Advertisement
Next
Antara menjadi bunglon dan tetap profesional
Nama Winda Siregar dikenal di berbagai bidang. Di dunia fashion, ia berteman baik dengan Barli Asmara hingga pernah membantunya untuk mempersiapkan koleksi siap pakai untuk dijual di department store terkemuka di ibukota. Di dunia sosial, ia aktif berkecimpung saat program Jakarta Old Town Kotaku (JOK) dicanangkan, yaitu sebuah gerakan revitalisasi Kota Tua yang diselenggarakan oleh Batavia Advancement Committee dan Pemda DKI di tahun 2004. Dan sekarang, bisnis trading bentukannya di bawah nama PT Waseka Brhanta, serius dijalaninya, hingga pernah membuatnya pergi jauh ke pedalaman Kalimantan untuk meninjau lokasi tambang batubara. Dari sedikit yang ia beritahukan tentang apa yang telah dikerjakannya,Winda menunjukkan bahwa banyak jalan untuk sukses dan nggak perlu membuat batasan dalam mencoba berbagai hal.
Advertisement
Tapi, memang begitulah Winda. Ia adalah pribadi bebas yang nggak suka diatur hingga membuatnya berprinsip bahwa entah perempuan ataupun laki-laki, nggak perlu takut untuk berekplorasi mencari pengalaman. Ia pun dengan entengnya mengakui bahwa ia adalah anak yang bandel hingga masa kuliahnya di London School of Economics jurusan Matematika, tergolong lama. Belum lagi, setelah ia lulus kuliah, ia sempat “menghilangkan diri” tanpa kabar ke keluarganya karena asyik bepergian hingga ke Maroko sendirian, karena merasa ia punya waktu bermain-main sejenak, hadiah atas lebih awalnya ia menyelesaikan pendidikan karena sudah memasuki bangku Sekolah Dasar di usia 4 tahun. Setelah menamatkan pendidikan di University of Melbourne pun, ia bukannya menggunakan ilmunya di bidang yang sama, tapi mencoba-coba peruntungan di sebuah perusahaan private equity yang bergerak di bidang keuangan. Melihat perpindahannya yang drastis, Winda hanya meniru ilmu bunglon yang pandai beradaptasi di setiap tempat pijakannya.
“Saya nggak keberatan dengan banyaknya hal yang saya coba, karena saya ingin belajar dari banyak bidang. Pekerjaan pertama saya yang bisa menghasilkan uang adalah membuat paper orang dari bidang studi yang beragam, dan mereka bisa berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Saya pernah memberikan tutorial matematika. Saya juga bisa turun ke Kali Besar dan turun tangan untuk membersihkan sungai. Intinya di sini adalah, saya bisa survive di bidang pekerjaan apapun, karena saya mampu beradaptasi seperti bunglon di mana pun saya berada,” ujarnya.
Next
Antara prestasi pribadi dan nama besar orangtua
Mengenal Winda juga nggak bisa melepaskan nama terkenal Miranda Goeltom sebagai ibunya. Profil mantan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia tersebut, bukan akhir-akhir ini saja banyak dibicarakan publik, karena kiprah Miranda di dunia ekonomi dan pendidikan di Nusantara, sudah lama berjalan. Sadar betul bahwa ia secara otomatis terikut dengan nama besar ibunya, Winda malah nggak menganggap itu sebagai beban. Beruntung karena ia berkepribadian santai dan nggak mengambil hati dengan hal sepele, tapi sebenarnya di balik itu, Winda dikarunia otak cerdas yang bisa membuatnya dipandang karena prestasi, nggak hanya sekadar dia anak siapa.
“Untungnya nama akhir saya beda dengan ibu saya,” itulah celetukan pertama Winda saat menyinggung soal ibunya. “Pernah memang saya diuntungkan dengan nama besar ibu saya sewaktu ikut dalam program restorasi Kota Tua itu, dimana saya lebih mudah berhubungan dengan beberapa staf instansi saat mereka tahu saya anaknya siapa. Sebenarnya saya nggak suka seperti itu, karena saya mau dinilai berdasarkan hasil kerja, bukan karena siapa ibu saya,” lanjutnya.
Nggak bisa disangkal juga, Winda sebenarnya menikmati keuntungan menjadi anak dari figur terpandang untuk keuntungan perkembangan kariernya. “Dengan tahu bahwa saya anak Miranda Goeltom, maka mereka akan berasumsi bahwa saya sudah mengerti banyak hal ketika baru masuk ke sebuah perusahaan, sehingga itu menjadi by pass untuk karier saya. Tapi, jangan pernah tiba-tiba berlaku manis dengan saya saat sudah tahu saya anaknya siapa, padahal sebelumnya biasa-biasa saja,” katanya. Walaupun begitu, Winda tetap punya satu pendirian yang bisa meloloskannya dari pandangan sinis orang-orang tentang stereotipe umum kepada anak figur terkenal. Dan, itu adalah gengsinya untuk jangan pernah tampil bodoh.
Advertisement
Next
“Saya pun punya gengsi dengan dilekatkannya saya dengan nama Miranda Goeltom. Tentu saya nggak mau ketika masuk ke sebuah ruangan terlihat bodoh dan nggak menguasai bidang pekerjaan saya. Saya bisa seperti bunglon di semua bidang yang saya kerjakan karena saya mempersiapkan semuanya dengan baik. Saya harus bisa cepat memikirkan dan tahu apa yang bisa saya presentasikan ke depan klien, padahal malam sebelumnya baru mengerjakan pekerjaan lain. Beruntunglah kemampuan itu saya dapat dari ibu saya, karena dia bisa memperlihatkan bahwa sangat bisa mengerjakan bermacam-macam hal dengan baik sekaligus menghadapi pemberitaan media dengan emosi yang tertata,” ungkap Winda.
“Ajaran berguna yang saya dapat dari ibu saya adalah diam itu emas dan apapun masalah yang ada, hadapi dengan tenang. Seperti sekarang ibu saya diserang dengan pemberitaan media yang menurut saya kocak dipelintirnya, tapi ia tetap bisa menjawab pertanyaan media dengan sopan dan baik,” katanya.
Sebelum menutup obrolan, Winda sudah menuturkan rencana “perpindahan” profesinya yang dalam waktu dekat ini akan dijalankannya bersama sang suami, Aji Gunardi, di bidang retail kamera.
“Kami sebenarnya bukan tipe orangtua yang dua-duanya bekerja di tempat yang berlainan, sehingga terpikirkanlah untuk membangun usaha bisnis berdua dengan suami. Ini juga berkaitan dengan janji saya pada diri sendiri untuk bisa membantu suami dulu sampai anak-anak sekolah. Saya dan suami memang nggak bisa dipisahkan, dari hal kecil pun kami kerjakan berdua, sehingga bisnis yang dibangun bersama ini menjadi ide bagus,” ceritanya semangat.
“Untuk bisa berpindah-pindah profesi di berbagai bidang, jangan memikirkan sisi buruknya terlebih dulu sebelum mencoba dan menjalaninya. Pokoknya, jangan takut untuk mencoba, karena segala sesuatu nggak harus sempurna. Sama seperti pilihan gaya berpakaian saya yang jauh dari sempurna,” tutupnya.