Advertisement
Next
Padahal, intinya sama saja, dimana kedua istilah tersebut, baik “diet” maupun “zero”, sama-sama diperuntukkan bagi mereka yang menghindari panganan atau minuman manis untuk alasan kesehatan atau menjaga penampilan. Ternyata, para ahli industri menemukan hasil penelitian, bahwa ketika sebuah produk Food & Beverage dipakaikan kata “zero”, lebih menjamin akan mudah diterima oleh konsumen.
Karena, kata tersebut terkesan lebih menjamin keamanan akan kandungan yang ada dalam produk tersebut, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi berkat kalorinya yang rendah. Sedangkan, kata “diet”, terasa seperti mengonsumsi sebuah produk yang sudah dikotak-kotakkan hanya untuk mereka yang berdiet. Ditambah lagi, nilai rasa dari kata “diet” dianggap sebagai momok, karena ketika sedang berdiet banyak sekali pantangan makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi.
Advertisement
Next
Pergeseran ketertarikan konsumen terhadap produk berembel-embel diet, menurut Food Navigator di Amerika Serikat makin bertambah belakangan ini. Jumlah produsen F&B yang mengganti labelling produk mereka menggunakan kata “zero” ketimbang “diet”, makin bertambah selama 5 tahun terakhir ini. Penggunaan kata “zero” daripada “diet”, seperti menghilangkan momok negatif dari sebuah produk yang memang sebenarnya sudah diketahui kandungannya menggunakan pemanis atau berkarbonasi.
Contoh merek F&B yang sudah mengambil langkah ini adalah Coca Cola. Seperti diketahui, Coca Cola sebenarnya sudah lebih dulu mengeluarkan varian Diet Coke, tapi tetap saja memproduksi juga Coke Zero. Perbedaan di antara kedua varian ini sangat tipis, karena hanya dipisahkan berdasarkan perbedaan rasa berkat kandungan bahan yang sedikit berbeda antara Diet Coke dan Coke Zero. Walaupun hanya berbeda sedikit, ternyata mampu mendatangkan keuntungan yang banyak.