Saya percaya akan hukum alam. Ada sebab akibat, ada tabur tuai, ada karma. Apapun yang kita lakukan pasti akan punya dampak, dan percaya atau tidak dampak itu akan kembali kepada kita. Karena itu apabila kita memberikan uang kepada yang membutuhkan, maka rejeki kita pun akan ditambahkan. Apabila kita suka menolong yang membutuhkan, maka kita pun akan menerima tangan pertolongan saat membutuhkan. Dan apabila kita membagikan cinta kepada sekeliling kita, kita pun akan memiliki hidup yang penuh cinta.
Ada sebuah kisah real story, yang menggambarkan konsep ini dengan baik. Diceritakan bagaimana seorang perempuan merasa kesepian tanpa seorang pasangan di umurnya sudah tidak muda lagi. Ia merasakan kekosongan dan kesendirian. Teman-temannya kemudian berusaha membantu dengan mengenalkan dia kepada teman laki-laki mereka, menyuruhnya lebih aktif ikut kegiatan dan acara, pergi ke club, dan sebagainya dengan harapan agar ia kemudian menemukan 'jodohnya'. Tetapi, none of these worked.
Akhirnya, satu hari seorang teman mengusulkan agar ia melakukan sebuah pelayanan kegiatan sosial untuk mengisi waktunya. Ia pun memulai pelayanan sosial di sebuah panti jompo sampai akhirnya sebuah 'tindakan cinta' ini membuat ia 'jatuh cinta'. Waktu yang ia habiskan di sana membuatnya membuka hatinya kepada bentuk cinta yang lain. Bukan cinta antara pria dan wanita. Tetapi cinta akan kemanusiaan. Dan bukan hanya itu, pengalamannya di panti jompo tersebut membuat ia merasa bahagia, damai dan “penuh” dalam hidupnya.
Advertisement
Cinta dan kebahagiaan yang terpancar dari dirinya ini lantas merubah kehidupannya. Ia bukan lagi seorang perempuan yang gloomy atau lonely. Ia adalah seorang yang happy, content with her life. Seperti sebuah magnet, kemudian cinta yang sebelumnya ia cari datang dalam sosok seorang pasangan hidup.
Saya pribadi pun mengalami sebuah pengalaman yang mungkin sedikit mirip dengan kisah di atas. Sebelum saya bertemu dengan pasangan saya sekarang, saya sempat tidak berpacaran selama 6 tahun terakhir. Semua teman saya sampai tidak habis pikir kenapa saya tidak juga berpacaran. Ibu saya pun sering mengingatkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan menyarankan agar saya lebih membuka hati. Walaupun tidak jarang saya merasa kesepian, terutama di malam minggu atau hari Valentine, saya tidak mau settle for less. Terkadang saya merasa frustrasi karena tidak juga menemukan pasangan yang saya anggap pas dan sepadan untuk saya. Sampai akhirnya, saya mulai tidak memikirkan masalah cinta dan menaruh fokus hidup saya pada kehidupan. Apa yang saya ingin lakukan dengan hidup saya, goal-goal ke depan tidak hanya dalam hal karir tapi juga hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya.
Satu hari, saya bersama dengan teman-teman dekat pergi untuk melakukan kegiatan sosial di sebuah panti jompo yang jauhnya sekitar 2 jam perjalanan dari Jakarta. Ternyata salah satu teman dekat mengajak teman-temannya yang lain untuk ikutan.
Di panti jompo tersebut, saat saya sedang menemani seorang nenek tua berumur 80 tahun, salah seorang dari yang ikut dalam pelayanan tersebut datang menghampiri. Ia adalah a friend of my friend that I've just met there. Dari hasil ngobrol-ngobrol ternyata dia dulu kuliah di Melbourne, sama seperti saya. Ternyata dia pergi ke sebuah tempat ibadah yang sama dengan saya, dan kesamaan-kesamaan lain yang lucu untuk diceritakan. The rest, is history. I found my guy.
Melalui tulisan ini, saya ingin membagikan pentingnya sebuah mindset untuk memberi. Baik itu memberi bantuan, memberi sedekah, atau memberi cinta. Dan yang terpenting bukanlah mengenai apakah kamu akan menemukan sebuah cinta yang romantis setelah melakukan an act of giving love. Tetapi, sewaktu kita melakukan tindakan cinta baik itu terhadap keluarga, teman, orang-orang yang membutuhkan, atau kepada Tuhan, hati kita akan penuh dengan cinta. Sehingga, hidup kita pun akan berubah menjadi hidup yang penuh cinta dan kebahagiaan. Hidup yang lebih bermakna.
Bagaimana pendapat kamu? Apakah kamu punya pengalaman yang bisa dibagikan di sini?