Advertisement
Next
Nah, nggak hanya itu, urusan tempat makan pun terkadang juga menjadi hal yang pelik. Ada orang yang strict nggak bisa makan di pinggir jalan, tapi ada juga orang yang masih fleksibel dengan rumah makan dan warung-warung di pinggir jalan? Termasuk yang manakah kamu? FIMELA.com membuka polling sejak tanggal 20 Januari lalu untuk mengetahui seberapa banyak Fimelova yang masih bisa menikmati makanan pinggir jalan.
Seratus persen dari suara yang masuk berpendapat mereka tidak bermasalah jika harus makanan di pinggir jalan. Terkadang ada sebagian orang yang enggan untuk diajak makan di pinggir jalan karena memang alasan kesehatan ataupun trauma terhadap kejadian yang pernah dialami. Namun, ada pula orang yang “musiman” alergi makan di pinggir jalan. Namun, keadaan tersebut terkadang berubah 180 derajat ketika tanggung bulan. Ya, orang-orang seperti ini biasanya akan memilih restoran saat baru gajian dan seketika beralih ke warung pinggir jalan jika keuangan sudah tidak memungkinkan.
Advertisement
Next
Dari polling yang dibuka, terdapat lima orang Fimelova yang berkomentar seputar topik ini. “Makan di pinggir jalan, why not? Banyak kok makanan di pinggir jalan yang higienis, lagipula kan bisa irit kantong,” Wilastri Novia Wijayanti berkomentar. Yup, salah satu cara berhemat adalah dengan memilih makan di warung-warung (jika tidak ada kantin) daripada harus makan siang di resto setiap hari. Bayangkan, apa yang bisa kamu dapat dari warung dengan harga Rp15.000,-? Dan kemudian bandingkan, dengan harga yang sama, mungkin kamu hanya bisa mendapat air mineral atau segelas teh es manis jika makan di resto.
“Tidak masalah makan di pinggir jalan. Tapi, tetap mencari tempat yang bersih dan oke. Terkadang makanan di pinggir jalan juga ada yang lebih oke dari makanan di resto,” komentar Ester Dahlan. Pinggir jalan memang identik dengan panas, debu, dan kotoran, tapi nggak semua makanan pinggir jalan itu kotor lho. Kamu tetap bisa menikmati berbagai jajanan dan makanan pinggir jalan dengan cara mencari tempat-tempat yang kamu percaya terjaga kebersihannya. Karena terkadang, makanan di pinggir jalan lebih bervariasi daripada makanan di resto besar.
Advertisement
Next
Ya, makan di pinggir jalan bukan berarti mengonsumsi makanan kotor dan tidak higienis, banyak juga warung dan makanan pinggir jalan yang menutup rapat etalase milik mereka dan mengolah makanan mereka dengan baik. Murah bukan berarti murahan lho. Kita ambil contoh misalnya apel yang ada di pasar dan apel yang ada di supermarket, pastinya buah di supermarket harganya lebih tinggi dibandingkan di pasar.
Seperti yang kita tahu bahwa ada pedagang buah yang menggunakan lilin untuk melapisi buah mereka agar tetap segar. Bukan nggak tidak mungkin justru malah buah yang ada di pasarlah terbebas dari lilin karena mereka (pasar) hanya menyimpan dalam skala kecil, berbeda dengan supermarket yang menyimpan buah dalam skala besar.
“Semua buah itu menyehatkan hanya saja tergantung bagaimana cara kita mengonsumsinya; termasuk di dalamnya adalah kebersihan buah tersebut. Misalnya saja, saat makan apel selalu pastikan sebelumnya apel sudah dicuci bersih terlebih dahulu untuk menghilangkan dan membersihkan zat berbahaya yang menempel. Apel yang menyehatkan pun seketika bisa mematikan jika kita tidak tahu cara mengonsumsinya,” ujar dr. Samuel Oetoro pada sebuah acara. Melihat pernyataan dr. Samuel tersebut, tentu faktor kebersihanlah yang harus selalu diperhatikan saat kita hunting makanan di pinggir jalan.
Next
Tapi, tentu saja, di balik orang-orang yang masih bisa menoleransi untuk makan di pinggir jalan, pasti ada pula orang yang menolak untuk makan dipinggir jalan. Misalnya saja, karena trauma pernah mendapatkan kejadian yang kurang menyenangkan saat makan di pinggir jalan. Nah, kalau untuk urusan seperti ini, tentu sudah nggak bisa dipaksakan.
Namun, pastinya makan di pinggir jalan masih bisa dijadikan opsi untuk makan siang kamu. Selain banyak makanan yang enak dan unik, harga makanan di warung pinggir jalan jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan makanan di resto-resto ternama. Tapi, tentu saja dengan catatan, mencari tempat yang bisa dipercaya kebersihannya. Bagaimana menurutmu?