Advertisement
Next
Media sosial memang jadi sasaran empuk untuk stalking. Tanpa perlu trik atau usaha yang berarti, kita sudah bisa melihat kegiatan orang lain, bahkan menu makannya hari itu! Penasaran dengan kehidupan seseorang, terutama sang mantan, setelah berpisah dengannya, membuat Anya, 22 tahun, mahasiswi, rutin mengecek timeline dan menge-zoom foto-foto terbaru sang mantan untuk mendapatkan informasi sedetail mungkin. “Sebenarnya awalnya iseng. Nggak tahu kenapa, paling asyik memang kepo ke mantan, walaupun nggak jarang juga aku buka timeline teman atau gebetan. Perasaannya lebih campur-aduk saat tahu kegiatan barunya tanpa aku,” Anya mengaku.
Coba diingat-ingat lagi, apa yang biasanya kamu lakukan saat membuka akun Facebook? Membalas komentar, mengunggah foto, mengutak-atik profil, atau melihat timeline “orang-orang terpilih”, yang biasanya justru dilakukan jauh lebih intens dan banyak makan waktu? Bahkan mungkin, kamu salah satu stalker berbakat yang paling tahu si dia sekarang seperti apa, sedang apa, di mana, siapa pacar barunya, sampai beberapa detik yang lalu sedang makan apa!
Banyak penelitian dilakukan terhadap fenomena ini, salah satunya yang dilakukan Veronika Lucas, mahasiswi tingkat akhir program Master Western University. Dalam tesisnya, "It's Complicated: Romantic Breakups and Their Aftermath on Facebook”, dia mengungkapkan bahwa 88% pengguna Facebook melakukan pengintaian terhadap sang mantan. Fenomena yang sangat menarik, bukan? Bagaimana nggak, kalau dulu ingin tahu kegiatan si mantan kita cuma bisa menanyakannya ke orang terdekat atau, kalau benar-benar niat, mengikutinya, kini tinggal duduk manis semua sudah bisa kamu tahu. “Ya, begitulah. Dulu zaman SMA untuk memastikan pacar selingkuh atau nggak, susahnya setengah mati. Kalau sekarang, timeline atau pesan Facebook sangat bisa jadi bukti,” Pipit, 31 tahun, travel consultant, membenarkan.
Advertisement
Next
Pasti ada pro dan kontra dalam tiap fenomena, demikian juga ketika mengintai mantan lewat Facebook. Kalau beberapa mengaku melakukannya karena rasa penasaran yang nggak bisa ditahan, atau sekadar iseng sampai ketagihan, Windy, 27 tahun, fotografer, mengaku sama sekali nggak pernah melakukannya. Demikian juga Putri, 24 tahun, writer, yang mengatakan cuma melihat update status dari sang mantan, itupun secara nggak sengaja dan bukan karena berniat mencari tahu. Mereka sepakat mengatakan “penikmat” Facebook mantan adalah orang-orang yang belum bisa move on. Sementara Bulan, 28 tahun, sales officer, mengatakan sudah nggak peduli lagi dengan para mantannya, sehingga nggak tertarik mengingat, apalagi mencari tahu.
Apa itu artinya mematai-matai sang mantan sama sekali nggak ada gunanya? Untuk yang satu ini, Dewi, 30 tahun, research & development officer, nggak setuju, “Kalau memang masih sayang sama mantan, lebih baik memantaunya lewat social media ketimbang langsung menghubungi dia. Bisa turun pasaran, gengsilah! Memang sih, lama-kelamaan bisa jadi ketagihan dan makin kepo, jadi nggak boleh berlebihan juga. Wajar kalau di masa awal perpisahan masih mengintai mantan untuk tahu perkembangannya setelah berpisah dengan kita, tapi kehidupan kita sendiri mesti lebih diperhatikan. Pada saatnya, kita harus sadar kehidupannya dan kita sekarang sudah berbeda.”
Masih penasaran, tim FIMELA.com pun menanyakan perasaan beberapa Fimelova setelah melakukan pengintaian berkala. Kepuasan, sakit hati, atau sakit hati tapi puas sih, yang lebih mendominasi isi hati? “Sulit mengungkapkannya. Bisa membayangkan nggak sih, saat rasa penasaran nggak bisa ditahan, tangan dan mata gatel buka timeline, tapi setelah tahu jadi kepikiran seharian gara-gara si dia sepertinya jauh lebih sukses sekarang? Menyakitkan sekaligus puas, atau puas tapi menyakitkan, memang sulit dijelaskan,” jawab Dewi. Pipit sendiri mengaku stalking sekadar keisengannya tanpa tendensi apa pun. “Dibilang sakit hati, nggak juga sih. Mungkin lebih ke puas karena bisa tahu dia seperti apa sekarang. Nggak ada rasa iri atau keinginan buat mendekatinya lagi. Aku bahkan sudah bertahun-tahun nggak berkomunikasi dengannya. Ini seperti menjalin silaturahmi tanpa komunikasi!”