Menurut kamus Cambridge, bliss berarti kegembiraan yang sempurna. Perfect joy. Dalam bekerja, kegembiraan sempurna itu harus kita temukan. Begitu didapat, segalanya akan berjalan lancar.
Sudah tiga kali saya bertemu dengan Mbak Vitra, pramugari senior Garuda Indonesia, di jalur Jakarta – Balikpapan. Setiap kali bertemu, dia selalu tampak segar, gembira. Semua tamu disapa satu-satu. Hanya diperlukan sekali pertemuan saja, Mbak Vitra sudah menyapa saya dengan nama. Ia ternyata kenal saya dari jaman majalah Cosmopolitan (whoaaa! that was 10 years ago, Mbak: Thank you!).
Advertisement
Di pertemuan ketiga ini, kami sempat mengobrol sedikit tentang pekerjaan kami masing-masing. Mbak Vitra sudah menjelajah langit berbelas tahun. Dan meski sudah berbelas tahun, ia tetap merasakan debar semangat yang sama setiap kali terbang. Ia suka pekerjaan ini. Tawaran bekerja di darat, banyak. Tapi panggilan langit biru, tak bisa ditolak. Ia –sekali lagi- suka pekerjaan ini. Soal gaji yang cukup dan bukan berlebih, itu tak perlu dibahas, karena tak penting. Buat Mbak Vitra, berkain dan berkebaya biru setiap pagi, menyambut teman seperjalanan, mengedarkan koran sampai melepas semua di tempat tujuan: a perfect joy. A bliss. Kegembiraan yang sempurna.
Kemarin, di Balikpapan, saya dapat teman baru: Henny. Pada suatu ketika, Henny bekerja di perusahaan minyak. Tetapi di tengah jalan, ia merasa ada hal lain yang membuatnya gembira. Dan pekerjaan bergaji lumayan itu ia tinggalkan. Banyak yang bilang Henny salah langkah, terlalu idealis, keras kepala, nggak ngitung hari besok. Tapi Henny tak peduli. Baginya, kegembiraan yang sempurna lebih penting. Maka melajulah ia dengan proyek yang dia suka: membuat perpustakaan kecil, ruang belajar untuk anak-anak yang tak mampu, berbagi ilmu pada remaja dan mahasiswa yang mau belajar. Ketika bercakap dengannya, tampak jelas betapa matanya berbinar, tangannya menari ke sana ke mari begitu bicara soal proyek-proyeknya itu. Semua yang ia kerjakan hari ini membawa kebahagiaan sempurna. Hidup terasa penuh. Dan itu yang penting baginya.
Lalu ada Jeannette. Sejak awal ia tahu bahwa kebahagiaan sempurnanya ada di dunia fashion. Buat Jeannette, fashion adalah semburan air dingin di pagi hari, yang membuatnya bangun, lompat, lari. Bicara soal cincin membuatnya ‘menyala’. Ia tahan berdebat soal baju Anne Hathaway mana yang paling keren. Lantaran tahu apa yang membuatnya gembira senantiasa, Jeannette memilih magang di majalah InStyle. Semua yang membuatnya menyala, semangat, berbinar, ia temukan di sini (Jeannette bisa membuat teman sekantor menuruti aturan dress code of the day di setiap hari Senin, sepanjang tahun). Soal gaji, ia tak pusing.
Mbak Vitra, Henny dan Jeannette, menemukan api yang menyalakan semangat dari hari ke hari: pekerjaan, minat yang tepat. They found their bliss and keep it forever in their heart. Dan mereka bertiga juga punya satu kesamaan: tak peduli dengan uang yang dibawa pulang.
Jadi uang tak penting? Mbak Vitra bilang –dan saya setuju- ketika pekerjaan yang disuka sudah di tangan, gaji nomor dua. Itu bonus. Gaji besar tapi pekerjaan kurang pas di hati, kegembiraan sempurna itu tak akan muncul.
Once you found your bliss, you will live happily. Others will follow.
QUESTION OF THE DAY:
Sudahkah kamu temukan pekerjaan apa yang benar-benar kena di hati?
- Pekerjaan sekarang, selain memberi gaji yang baik, adakah membawa ketenangan dan kegembiraan? Kalau tidak, mungkin harus cari yang lain.
- Kegiatan apa yang setiap kali dilakukan pasti merasa senang?
- Perhatikan keahlian yang dimiliki saat ini, adakah yang selalu dipuji teman-teman setiap kali kamu pamerkan? Jangan-jangan itu ‘bliss’ kamu.