Advertisement
Next
Sadarkah kamu jika terlalu memaksakan diri dalam bekerja justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas kerjamu. Pemerintah dalam peraturan tenaga kerjanya menuliskan bahwa dalam satu minggu, seorang karyawan hanya boleh bekerja selama 40 jam dan maksimal jam kerja lembur dalam satu minggu adalah 12 jam.
Adakah di antara kamu yang tahu atau memerhatikan peraturan tersebut? Tidak lain dan tidak bukan peraturan tersebut adalah untuk menjaga keseimbangan hidup para karyawan agar pemilik usaha tidak sewenang-wenang dalam mempekerjakan karyawan mereka. Bahwa bekerja tanpa jeda akan menghasilkan rasa jenuh yang justru akan memberikan dampak buruk ke semua aspek adalah hal yang tidak bisa diabaikan.
Advertisement
Next
“Saya termasuk orang yang menggampangkan waktu istirahat kerja (cuti), jam kerja harian saya yang padat, bahkan cenderung mengharuskan saya bekerja selama 6 hari dalam seminggu membuat saya agak keteteran dalam menyiasati waktu cuti. Saya tidak memberikan waktu libur teratur untuk diri saya sendiri. Tapi, ada satu tanda yang sering saya perhatikan saat saya benar-benar berada dalam kondisi jenuh tinggi, yakni menurunnya daya konsentrasi dan jika itu sudah terjadi biasanya saya menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 3 kali lebih lama dari biasanya. Biasanya saya memerhatikan gejala ini selama satu minggu, jika selama satu minggu kondisi kinerja saya terus-menerus seperti itu maka artinya saya harus segera mengambil jatah cuti dan berlibur,” Nia, 25, Financial Advisor.
Advertisement
Next
Sebagai setiap orang individu, tentu kita punya tolak ukuran tersendiri kapan tubuh dan pikiran kita harus diistirahatkan total dari pekerjaan sehari-hari. “Saya orang yang termasuk sederhana dalam mengartikan konsep liburan. Bagi saya liburan adalah mengosongkan setidaknya satu hari dalam hidup saya tanpa bersentuhan dengan pekerjaan. Bagi saya, dua kali dalam satu bulan saya wajib menarik diri dari pekerjaan kantor dan memberikan waktu untuk diri dan pikiran saya beristirahat. Tidak harus pergi jauh, yang penting saya pergi ke satu tempat dan membebaskan diri saya dari pekerjaan. Jadi, saya tidak akan menunggu sampai tubuh saya memberikan sinyal untuk beristirahat karena memang saya mewajibkan diri saya untuk memberikan jeda dari rutinitas pekerjaan minimal 2 kali dalam sebulan,” Reni, 25, Public Relation sebuah maskapai penerbangan.
Next
Terkadang memang bukan kuantitas yang diperlukan dalam memberikan jeda istirahat pada tubuh, tetap kualitaslah yang memegang peranan penting. Misalnya saja, buat kamu yang setiap hari harus berurusan dengan komputer, report, dan klien setiap hari, pasti rasanya akan sangat lega jika bisa melewati satu hari tanpa bersentuhan dengan ketiga hal tersebut.
“Ada satu hal penting yang dikeluarkan tubuh saya sebagai sinyal untuk jeda bekerja dan itu biasanya selalu terjadi jika saya memang sudah mengalami kejenuhan akut. Jika saya sudah mengalami insomnia selama satu minggu berturut-turut, itu tandanya saya harus segera mengajukan cuti ke bagian HRD untuk segera berlibur. Dan setiap saya perhatikan memang insomnia akut inilah yang menjadi sinyal untuk saya mengambil waktu berlibur dari rutinitas saya sehari-hari di kantor. Ambil jatah cuti setidaknya 3 hari dari kantor, pergi ke satu tempat dan benar-benar membebaskan diri dari urusan pekerjaan maka dengan sendirinya insomnia pun menghilang. Entah kenapa, tapi siklus seperti inilah yang saya rasakan selama 5 tahun saya bekerja,” Ara, 27, Accounting.
Kadar stres yang tinggi pastinya memberikan dampak negatif tersendiri bagi psikologis kita, salah satunya adalah insomnia akut seperti yang dialami oleh Ara yang berprofesi sebagai accounting. Insomnia hanyalah salah satu bentuk gangguan psikologis yang muncul akibat ketidakseimbangan mental pada kita. Bahkan, beberapa psikolog menyebut insomnia akut adalah salah satu bentuk gangguan jiwa.
Tentu jika dibiarkan terus terjadi, insomnia akan mengarah pada pengurangan funsgi organ tubuh, kelelahan dan rasa jenuh pasti akan terjadi; dan justru akan memicu pada berkurangnya produktivitas dan kualitas kerja. So, rasanya nggak ada salahnya jika kamu mengambil hak istirahat atas tubuhmu secara teratur setiap bulan. Lagi pula, apa gunanya diberikan waktu libur 2 hari dalam satu minggu jika kita tidak bisa mengoptimalkannya untuk beristirahat.