Advertisement
Next
Untuk kasus Uwie, wiraswasta, 25 tahun, pilihannya dan suami untuk tinggal serumah dengan keluarga suami adalah karena pertimbangan ekonomi. Sebagai pasangan pengantin baru yang belum mapan secara finansial, keputusan untuk sementara waktu seatap dengan mertua adalah yang terbaik sembari mengumpulkan uang untuk kemudian mengontrak rumah. Namun sayangnya, selama setahun masa pernikahan mereka berada dalam rumah yang sama dengan mertua, malah membuat rencana angkat kaki sesegera mungkin dilaksanakan. Alasannya, apalagi kalau bukan karena tidak akur dengan mertua.
Memangnya apa yang terjadi? Uwie menyebut kehidupan serumahnya dengan mertua dalam istilah “sangat nggak nyaman”.
Advertisement
“Hal remeh seperti bumbu dapur hingga masalah sensitif seperti keuangan, sangat mudah jadi masalah dan sumber diam-diaman dengan mertua. Sebenarnya, suami sudah tahu sifat keluarganya seperti apa, tapi awalnya dia berpikir nggak akan seburuk seperti yang terjadi sekarang. Nyatanya, setelah dijalani malah terlihat seperti ide buruk dan makin membuat nggak betah,” akunya.
Layaknya jalan cerita opera sabun, kehidupan rumah tangga Uwie juga diwarnai dengan konflik dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain. Prasangka “dianaktirikan” pun nggak terhindarkan dari Uwie dan suami, karena menurutnya sang mertua lebih menyayangi dan secara verbal membanggakan saudara dari suami karena dianggap lebih pintar dan lebih bisa menyenangkan hati sang mertua.
“Mertua saya masih konvensional yang mengagungkan gelar seseorang. Kakak ipar saya yang berprofesi sebagai dokter, lebih didengarkan omongannya dan lebih dipercaya. Itu semakin memparah hubungan saya dengan mertua karena mereka terasa sekali sangat perhitungannya bila berurusan dengan saya atau suami, tapi sebaliknya kalau dengan kakak ipar,” keluhnya.
Next
Itulah sebabnya, tanpa ingin memperpanjang masalah, sebulan terakhir ini, ia dan suami sudah keluar dari rumah mertua dan menjalani kehidupan rumah tangga tanpa intervensi siapapun. Karena pernah menjalani masa nggak enak seatap dengan mertua, maka Uwie pun bisa menyarankan kepada teman-temannya yang berencana menikah dan tinggal dengan mertua, untuk lebih memikirkan matang-matang tentang keputusan tersebut, berdasarkan pengalaman yang sudah dijalaninya.
“Masalah menantu-mertua bisa dihadapi dengan mudah bila sang suami mendukung istri. Jadi, ketika ada masalah, suami sebagai bagian dari keluarga inti pihak mertua, bisa menengahi masalah atau bahkan berani menegur dan tegas bila ada kasus yang kelewat batas kesabaran,” ujarnya.
Peran suami untuk menengahi gesekan mertua-menantu memang penting. Seperti yang dipaparkan oleh Hendra Sipayung dalam bukunya yang berjudul “Mertua vs Menantu”, yang memberikan pencerahan untuk mendinginkan suasana panas khas mertua-menantu yang sebenarnya tergantung dari campur tangan sang suami juga.
“Kenyataannya, seorang suami/anak memiliki potensi untuk mengendalikan ibu maupun istrinya. Toh, ia sudah dibekali berbagai modal secara biologis untuk menaklukkan hati kedua wanita istimewa tersebut. Tinggal bagaimana menggunakannya untuk membuat mereka menjadi damai,” tulis Hendra dalam bukunya.
Bagaimana menurutmu, Ladies? Apa ada cerita lain tentang serumah dengan mertua versimu? Yuk, cerita pada kami!