Punya bayi baru bisa membawa banyak perubahan untuk keluarga. Terutama bagi si anak yang selama ini hanya sendiri menikmati perhatian kedua orangtua. Orangtua menghabiskan banyak energi untuk persiapan, dan setelah si bayi lahir, perhatian keluarga akan terfokus pada kebutuhan bayi. Hal tersebut bisa sulit diterima si Kakak. Umum yang terjadi adalah anak yang lebih tua cemburu pada bayi baru dan bertingkah macam-macam.
Advertisement
Sebagai orangtua yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan anak akan datangnya anggota keluarga baru. Membahas kehamilan, membuat beberapa pengaturan, dan melibatkan anak saat kelahiran atau perawatan bayi akan membantu semua anggota keluarga menghadapi perubahan.
Nggak ada waktu yang benar-benar tepat atau cara yang benar-benar sempurna untuk memberitahu anak kalau sebentar lagi dia akan mendapatkan adik. Saat akan membahas kehamilan, yang bisa dijadikan patokan adalah tingkat kenyamananmu dan usia anak. Lalu, seberapa banyak detil yang bisa di-sharing? Biarkan pertanyaan anak yang mengarahkan. Misalnya saat anak bertanya: “Darimana asalnya bayi?” Terdengar mengagetkan, tapi si anak nggak bertanya tentang seks misalnya, tapi cuma pengen tahu (literally) dari mana bayi berasal. Bisa dengan penjelasan: “Bayi datangnya dari rahim, yang ada di dalam perut Ibu.”
Ketika waktu kelahiran semakin dekat, buat beberapa pengaturan untuk anak saat kita berada di rumah sakit. Bicarakan rencana tersebut sehingga anak tahu apa yang akan dihadapi saat harinya tiba. Atur agar anak bisa mendatangimu di rumah sakit secepatnya setelah bayi lahir, dan sebaiknya saat tidak ada tamu – sehingga lebih nyaman untuk anak. Usahakan juga untuk mempertahankan rutinitas rumah saat mendekati kelahiran bayi.
Saat bayi sudah dibawa pulang, kamu bisa membantu anak yang lebih tua untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Sebanyak mungkin libatkan mereka dalam aktivitas sehari-hari bayi sehingga anak nggak merasa ditinggalkan. Banyak anak yang pengen membantu merawat adik barunya. Walaupun “membantu” seringkali malah membuat segala sesuatu menjadi lebih lama, tapi bisa membuat si kakak mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan adiknya dengan cara positif. Tergantung pada umur mereka, kakak bisa membantu mengambilkan popok, mendorong kereta bayi, ngobrol dengan bayi atau memakaikan pakaian, atau memandikan bayi.
Kalau anak nggak terlihat tertarik pada adik barunya, jangan takut atau memaksakan. Karena setiap anak punya rentang waktu sendiri-sendiri. Coba untuk mencuri waktu untuk berduaan saja dengan anak yang lebih tua. Menghabiskan waktu saat si bayi tidur, atau kalau mungkin, sisihkan waktu setiap hari untuk anak yang lebih tua dengan ayah atau ibu. Tahu kalau ayah dan ibu tetap punya waktu untuk mereka akan membuat anak lebih mudah menerima adik barunya dan bisa mengurangi ketidaksukaan atau kemarahan pada si anggota keluarga baru.
Ingatkan juga pada keluarga dan teman kalau si anak yang lebih besar nggak selalu pengen ngobrol tentang adik barunya. Pancing anak untuk mau membicarakan perasaan mereka terhadap adik baru. Jika si anak kesulitan untuk menyampaikan apa yang ia rasakan, jangan heran kalau dia bertingkah macam-macam atau malah bersikap seperti bayi. Jika ini terjadi, jangan melanggar aturan, tapi coba untuk mengerti kalau perasaan takut atau sedih adalah motivasi anak untuk bertingkah. Bisa jadi dia merasa waktunya bersama orangtua jadi banyak berkurang. Tapi pastikan juga, walaupun apa yang dirasa anak penting, tapi tetap harus dicurahkan dengan cara yang sewajarnya.
Jangan lupa, prioritas utama adalah memastikan agar anak yang lebih tua merasa dicintai dan dibutuhkan,