Advertisement
Next
Berat badan Kate Middleton memang turun cukup signifikan sejak pengumuman pertunangannya di bulan November. Walaupun nggak bisa dikonfirmasi, media Inggris yakin kalau sang calon ratu yang tadinya bertubuh atletis turun dua ukuran, dari ukuran 6 ke 2. Walaupun Pangeran William dan Kate Middleton terlihat sangat bahagia sejak pernikahan mereka, tapi sepertinya Kate masih belum puas dengan tubuhnya. Karena ia terlihat semakin kurus dari hari ke hari. Menurut sebuah sumber, Kate hanya makan telur rebus untuk sarapan, blueberry untuk makan siang dan sup untuk makan malam, serta berolahraga minimal dua jam sehari bahkan lebih.
Kate dikabarkan sempat pingsan saat tur Amerika Utara dan diperintahkan untuk bed rest. Ukuran tubuh Kate pun sudah bertambah turun, dari ukuran 2 menjadi 0. Satu lagi yang dikuatirkan dari kurusnya Kate adalah resiko nggak bisa hamil.
“Sepertinya dia kehilangan berat badan sekitar 5 sampai 10kg, dan bukan hanya lemak tubuh.” Carla Wolper, periset obesitas serta asisten profesor di the Eating Disorders Research Center Columbia University mengatakan kalau penurunan berat badan sebanyak itu nggak sehat. “Kalau Kate menurunkan berat badan 10kg selama 5 bulan, dia turun sekitar 0,5kg setiap 7 hari. Sementara amannya adalah nggak lebih dari 0,5kg dalam seminggu, jadi walaupun dia menurunkan 10kg, masih dalam garis batas penurunan berat badan yang sehat.
Sementara jumlah berat yang dihilangkan sebenarnya masih dalam batas kewajaran, tapi berat badan sang puteri yang nggak sehat. Buckingham Palace nggak bersedia mengeluarkan komentar berapa berat badan Kate atau tingginya, tapi gosipnya tinggi Kate adalah 177cm dan berat badannya 50kg. Dan dengan tinggi dan berat badan seperti Kate, artinya berat badan idealnya baru mencapai 70 persen, atau definitely underweight.
Tadinya banyak berspekulasi kalau penurunan drastis tersebut karena Kate stres menghadapi pernikahannya. Tapi beberapa percaya kalau banyak alasan dibalik kurusnya Kate. Menurut Dr. David Katz, penurunan berat badan Kate memang disengaja, dengan program diet jangka pendek.
Gosipnya Kate mengikuti program Dukan Diet, diet rendah karbohidrat, tinggi protein. Tapi pihak istana, menolak untuk memberikan konfirmasi. Kate nggak ada bedanya dengan para aktris dan model yang terus diteropong oleh seluruh dunia. Dan pastinya, nggak mudah untuk berada dalam sorotan publik.
Tapi satu pertanyaan yang muncul adalah, apakah jabatan princess datang dengan eating disorder? Coba kita lihat Princess Diana. Karena media nggak berhenti menilai tubuh serta penampilannya Diana menderita gangguan makan, yaitu bulimia. Dan bulimia Diana bertambah parah saat dia makin merasa bingung dan frustasi dengan pernikahannya. Hal ini memang masuk akal, karena gangguan makan biasanya sangat berhubungan dengan kendali atau pengendalian – orang mengidap gangguan makan saat merasa nggak punya kendali atas hidup mereka.
Kita memang hidup dalam kultur yang cukup mementingkan image, sehingga seringkali membuat kita (terutama perempuan) selalu ingin untuk memperbaiki penampilan. Cantik sama dengan putih, rambut indah sama dengan panjang dan hitam, serta kurus itu keren.
Walaupun memang banyak dari kita yang bisa mengambil keuntungan dari makan lebih sedikit dan lebih banyak berolahraga demi kesehatan tubuh, mengawasi apa yang kita makan bukan lah eating disorder. Eating disorder atau gangguan makan merupakan penyakit yang bisa mengancam jiwa.
Next
Eating disorder dikarakterisasikan dengan kebiasaan makan yang nggak normal serta merusak tubuh, dimotivasi oleh persepsi dan ekspektasi dalam hal makan, berat badan, dan bentuk tubuh. Secara umum, orang yang eating disorder kesulitan untuk menerima dan merasa bahagia tentang dirinya sendiri. Dan kecenderungan berpikir bahwa dirinya “gendut” dan “jelek” karena ukuran dan bentuk tubuhnya, yang seringkali penilaian diri ini nggak akurat dan salah.
Mengenali dan menilai diri sendiri “gemuk”, orang-orang yang eating disorder cenderung mengambil kesimpulan kalau mereka nggak bisa diterima dan nggak menarik, dan sebagai hasilnya, merasa insecure serta nggak pantas, terutama tentang tubuh mereka. Untuk mereka, mengendalikan kebiasaan makan adalah cara paling logis dalam mencapai tubuh yang kurus.
Ada tiga gangguan makanan: Anoreksia Nervosa, Bulimia Nervosa, dan Binge Eating Disorder.
- Anoreksia secara umum mengurangi atau membatasi makan secara ekstrim dalam usaha untuk menurunkan berat. Penderita anoreksia biasanya underweight.
- Bulimia, makan terlalu banyak (binge) dalam waktu yang sedikit. Biasanya diikuti dengan mengeluarkan makanan yang sudah dikonsumsi dengan paksa dalam usaha untuk menghilangkan kalori yang dikonsumsi. Termasuk memuntahkan, meminum laksativ dan berolahraga berlebihan, dalam rangka untuk menghindari kenaikan berat badan.
- Binge Eating Disorders mirip Bulimia karena kedua kondisi sama-sama binge-eating. Tapi, penderita Binge Eating nggak memuntahkan atau mengeluarkan apa yang mereka konsumsi seperti penderita Bulimia.
Penderita gangguan makan yang sukses bisa mengurangi dan mengontrol apa yang mereka makan sehingga merasa mencapai sesuatu dalam jangka pendek. Perasaan tersebut nggak bertahan lama. Deadline di kantor, stress, konflik dengan orang lain, atau hanya dengan membaca majalah gaya hidup atau menonton televisi bisa menimbulkan perasaan benci dan jijik pada diri sendiri, sehingga mengarah pada konsumsi makanan yang “dilarang”.
Ketiga eating disorders adalah kondisi fisik dan mental yang serius dengan efek yang fatal bagi jiwa, karena bisa merusak kesehatan secara keseluruhan. Tambahan lagi, orang-orang yang menderita gangguan makan umumnya terpaku pada berat badan, dan takut jika berat badannya bertambah, dan rasa percaya dirinya sangat dipengaruhi oleh berat badan.
Obsesi ini bisa berkembang menjadi pencitraan tubuh atau body image yang salah. Body image berhubungan dengan bagaimana orang menginterpretasikan image tubuh mereka, termasuk image yang akurat (seperti saat berkaca), dan image yang diingat (apa yang kita pikirkan tentang seperti apa kita dilihat orang). Biasanya penderita eating disorder merasa nggak puas dengan body image mereka, dan nggak bisa melihat diri sendiri seperti orang lain melihat mereka. Bahkan saat teman, keluarga dan kolega kuatir dengan hilangnya berat badan yang signifikan serta penampilan yang sangat kurus, para penderita masih menganggap diri mereka gemuk, dan nggak memperdulikan pendapat orang lain. Menolak persepsi orang membuat penderita gangguan makan bisa mempertahankan pendapat negatif tentang diri sendiri.
Orang yang didiagnosa dengan gangguan makan cenderung nggak nyaman dan sensitif dengan penerimaan orang banyak. Mereka menilai pencapaian berdasarkan standar yang tidak masuk akal atau tidak mungkin dicapai. Sebenarnya mereka menyadari kegagalan untuk mencapai standar tersebut, dan percaya kalau mereka sudah mengecewakan lingkungannya dan diri sendiri sebagai konsekuensinya.
Seringkali, rasa gagal ini membuat mereka bekerja lebih keras untuk mengurangi perbedaan berat badan sekarang dan berat badan tujuan. Keinginan ini bisa sangat besar sehingga ada yang sampai memaksa tubuhnya sampai sakit keras bahkan kematian.