Advertisement
Next
Versimu: pendidikan tinggi bikin laki-laki minder
Berhenti berpikir laki-laki merasa minder dengan pendidikanmu yang lebih tinggi dari mereka. Kamu hebat, dan semua akan mengakui kamu pandai sekaligus beruntung bisa menyandang gelar doktor di usia muda. Tapi, nggak perlu menjadikan prestasimu sebagai bahasan rutin dengan pasangan. Dijamin lama-kelamaan dia akan meninggalkanmu. Apa karena merasa minder dengan segudang prestasimu itu? Bukan. Dia muak dengan sikapmu yang seolah menganggap pendidikan segala-galanya. Ingat, pendidikan memang penting, tapi bukan segalanya. Masih ada keluarga, karier, kehidupan sosial, dan hubunganmu dengan pasangan yang juga harus jadi prioritas. Justru jadikanlah pendidikan tinggimu itu sebagai media penunjang yang menyukseskan hubunganmu dengan orang-orang terkasih, lingkungan, dan karier tentunya. Laki-laki lebih menyukai perempuan yang bisa menentukan mana yang harus diprioritaskan dan pandai menempatkan diri, bukan hanya pintar.
Advertisement
Versimu: “coret” laki-laki yang berkelakuan konyol
Hari ini ada jadwal kencan dan kamu sudah siap dengan check list kelakuan laki-laki yang nggak kamu suka. Saat kencan kamu pun sibuk memberikan penilaian terhadap pasanganmu, bukan fokus pada ada atau nggak-nya chemistry. Perasaanmu pun lantas tertutup dengan sederet daftar hal yang kamu anggap konyol darinya, yang nggak kamu suka tentang dia di kencan pertama, lalu akan melupakannya dan terus mencari the perfect one. Kamu akan menemukannya? Nggak. Kamu nggak akan pernah menemukan pangeran tampan yang kelakuannya nggak ada satu pun yang masuk dalam daftarmu. Psikolog Milka Melvina dari Universitas Pelita Harapan mengatakan seseorang cenderung masih single karena memiliki sejumlah kriteria yang harus terpenuhi dalam mencari pasangan. Jika menemukan suatu kekurangan atau hal yang dianggap tidak sesuai dengan kriterianya, ia akan langsung mundur. Orang itu kurang bisa bertoleransi terhadap kekurangan orang lain. Padahal, kekurangan dan perbedaan diciptakan untuk saling menyesuaikan dan melengkapi. Ini pemahaman klasik yang ironisnya paling sering dilupakan orang.
Next
Versimu: pendamping yang tidak seperti ayah
Sejak kecil sampai besar kamu menjadi saksi hubungan kedua orangtuamu. Pernikahan memang nggak selalu mulus dan manis. Ada saat di mana kamu melihat mereka bertengkar kecil hingga hebat. Nggak jarang akhirnya kamu menarik kesimpulan-kesimpulan kecil yang nantinya kamu jadikan patokan saat mencari pendamping: yang nggak punya sifat ini-itu seperti ayah. Ya, ya, ya. Ini wajar karena kamu merasa nggak mau ada di posisi yang ibumu sekarang tempati. Siksaan buatmu ketika kamu membayangkan harus bersikap seperti yang ibumu lakukan pada ayahmu. Jangan salah. Pendamping yang kamu cari biasanya justru punya sifat yang mirip dengan ayahmu. Kenapa bisa begitu? Anak punya figur yang disuka dan dibenci, tapi di bawah kesadarannya, dia akan mencari cara merasakan kehangatan yang selama ini didapat di rumah yang membesarkannya. Jadi, walaupun ada hal-hal yang nggak kamu suka dari kedua orangtuamu, mereka akan tetap jadi inspirasi utamamu dalam membentuk rumah tangga baru.
Versimu: pendamping adalah laki-laki impian
Bagus kalau kamu punya mimpi tinggi, termasuk masalah pendamping. Tapi, kamu nggak bisa membiarkan harapanmu itu berjalan sendiri dan menunggu pasangan idaman datang dengan sendirinya. Setidaknya, kamu mengimbangi mimpimu dengan terlebih dulu memperbaiki pola hidup, pandangan, dan kebiasaan ke arah yang lebih positif. Banyak orang bilang, ketika kamu sudah bisa mencintai dirimu sendiri, mandiri, dan bisa menghargai hidupmu dan orang lain, si dia akan segera dikirimkan kepadamu. Bukan di saat kamu membutuhkan seseorang, melainkan saat kamu sudah merasa bisa meng-handle dirimu sendiri dan enjoy dengan kehidupanmu. Percaya atau nggak, buktikan sendiri.