Advertisement
Next
Hubungan jarak jauh masih tetap jadi tantangan berat bagi para pasangan, walaupun saat ini teknologi memungkinkan siapa pun berkomunikasi tanpa batas. Benar begitu? Tim FIMELA.com sempat bertanya pada beberapa Fimelova yang pernah menjalani pacaran jarak jauh. Beragam responsnya, ada yang sukses, ada yang gagal sebelum “maju perang”, dan ada yang menyerah di tengah jalan.
“Waktu itu aku nggak yakin bisa ngelewatin masa-masa 2 tahun pisah, dia di Jogja dan aku di Medan. Mamaku memang sengaja bikin aku jauh sama dia karena nggak setuju hubungan kami yang beda suku. Tapi ternyata kalau jodoh nggak ke mana, buktinya kami tetap awet sampai sekarang bisa sama-sama lagi di Jakarta,” kenang Nita, 23 tahun, yang mengaku tak pernah tertarik pada laki-laki lain selama jauh dari pacar.
Advertisement
Next
Hubungan jarak jauh juga pernah dialami Bunga Citra Lestari saat masih berpacaran dengan Ashraf Sinclair. BCL di Jakarta, sementara Asraf masih berkarier di Malaysia. Hubungan jarak jauhnya dilalui Bunga dengan santai, karenanya tak pernah ada masalah berarti. Untuk menyiasati hubungan jarak jauhnya, Bunga dan Ashraf rutin berkomunikasi lewat telepon, SMS, maupun email, dan sesekali Bunga terbang ke Malaysia, walaupun cara ini lumayan menguras kocek.
Bunga tak pernah memaksakan diri dan pasrah. “Aku bawa santai, intinya aku harus percaya pasanganku dan kalau sudah ditakdirkan bersama ya bersama, kalau tidak ya bagaimana lagi,” akunya. Kesibukannya juga jadi salah satu pengobat rindu yang manjur, karena dengan berkegiatan Bunga tak punya waktu mencurigai atau bersikap over protektif pada Ashraf. Terbukti, kan, dengan hubungan yang sehat mereka bisa menikah dan tetap langgeng hingga kini.
Bagaimana denganmu? Pernah atau sedang mengalami masa-masa berjauhan dengan si pacar? Apa yang membuatmu bertahan atau menyerah? Erika, 24 tahun, berbagi cerita, “Pacaran berjauhan sempat sih, tapi cuma bertahan seminggu karena aku pikir nggak ada gunanya. Toh, dia sama sekali nggak punya target kapan hubungan ini akan diseriusin. Realistis saja, aku akhirnya memilih mengejar impianku yang lain. Aku rasa dia juga berpikir lebih baik seperti ini.”
Advertisement
Next
Lain cerita dengan Nia, 23 tahun, yang berpisah selama 2 bulan dengan si pacar karena harus mengurus persiapan studinya di London. “Aku pikir saat itu masa percobaan. Setahun lagi aku bakal tinggal di London lumayan lama untuk meneruskan studiku, jadi kalau saat itu berhasil dan lancar, kemungkinan aku akan terus lanjut sama dia. Sayangnya kami nggak bisa sama-sama, dan jarak jadi salah satu alasan kenapa kami akhirnya mutusin pisah di samping alasan lain yang sudah menyangkut prinsip.”
Di antara begitu banyak hubungan jarak jauh yang dilewati pasangan, hanya sedikit yang bertahan. Tapi, masuk akal tidak sih kalau hubungan jarak jauh sebenarnya bukan alasan tunggal dari kandasnya sebuah hubungan, melainkan lebih karena alasan lain yang menyangkut perasaan dan prinsip masing-masing? Hubungan yang dijalani dengan jarak sejauh apa pun pasti bisa dilewati dengan sukses oleh tiap pasangan yang memang punya mimpi sama, dasar dan misi sejalan, saling percaya dan punya tanggung jawab pribadi. “Masing-masing harus saling percaya dan dewasa. Tak boleh egois, berpikir sempit, dan buang jauh-jauh kecemasan tak beralasan. Intinya, berpikir positif,” jelas psikolog Ieda Poernomo Sigit Sidi. Kalau menurutmu? Share dong, Fimelova!