Fimela.com, Jakarta Memutuskan untuk mundur dari dunia hiburan, bagi Adrian Maulana adalah momen penting dalam kehidupannya. Selama 19 tahun bergelut di dunia hiburan Tanah Air, tentu banyak suka dan duka dilaluinya. Adrian yang memulai kariernya di dunia hiburan melalui ajang Abang dan None Jakarta, rupanya lebih memilih masuk ke dunia profesional dan bekerja kantoran. Apa yang membuatnya meninggalkan dunia hiburan?
***
Sejak Juni 2016, Adrian Maulana memutuskan untuk mundur dari dunia hiburan. Wajahnya tak lagi bisa disaksikan melalui program acara pagi hari di salah satu stasiun televisi swasta. Mundurnya Adrian dari dunia hiburan juga mendapatkan dukungan penuh dari sang istri, Dessy Ilsanti. Butuh waktu lama, bagi Adrian untuk melepaskan popularitasnya di industri hiburan dan memilih menjadi pekerja kantoran.
Advertisement
BACA JUGA
Saat ini, lelaki berdarah Minangkabau tersebut tercatat sebagai Senior Vice President PT Schorder Investment Management Indonesia. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan investasi terkemuka di Tanah Air.
Meski memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan tersebut, namun Adrian tidak ingin membandingkan detail penghasilannya selama beraktivitas di dunia hiburan dengan gaji dan fasilitas yang diterimanya sebagai orang kantoran. Pastinya, Adrian menjelaskan, ia memang harus menata ulang kembali keuangan rumah tangganya, semenjak memutuskan 'hijrah' menjadi karyawan perusahaan.
Â
"Yang penting nggak merasa, masih bisa makan dan hidup layak. Kalau pun harus ada penyesuaian, harus ikat pinggang dikit atau nggak bisa begini begitu, nggak masalah. Saya sih berpikir penyesuaian itu biasa ya," ujar Dessy Ilsanti, istri Adrian Maulana saat bertandang ke studio Bintang.com belum lama ini.
Keputusan penting itu memang telah mengubah kehidupan Adrian Maulana dan keluarganya. Lantas, bagaimana Adrian Maulana menjalani hari-harinya sebagai pekerja kantoran? Simak selengkapnya dalam wawancara berikut.
Â
Advertisement
Alasan Adrian Maulana mundur dari dunia hiburan
Meniti karier di dunia hiburan selama 19 tahun, bukan waktu yang sebentar bagi Adrian Maulana. Menjadi sebuah dilema bagi Adrian, saat memutuskan untuk mundur dari dunia yang membesarkan namanya itu. Bukan lantaran banyaknya muncul wajah-wajah baru, namun Adrian punya pertimbangan matang, akhirnya memutuskan untuk menjadi pegawai kantoran. Apalagi sang istri, Dessy Ilsanti, sangat mendukung keputusannya itu.
Sejak kapan pastinya mundur dari dunia hiburan?Adrian: Persisnya dari Juni 2016 tapi saya sudah punya ancang-ancang sepertinya dari 2010 saya sudah menekuni dunia lain, hahaha bukan acara tv ya. Saya pikir saya harus punya kemampuan lain sehingga saya tidak hanya mengandalkan pemasukan dari dunia entertainment saja. Mungkin passion saya yang berkaitan investasi, property pasar modal. Akhirnya saya memutuskan untuk hijrah Juni 2016 untuk menjadi profesional kantoran.
Berat tinggalkan dunia hiburan?
Adrian: Pasti, sampai salat istikarah. Sudah 19 tahun bekerja di dunia entertainment yang telah memberikan banyak kebaikan untuk kita sekeluarga. Sampai kemudian dapat kesempatan untuk masuk ke industri sebenarnya yang sudah menjadi impian saya sejak 2010 itu.
Sempat bimbang?
Adrian: Pada saat itu bimbang karena di dunia entertainment juga menarik. Apalagi terakhir membawakan acara setiap hari di salah satu stasiun televisi swasta punya program yang tayang setiap hari ibaratnya kita punya panggung sendiri, programnya sudah 3 tahun 1 bulan berjalan terus, rating baik, apresiasi baik. Tapi pada saat di puncak posisi, kita dapat tawaran untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi impian saya saat ini. Sampai perang bathin ya, hahaha. Saya diskusi sama Dessy, sama orang tua, sampai akhirnya mantap. Saya harus jalankan dunia yang baru mulai Juni 2016.
Â
Pertimbangannya apa pilih dunia kantoran?
Adrian: Dunia entertainment masih menjadi dunia yang menurut saya bisa kita jadikan salah satu pilihan untuk mendalaminya. Tapi kembali lagi di sini, mungkin kepada faktor prioritas saya dan keluarga. Jadi karena mungkin selama 19 tahun, saya mengalami masa-masa yang pada saat pagi banyak pekerjaan, kontrak lagi nggak ada, ada lagi, terus kontrak nggak ada lagi. Atau dapat kontrak, happy, ratingnya kalau dengan program lain dikasih tahu, Mas Adrian maaf programnya nggak lanjut. Saya pikir kok kita terlalu tergantung satu pihak yang memang sulit untuk kita punya daya kontrol. Saya punya dua putri, satu SMA satu masih dua tahun, tentu harus memberikan ketenangan buat istri dan anak-anak saya. Mereka harus juga ketenangan dan kepastian, bukan masalah besar dan kecilnya.
Bukannya secara penghasilan dunia hiburan lebih menjanjikan?
Adrian: Kalau dunia hiburan lagi ramai-ramainya (laku) ya, seperti anggapan orang, wah dunia kerartisa kayaknya begitu menarik dan menggiurkan. Tapi nggak banyak masyarakat yang tahu, sisi lainnya. Seperti yang saya ceritakan tadi, ketidakpastian dalam hal pekerjaan. Pada umumnya pekerjaan itu kontrak dan tidak mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti yang didapatkan oleh teman-teman yang bekerja sebagai profesional kantoran. Seperti asuransi, asuransi kesehatan, jiwa, belum lagi persiapan pensiun dan lain sebagainya. Itu di dunia entertainment saya rasa nggak common atau lazim disediakan. Sehingga kita harus menyisihkan sebagian dari pendapatan kita ke arah sana. Sedangkan di dunia pekerjaan, kita malah mendapatkan fasilitas-fasilitas tersebut.
Â
Dukungan istri bagaimana?
Dessy: Pada dasarnya pekerjaan suami saya support, sudah dari awal. Semenjak menikah saya menerima, komitmen dengan dunia keartisannya meski lulusan teknik mesin, hahaha. Pada akhirnya saya mendukung sekali Adrian hijrah, saya melihat karakter Adrian dan kelurga kita. Setelah ditimbang ternyata jenis pekerjaan yang sekarang ini dibandingkan dengan jenis pekerjaan saat menjadi artis, dilihat jangka panjang dan kesejahteraan mental Adrian ini, cocoknya di sini. Artis itu waktu nggak menentu, bisa seharian kerja bisa juga seharian nggak kerja. Ada enaknya dan nggak enaknya. Adrian itu juga workaholic, jadi pas lagi nggak ada jadwal, nyari kerjaan di rumah. Kamu mendingan pergi kerja saja deh, hahaha. Karakter keluarga saya dan Adrian dari keluarga yang terbiasa senin sampai jumat, nine to five. Libur di hari anak-anak sekolah libur. Karena sudah terbiasa begitu jadi ya kayaknya buat kita lebih enak begini.
Menganggap dunia hiburan kurang baik dalam sisi waktu?
Adrian: Jadi jangan salah sangka, saya tidak bilang dunia keartisan itu jelek, semua banyak sisi positifnya. Ini kembali ke masing-masing, dan juga prioritas keluarga kita berdua. Saya bersyukur sudah 19 tahun menjalankan banyak kebaikan yang saya rasakan. Saya sadar, hidup itu kan bukan banyak-banyakan materi, tapi kebersamaan keluarga di momen penting, kita bisa ada menemani mereka itu hal yang penting juga. Dahulu saya menyangka, yang penting dapur ngebul, ternyata sudah dapur ngebul hampir meledak tetap saja suka masih komplain. Masalahnya apa? Ternyata mau lebih dekat ke saya, hahaha.
Dessy: Soal liburan juga, kalau dahulu kan nggak tahu bisanya kapan, tergantung jadwal syuting. Kalau sekarang kita bisa atur jadwal kebersamaannya.
Â
Adrian Maulana gemar berivestasi, sabar gunakan uang
Menambah pundi rupiahnya, Adrian Maulana memilih untuk berinvestasi sebagai bentuk tabungannya. Selain mendapatkan keuntungan yang lebih menarik, ia juga lebih bisa merencanakan masa depan keluarganya dengan investasi. Ia juga tidak ingin menghamburkan uang begitu saja, demi kesenangan sesaat dan lebih memilih bersabar menggunaka uangnya hingga waktu yang tepat.
Dunia keartisan masih dianggap sebagai sumber uang yang besar. Pendapat kamu?
Adrian: Kalau kita bandingkan dunia keartisan, alhamdulillah cukup menjanjikan sumber penghasilannya. Tapi sekarang yang terpenting seberapa besar kita punya penghasilan, tapi seberapa mampu penghasilan tersebut bisa memberikan dampak untuk kehidupan kita, tidak hanya saat ini tapi di kehidupan yang akan datang. Untuk itu mangkanya, tidak cukup punya penghasilan, kita tabung dan konsumsi. Harus ada yang diinvestasikan. Saya tahu banyak sekali orang kepengin menjadi artis, daya tarik penghasilannya di atas rata-rata orang kantoran yang baru memulai karier. Tapi saya katakan, mengenai ketidakpastian, karena sifatnya hanya kontrak. Kalau lagi trend bagus, kalau lagi nggak? ya itu tantangan. Kalau dunia pekerjaan apalagi investasi, saya belajar bagaimana bisa mengelola uang dan mengembangkan uang atau aset kita.
Kenapa harus investasi?
Adrian: Kita belajar dari kecil tambah, kurang, kali dan bagi tapi jarang ada lembaga pendidikan yang mengajarkan pengelolaan uang secara bijaksana dan sekaligus bisa mengembangkan aset. Kalau dibilang menabung, dari kecil memang kita diajarkan untuk menabung. Masalahnya uang satu juta saat ini dengan lima tahun ke depan, secara nilai pasti berbeda. Ini yang harus kita pahami dan sadari. Kalau dalam dunia ekonomi ada inflasi itu sesuatu yang nggak bisa kita hindari. Makanya tidak cukup dengan menabung, harus dengan investasi. Artinya, tindakan kita menyisihkan sebagian dari sebagian penghasilan kita dan dimasukkan ke dalam instrumen yang memberikan pengembalian lebih baik daripada sekedar kita taro di tabungan. Jenisnya tentu bisa macam-macam, ada property, saham dan yang lagi ramai Obligasi Ritail Indonesia, atau surat utang negara. Ada pula orang yang investasi di lukisan tapi agak segemantif. Kalau saya memfokuskan menjadi seorang investor dan pelaku dalam industri investasi di pasar modal khususnya yang berbasis saham dan obligasi atau surat utang.
Â
Apa sih keunggulannya?
Adrian: Kalau keunggulannya banyak, imbal hasil yang kita bisa dapatkan di jangka menengah dan panjang, di atas 3 tahun, jauh lebih besar daripada sekedar taruh dana di instrumen perbangkan yang konvensional seperti deposito apalagi di tabungan. Kalau di tabungan sebagus-bagusnya cuma 2 persen, itu pun belum dipotong pajak, mungkin cuma dapat 1,6 persen per tahun. Tap pengalaman saya dalam berinvestasi pasar modal yang berbasis saham, seperti reksandana saham, rata-rata dua digit. Pengembaliannya per tahun, bisa di atas 10 persen, bahkan saya pernah mengalami pernah di atas 20 persen setiap tahun. Kita sudah mulai dari 2007, sudah 10 tahun bisa rata-rata 15 persen.
Hijrah dari dunia artis ke profesional kantoran, ada turbulance keuangan rumah tangga?
Dessy: Yang pasti penyesuaian itu ada, karena hitung-hitungan awal ya dengan penghasilan yang diterima sebelumnya. Pekerjaan terakhir bisa diprediksi karena seperti gajian. Akhirnya kita membuat perhitungan ulang lagi dari angka yang diterima saat ini. Untungnya nggak jomplang banget, ya kalau jomplang banget nggak diambil, hahaha. Aku juga nggak cerewet dan bawel. Apapun itu demi masa depan hayuk jalani. Yang penting nggak merasa, masih bisa makan dan hidup layak. Kalau pun harus ada penyesuaian, harus ikat pinggang dikit atau nggak bisa begini begitu, nggak masalah. Saya sih berpikir penyesuaian itu biasa ya.
Adrian: Kan ada nanti bonus, satu tahun sekali. Ada penghasilan tambahan yang memang harus sabar, menunda kesenangan baru tahun depan. Di sini butuh kesabaran dan kedisiplinan buat kita untuk mengatur dan kelola sebaik mungkin. Intinya, berapapun penghasilan kita usahakan surplus, jangan lebih besar pasak daripada tiang. Jangan lebih besar pengeluaran dari pemasukan itu yang harus kita jaga. Pada dasarnya kita manusia lebih mudah mengeluarkan uang daripada menyimpan uang.
Â
Demi berinvestasi katanya sempat menunda beberapa kesenangan?
Adrian: Betul, gini saya jujur pakai mobil mobil 10 dan 7 tahun, pengin nggak punya mobil baru? Pengin sih. Apalagi saya senang dengan otomotif. Tapi sekarang karena usia juga dan melek investasi, saya prioritaskan yang lebih penting dulu. Saya menyiapkan pendidikan anak-anak bisa terjamin. Kakak yang sudah SMA sudah saya siapkan S1 bahkan sampai S2. Kemudian anak kita yang kedua, saya juga persiapkan untuk mengenyam pendidikan sama seperti kakaknya. Saya menyiapkan terlebih dahulu hal yang lebih prioritas. Kita yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan hal yang lebih penting. Andaikata kita sudah menyiapkan dengan baik, nggak ada salahnya kita menikmati rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
Investasi juga banyak mengandung resiko. Bagaimana kamu menyikapi resiko tersebut?
Adrian: Banyak yang mengatakan berinvestasi itu sarat dengan resiko. Semakin tinggi imbal hasilnya, semakin tinggi resikonya. Saya mau meluruskan, bahwa resiko itu selalu ada, seperti setiap hari keluar dari rumah, mengundang resiko. Bagaimana meminimalisir resiko tersebut, kita pergi naik kendaraan nggak ugal-ugalan, perginya dengan kecepatan yang terjaga. Kalau yang pakai roda dua, dengan pakai helm, sebelah kiri, nggak kebut-kebutan. Itu kan cara untuk mengelola resiko. Meski kecelakaan bisa setiap hari terjadi, tapi kenapa tetap keluar dari rumah. Itu tidak menyurutkan kita tidak mau beraktivitas. Begitupula dengan investasi. Kita tahu ada resiko, tapi bagaimana kita mengelola resiko. Salah satu yang saya lakukan, satu tujuan saya berinvestasi itu untuk apa, kedua kapan saya mau gunakan hasil investasi, 5 tahun, 10 tahun atau kapan. Ketiga memilih pihak-pihak yang profesional untuk membantu mengelola aset saya. Keempat, saya harus disiplin sampai memang waktunya itu tercapai atau nominal yang tercapai. Saya nggak mau mengambil hasilnya untuk kenikmatan sesaat.
Membuat keputusan penting dalam kehidupan, memang harus dipikirkan matang-matang. Termasuk apa yang dilakukan Adrian Maulana. Keputusannya untuk mundur dari dunia hiburan, membuat perubahan dalam kehidupannya. Apapun itu keputusan dalam kehidupan, semoga menjadi hal yang lebih baik. Sukses terus ya Adrian.