Diceritakan pada film tersebut bagaimana seorang istri ingin bercerai dari suaminya walaupun pernikahan mereka telah berumur 30 tahun. Penyebabnya? Ia baru saja mengetahui bahwa suaminya 25 tahun lalu pernah berselingkuh dan memiliki seorang anak buah dari perselingkuhan tersebut. Sang anak yang kini telah dewasa kemudian mencari sosok ayah yang hilang, yang tidak lain adalah suaminya. Kontan sang istri begitu marah karena merasa dikhianati dan dibohongi. Seperti semua kebohongan lain yang dilakukan dalam suatu pernikahan, cepat atau lambat kebenaran pasti akan terkuak. Perselingkuhan yang dilakukan 25 tahun lalu dan disembunyikan dengan rapat oleh sang suami kini menjadi sebuah masalah besar, dan membuat hubungan yang telah terbina selama puluhan tahun sampai berada di ujung tanduk.
Lain lagi cerita tentang sepasang suami istri yang baru saja menikah dan masih hangat dalam mencintai, namun telah mengalami goncangan rumah tangga pada bulan ke dua pernikahan mereka. Ini dikarenakan sang istri setelah menikah masih lebih mementingkan orang tuanya dibandingkan mengurus suaminya. Ia pun seringkali tidak bersedia melayani permintaan suami untuk berhubungan seks karena satu dan lain hal sehingga sang suami sering mengalami kekecewaan. Problem tidak berhenti sampai di situ karena sang istri kemudian baru mengetahui bahwa suaminya ternyata pernah menikah dan bercerai sebelum menikah dengannya. Segala kejutan dan permasalahan di dalam hubungan pernikahan mereka akhirnya menggoyahkan kepercayaan dan janji pernikahan yang baru saja mereka ucapkan.
Jadi, siapa yang harus disalahkan? Apakah si suami yang berselingkuh? Suami yang tidak sepenuhnya jujur kepada istrinya? Ataukah si istri yang tidak mengurus dan melayani suaminya dengan baik? Siapapun yang salah, semua telah terjadi. Karena itu, walaupun suami atau istri sudah melakukan hal yang sangat menyakiti hati, dan bahkan apabila hal tersebut menurut kamu tidak sepantasnya ia lakukan sebagai seorang suami atau istri, komitmen dalam pernikahan telah diberikan oleh kedua belah pihak. Kita tetap harus mengingat janji kita untuk mencintai dan mendampingi pasangan di dalam keadaan apapun. Kita sebaiknya belajar untuk memaafkan dan melupakan kesakitan hati dan kekecewaan kita, sehingga bisa memulai lembaran yang baru kembali dengan pasangan.
Advertisement
Mungkin banyak yang akan merasa bahwa ini tidak adil. Toh, pasangan sudah terlebih dahulu melanggar janjinya kepada kita dengan tidak melakukan hal yang sepantasnya. Kenapa kita tetap harus memaafkannya, enak di dia dong? Mungkin, ini sepertinya tidak adil. Mungkin, ini terlihat berat sebelah dan sulit untuk dilakukan. Namun, kita tidak bisa hitung-hitungan di dalam sebuah hubungan pernikahan. Apakah menurut kamu apabila pasangan melakukan kesalahan lalu kamu membalas kesalahan pasangan sehingga setimpal dan mencapai suatu “keadilan”, lantas hubungan kalian akan membaik kembali? Tidak. Membalas sakit hati hanya akan membuat kalian saling menyakiti sampai hubungan akan terasa begitu menyiksa dan terlampau berat untuk dijalani.
Satu-satunya jalan untuk menjalani sebuah pernikahan yang langgeng, adalah dengan saling memaafkan. Tidak perduli berapa sering kesalahan yang dilakukan pasangan, walaupun luka yang digoreskan terasa begitu menyakiti, hati yang memaafkan adalah rahasia kesuksesan di dalam sebuah hubungan pernikahan. Percayalah, seperti batu yang sekeras apapun dapat dibentuk oleh tetesan air, begitu juga pasanganmu akan berubah dan memperlakukanmu dengan lebih baik apabila kamu tetap memperlakukannya dengan penuh kasih walaupun di saat ia tidak pantas menerima maaf darimu.
Saya pernah mendengar kisah pengakuan seorang laki-laki yang menceritakan bahwa ia sempat berselingkuh sampai diketahui oleh istrinya. Namun, sang istri dengan berbesar hati mau memaafkan perselingkuhannya. Saat tak lama kemudian ia jatuh sakit, sang istri tetap mengurusi, merawat dan bahkan memandikannya setiap hari sampai akhirnya ia sembuh. Ia sangat tersentuh sampai menuturkan air mata saat memberikan pengakuan tersebut. Pernikahan mereka terselamatkan dan laki-laki ini mengatakan betapa semakin hari ia semakin mencintai istrinya. Dengan nada kekaguman dan kebanggaan, ia mengakui betapa beruntung dirinya mendapatkan istri seperti istrinya.
Film Love, Wedding, Marriage pun percaya akan pentingnya perbuatan saling memaafkan dalam kelanggengan sebuah pernikahan. Sang istri yang diselingkuhi akhirnya memaafkan kesalahan suaminya dan menerimanya kembali. Begitu juga sepasang suami istri pengantin baru yang akhirnya memutuskan untuk saling menerima dan memaafkan kekurangan masing-masing. Ingatlah, there is no perfect marriage because we do not live in a perfect world. Hanya dengan memaafkan kesalahan pasangan, hubungan di dalam pernikahan bisa bertumbuh dan menjadi semakin kuat.
Jadi, setujukah kamu kalau “Forgiveness is the secret ingredient for a better and lasting marriage”?