Advertisement
Next
Fibriyani Elastria: Nothing is too impossible to be true
Mungkin tidak semua orang familiar dengan wajah perempuan mungil yang satu ini. Vice President of Corporate Branding, Marketing & Communication PT A.J. Sequis Life ini mengawali karirnya di dunia profesional dari nol. Perempuan kelahiran 1979 ini kali pertama bekerja pada usia 22 tahun, sesaat setelah Fibri menyelesaikan kuliahnya di Bandung.
“Pada tahun kedua kuliah, perusahaan konstruksi yang dibangun oleh kedua orangtua saya jatuh bangkrut akibat krisis moneter 1998. Saya tidak pernah tahu persis seberapa buruk kondisi finansial keluarga kami saat itu karena saya kuliah di Bandung. Baru setelah lulus dan kembali ke Jakarta, saya menyadari betapa buruk situasi keluarga kami dan saat itu saya seperti dibangunkan dari mimpi indah. Kemudian saya tersadar bahwa ini saatnya saya mengambil alih tanggung jawab dan membantu keluarga untuk tetap bertahan,” ujar Fibri berbagi cerita.
Advertisement
Sejak usia 22 tahun hingga saat ini, Fibri telah menjajal posisi sebagai seorang marketer di 5 buah perusahaan besar bertaraf nasional dan internasional. “Be a Bumble Bee: Never let anyone tells you that you can’t do something or your dreams are out of reach, because nothing is too impossible to be true” adalah prinsip hidup yang dipegangnya sejak dulu hingga ia bisa mencapai prestasi setinggi ini di usianya yang relatif muda.
Perempuan yang juga mempunyai ketertarikan di bidang fashion ini percaya setiap orang harus membentuk personal brand mereka sepanjang perjalanan karir. “You will meet the same circle of people again and again, and those people will be the source of information about what kind of brand that you stand for, as a professional as well as a person. That’s why, I am a big believer that throughout your career, you need to have not just a smooth take off, but also a great flying as well as a smooth landing because that’s how you build your personal brand and reputation over time,” ujar Fibri.
Next
Kartika Hariyani: “My Dream Comes True”
Kendala ekonomi bukanlah suatu alasan bagi seseorang untuk maju. Ini dibuktikan oleh Kartika Hariyani, perempuan berusia 25 tahun yang sekarang menjabat sebagai seorang Diploma di Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Anak ke-3 dari 5 bersaudara ini membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang untuk bisa meraih impian.
“Saya tumbuh di keluarga yang cukup besar. Menjadi orang pertama di keluarga yang berhasil kuliah dan meraih gelar sarjana adalah hal yang luar biasa. Dulu, saya sempat sedikit khawatir dan bertanya-tanya apakah usai menyelesaikan pendidikan SMA saya bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi,” tutur perempuan kelahiran tahun 1987 ini.
Bermimpi sebagai Diplomat telah terpatri di benaknya sejak ia masih SMP. Untuk mewujudkan impiannya sebagai Diplomat, perempuan yang biasa disapa Tika berusaha dengan cara giat belajar. Alhasil, berbagai beasiswa tingkat nasional dan internasional pun berhasil diraihnya saat masih sekolah. Tidak hanya bersinar di dunia pendidikan, Tika pun aktif dalam berbagai kegiatan sosial.
Usai menyelesaikan kuliah, Tika sempat bekerja di Lembaga dan Agen Pendidikan Australia selama satu bulan. Setelah satu bulan bekerja, Tika ditawarkan untuk menjadi manajer di tempatnya bekerja. Namun, semua tawaran yang datang kepadanya ditolak dengan alasan ia ingin mengejar impiannya menjadi seorang Diplomat dengan mengiktui tes Pejabat Diplomatik dan Konsuler (PDK) di Kementerian Luar Negeri (Kemlu).
“Walaupun belum ada kepastian akan lolos tes PDK Kemenlu, saya tetap memilih untuk meninggalkan pekerjaan dan posisi yang ditawarkan pada saya saat itu. Saya optimis saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Dan hasilnya, saat ini saya berhasil menempati posisi yang sudah saya inginkan sejak 10 tahun lalu. Life is only once, so we have to make the best of it. Cause we don’t want to regret for things we haven’t done in the past. Live life to the fullest,” ujar Tika.
Advertisement
Next
Marlina Yenny Sugama: Sukses Jalankan Dua Bisnis Berbeda
Siapa bilang dua dunia yang sama sekali berbeda tidak bisa berjalan beriringan? Marlina Yenny Sugama atau yang biasa disapa Marlin sukses menjalankan bisnis yang datang dari latar belakang berbeda. Tanpa sengaja, pada usia 21 tahun, Marlin pun mulai belajar menjadi seorang pengusaha bersama teman-temannya.
“Saat berusia 21 tahun, desain game yang saya buat bersama teman-teman ternyata menarik perhatian investor. Mereka memercayai kami untuk memulai sebuah perusahaan pengembang videogame dan itulah yang membuat saya tidak sengaja menjadi wirausaha. Namun, karena kurang pengalaman dan tidak ada background bisnis akhirnya usaha yang saya kelola berubah menjadi “pabrik” pembuat game-game kecil,” Marlin bercerita.
Marlin menjalankan bisnis games-nya sejak tahun 2002 hingga akhirnya pada tahun 2007 ia membuka usaha lagi dan kali ini Marlin membuka usaha tanpa menggandeng investor. Lagi-lagi saat tengah asyik menjalani bisnisnya sendiri, Marlin kembali mendapat tantangan baru. Ayah Marlin terkena stroke ringan dan ini memaksa Marlin untuk mengurus usaha garmen keluarganya. “Menyadari keterbatasan perkembangan potensi diri, di tahun 2007 saya memulai perusahaan sendiri, kali ini tanpa investor. Namun baru beberapa bulan berjalan, ternyata ayah saya terkena stroke ringan. Saya sebagai anak tertua diminta untuk menjalankan usaha keluarga di bidang garmen baju anak-anak,” ujar Marlin mengenang.
Personal image adalah salah satu hal terpenting yang perlu kita jaga dalam bisnis, kepercayaan selalu menjadi landasan yang baik untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.Usaha di bidang garmen dan usaha di bidang games, dua dunia yang sama sekali berbeda. Tapi, atas nama keluarga dan passion, Marlin berusaha menjalankan kedua usaha yang dibebankan kepadanya. “Saya berusaha untuk mempertahankan keduanya, demi keluarga dan demi passion. Setelah tiga tahun berjalan, akhirnya saya bisa membuat “sistem” sederhana yang terdiri dari orang-orang yang sangat bisa saya percaya untuk menjalankan kedua usaha ini. Saya percaya, jika ingin sukses kita harus dikelilingi oleh orang-orang yang bisa saling diandalkan,” Marlin berbagi.
Sebagai seorang pengusaha, nama baik tentu menjadi modal paling utama untuk menjalankan bisnis. “Personal image adalah salah satu hal terpenting yang perlu kita jaga dalam bisnis, kepercayaan selalu menjadi landasan yang baik untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak. Personal image yang terjaga baik menjadi salah satu bukti reliabilitas dan kredibilitas kita dalam menjalankan bisnis,” ujar perempuan yang berencana membuka usaha di bidang social media ini.
So, kata siapa tidak mungkin menjadi perempuan muda yang sukses dan berprestasi? Nggak percaya? Cek di sini!