Advertisement
Next
Tahun lalu, MyVoucherCodes.co.uk mengadakan survei pada 1.000 lebih lajang dan menemukan bahwa uang, selain bisa menjadi alasan untuk menggaet pasangan, juga bisa jadi pemicu putusnya hubungan cinta. Artinya, uang dianggap menjadi faktor penentu dalam hubungan percintaan, dan 58 persen lajang menyetujuinya. Farhad Farhadi, pakar keuangan personal MyVoucherCodes.co.uk mengungkapkan, “Mengejutkan mendapati hasil survei ini karena ternyata uang begitu besar pengaruhnya terhadap keberhasilan hubungan.” Masalah penggunaan uang yang terlalu boros bisa memancing masalah serius dalam hubungan. Lalu, kalau uang dan hubungan jadi karib, pertanyaan di atas kembali hangat, lebih boros mana, lajang atau berpasangan?
"Masalah penggunaan uang yang terlalu boros bisa memancing masalah serius dalam hubungan."
Advertisement
Melly, 29 tahun, berpendapat, “Punya pasangan lebih boros. Dulu waktu masih lajang aku lebih cuek. Setelah punya pasangan jadi harus lebih memperhatikan penampilan, belum lagi apa-apa belinya nggak cuma satu sekarang, pasti ingat pacar. Sepele sih, jajan, makan, baju-baju lucu, tapi lama-lama kalau ditotal banyak juga.” Mendengar jawaban Melly itu Leonardus, pacarnya, 29 tahun, langsung sewot. “Justru itu yang suka bikin kesal. Perempuan maunya beli ini-itu. Kalau duit didompet masih ada mungkin dia juga nggak akan berhenti belanja. Saya sampai capek mengingatkan dia untuk lebih hemat. Sekarang sudah lumayan, per bulan masing-masing punya uang jatah, mau nggak mau harus cukuplah.”
Itu cara pasangan Melly dan Leonardus mengelola keuangan mereka. Mengeluarkan banyak uang saat awal-awal mempunyai pasangan, atau saat mengejar seseorang, itu wajar. Biasanya laki-laki yang paling boros dalam hal ini. Mentraktir makan, nonton, beli boneka lucu, atau yang paling urgent, biaya transportasi, sudah pasti dikeluarkannya pada masa pendekatan. Grafik pengeluarannya itu akan menurun saat dia sudah berhasil menggaet pasangannya dan memutuskan serius menjalin hubungan. Karena itulah pasangan akan mulai berpikir dua kali saat mengeluarkan uang, memilih tempat makan yang lebih murah atau mengurangi jadwal nonton, misalnya, karena lebih memikirkan tabungan masa depan. Perencana keuangan Ahmad Gozali mengungkapkan, kebiasaan menabung memang agak sulit dilakukan, padahal banyak sekali kegunaannya, misalnya untuk dana cadangan yang bisa digunakan sewaktu-waktu saat mendadak kita butuh dana cash. “Dengan menabung artinya kita peduli pada masa depan kita sendiri, sebab dari tabungan itulah tujuan dan cita-cita kita bisa terwujud, seperti keinginan untuk menikah,” ungkapnya.
"Dengan menabung artinya kita peduli pada masa depan kita sendiri."
Menabung nggak cuma berlaku untuk yang sudah berpasangan. Si lajang juga harus memikirkan masa depannya sendiri sekaligus belajar berhemat. Nggak ada salahnya kan, mengalokasikan budget beli aksesori, baju, sepatu, dan lainnya ke tabungan? “Banyak sekali produk keuangan yang bisa kamu gunakan untuk menabung, tabungan, deposito, unitlinked, dan reksadana. Ya, untuk pertama kali gunakan produk keuangan yang aman, dalam arti dana yang kamu tabung tidak berkurang dan juga mudah transaksinya, yaitu tabungan dan deposito. Positif, untuk kesejahteraan di masa depan,” tambah Ahmad.
Next
“Aku merasa balance saja. Lajang atau berpasangan seperti sekarang masing-masing ada saatnya lebih boros, juga lebih hemat. Tiap bulan kan, nggak bisa diprediksi bakal ada pengeluaran dadakan apa saja. Yang paling terasa ya jelas aku bisa menabung lebih banyak karena pengeluaran bulanan jadi tanggung jawab suami. Pengeluaran untuk makan juga lebih sedikit karena bisa masak di rumah, jarang jajan. Biaya kos pun utuh karena sudah tinggal di rumah sendiri. Lebih menguntungkan sih overall, tapi mungkin akan berbeda setelah dapat momongan,†cerita Nandira, 25 tahun.
Jadi, sebenarnya boros atau nggak kembali lagi ke pribadi masing-masing. Saat lajang kita memfokuskan pengeluaran untuk diri kita sendiri, atau mungkin juga untuk keluarga. Tapi, saat sudah berpasangan fokus kita bergeser ke pasangan, dan anak nantinya. Bisa jadi saat fokus mulai terbelah, secara otomatis kita juga mengurangi porsi belanja untuk diri sendiri dan mengalihkannya ke hal lain. Memiliki pasangan di samping kita justru ada untungnya lho, bisa saling mengingatkan untuk lebih berhemat, sementara saat lajang nggak ada yang peduli pada pengeluaranmu yang selangit selain dirimu sendiri, atau diingatkan oleh tagihan kartu kredit yang membengkak.
"Berpasangan untuk kehidupan yang lebih baik, bukan menambah beban baru dan jadi nggak sejahtera cuma gara-gara nggak bijak mengelola keuangan."
Kalau kamu merasa saat lajang lebih boros ketimbang saat punya pasangan, artinya pasanganmu berperan positif dan bijak dalam mengelola keuangan. Kamu pun lebih dewasa mengatur keuanganmu sendiri. Sebaliknya, kalau saat berpasangan pengeluaranmu jadi berkali lipat, pasti ada yang keliru di sana. Kebutuhan hidup yang meningkat karena memiliki momongan itu wajar, tapi kalau kamu masih tetap hobi menghamburkan uang untuk hal-hal nggak jelas sementara pengeluaran rumah tangga juga menuntut didahulukan, kamu perlu duduk bersama pasangan membicarakan langkah ke depan untuk menyelamatkan keuangan rumah tangga kalian. Berpasangan dan hidup berumah tangga untuk kehidupan yang lebih baik kan, bukannya menambah beban baru dan jadi nggak sejahtera cuma gara-gara nggak bijak mengelola keuangan.
“Mengelola keuangan sebenarnya mudah, tapi yang tidak mudah adalah mengubah kebiasaan yang selama ini sudah dikerjakan. Ibaratnya, kita biasa menulis pakai tangan kanan, kemudian diharuskan menggunakan tangan kiri. Begitu pula dengan perencanaan keuangan. Boros sebenarnya tidak masalah asal sudah membayar hutang, sudah menabung, dan sudah membayar premi asuransi. Saat menerima penghasilan tiap bulan, coba lihat lagi catatan pengeluaran. Dari sana terlihat kan, berapa besar pengeluaran yang sebenarnya bisa dialihkan, dialokasikan untuk hal lain atau menambah tabungan,†tutup Ahmad. So, hemat memang harus dimulai dari diri sendiri kan, bukan dari status.