Fimela.com, Jakarta Seorang wanita bernama Elizabeth Shoesmith disebut membuat suaminya yang tunarungu menangis di hari pernikahan mereka pada 27 Januari lalu. Video saat sang mempelai pria menangis pun menjadi viral dan menyita lebih dari 700.000 orang di media sosial.
Tunggu dulu, air mata yang jatuh bukanlah tangis kesedihan, melainkan kebahagiaan, di mana wanita berusia 41 tahun itu memberikan kado yang begitu indah untuk suaminya yang tunarungu.
Melansir laman Dailymail, Elizabeth menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan kado spesial untuk suaminya, Scott. Selama itu ia belajar bahasa isyarat demi pria yang ia kencani selama 18 bulan lewat aplikasi Tinder.
Di acara pernikahannya, Elizabeth pun berhasil membuat suaminya menangis, dengan memberikan sebuah kado spesial yaitu lirik lagu romantis dari Cristina Perri yang ia tujukan untuk pujaan hatinya.
BACA JUGA
"Dia belum pernah mendengar kata-kata dari sebuah lagu, jadi saya ingin menerjemahkan ini untuknya. Ini juga bentuk komunikasi terbaik, saya tahu ini sangat spesial," kata ibu dua anak itu.
Menyampaikan lirik dengan sepenuh hati, kata-kata dari lirik lagu romantis itu pun membuat Scott terharu dan tak berhenti menangis. "Saya beruntung tak melakukan kesalahan hari itu. Semuanya terjadi begitu alami dari hatiku, bukan kepalaku," ujar Elizabeth.
Advertisement
Kencan Lewat Tinder
Elizabeth dan Scott memulai kecan mereka lewat aplikasi Tinder. Saat berkencan dengan Scott, Elizabet tak percaya jika pria yang dipacarinya tuli. Ia pun terus meyakinkan dirinya untuk menerima kondisi Scott apa adanya.
"Saya mencari tahu tentang dia sebelum kami kencan, seperti wanita lainnya dan aku menemukan dia bekerja untuk Australian Deaf Wallabies," kenangnya.
"Sepanjang hari aku mulai cemas, saya bertanya-tanya apakah dia benar-benar tuli. Tapi kemudian saya mengatakan pada diri saya untuk berhenti bersikap menghakimi dan melanjutkan kencan ini," tukasnya.
Setelah mengetahui dan menerima kondisi Scott, mereka pun terus berkencan. Dari hubungan itu Elizabeth mengatakan bahwa dia mendapatkan pengalaman luar biasa. "Saya tak bisa memanggilnya saat kehabisan tisu toilet. Sata tak dapat menelpon dan memanggilnya," katanya sabil tertawa.
"Saya harus FaceTime atau mengirimi pesan teks. saya belajar bagaimana cara menafsirkan bahasa bibir. Ini adalah tantangan, tapi di sisi lain komunikasi kami meningkat karena saat berkomunikasi, kami melihat mata masing-masing," katanya.