadar berpacaran, mungkin lebih mudah mengakhirinya. Nah, kalau sudah sampai bertunangan, bahkan menikah, semua akan terasa lebih berat, kan.

Ini yang terjadi pada Mala, 27 tahun, sales representative. Lima bulan berpacaran, begitu mudah Mala menerima lamaran si pacar dengan pertimbangan kedua orangtua mereka sama-sama aktif dalam salah satu organisasi keagamaan dan cukup terpandang. Sayang, singkatnya hubungan mereka itu jugalah yang membuat Mala merasa nggak siap menikah, dan akhirnya memutuskan pertunangan, membuat keluarga besar kedua belah pihak malu bukan main. Alasan lainnya, Mala jatuh cinta lagi pada laki-laki yang baru dia kenal!

“Aku jatuh cinta lagi, dan kali ini rasanya lebih dari apa yang kurasain ke mantan tunanganku. Aku jadi bingung, sementara harus segera memutuskan mau terus melanjutkan pertunangan, yang artinya siap menikah satu bulan lagi, atau putus dan memulai hubungan baru. Berpikir semalaman, aku yakin pada pilihan keduaku, putus,” ungkap Mala. Akhirnya, akibat putusnya pertunangan itu, hubungannya dengan sang mantan dan keluarganya jadi buruk. Dan, apa Mala berhasil bersatu dengan cinta yang dia rasakan lain dari yang lain? Nggak.

Next

Laki-laki yang Mala jadikan alasan memutuskan tunangannya justru ikut menjauh. Ini alasan yang diungkapkan Ardo, 27 tahun, PNS, ketika tim FIMELA.com mewawancarainya. “Bukannya mempermainkan, tapi memang awalnya aku kagum sama dia. Kami sering jalan bareng saat Mala masih bertunangan, dan beberapa kali aku sampaikan juga rasa kagumku itu. Sempat kaget ketika Mala tiba-tiba bilang mau putus, padahal aku sama sekali nggak pernah memintanya. Walau begitu aku jadi merasa bersalah, jadi aku memutuskan menjauhi Mala supaya dia bisa berpikir jernih. Aku tahu Mala sempat kecewa berat ketika aku menjauh. Aku nggak mau orang berpikir akulah yang meminta Mala membatalkan pernikahannya. Rasa kagumku ketika itu, ya, sebatas kagum, nggak lebih.”

“Beberapa bulan kami putus hubungan. Nomor telepon dan pin BB-nya juga sempat aku hapus karena emosi. Tapi, aku nggak mau kehilangan orang terdekatku lagi. Apalagi, dia teman yang menyenangkan dan aku merasa cocok ngobrol dengannya. Jadi, aku memutuskan menghubunginya untuk menjalin hubungan baik, memperbaiki kesalahanku di masa lalu,” Mala melanjutkan cerita. “Iya, kami jadi teman dekat sekarang. Memulai hubungan dari awal lagi. Aku cuma takut kalau aku dan Mala berniat lanjut ke hubungan yang lebih serius, dia tinggalin aku seperti mantannya dulu!” kelakar Ardo, yang membuat Mala cemberut.

Itulah cerita singkat Mala dan Ardo yang kini bersahabat. Bisa mengambil sisi positif dari sana? “Intinya, makin mudah menerima, makin mudah juga kita mengakhiri sebuah hubungan. Beri waktu hati dan logika bekerja sama memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi andaikan kamu menerima seseorang maupun mengakhiri hubunganmu. Keputusan yang diambil terburu-buru bisa berakhir buruk seperti aku. Kehilangan semuanya dalam sekejap,” Mala menyimpulkan.

Sejalan dengan ungkapan Mala, dalam “Cinta Adalah Keintiman, Gairah, dan Komitmen”, Santy Yanuar Pranawati, dosen Fakultas Psikologi UKRIDA, mengungkapkan, “Emosi dan logika memang harus dikawinkan. Gunakan hikmat yang ada untuk tidak menjadikan cinta hanya emosi sesaat. Bagaimana kita bisa membedakan cinta sesaat dan cinta sejati? Hanya waktu yang bisa menguji. Tidak tergesa-gesa dan beri kesempatan kepada cinta untuk berperan dalam ceritanya!”

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading