Fimela.com, Jakarta “Kok aneh sih, kenapa memilih kuburan sebagai latar untuk berfoto saat wisuda?” Pertanyaan tersebut banyak diucapkan oleh orang-orang yang pertama kali melihat foto yang diunggah oleh Adilla Bt Kamaruzzaman. Tapi, saat tahu cerita di balik foto tersebut, semua yang melihat foto itu pasti langsung jadi ikut sedih.
BACA JUGA
Advertisement
Adilla menceritakan bahwa dua orang yang sangat penting dalam hidupnya, yakni ayah dan ibunya tak bisa datang saat ia wisuda, lantaran sang ayah dan ibu memang telah lama tiada. Ya, foto tersebut diambil di tempat peristirahatan terakhir sang ayah dan ibu. Tahu banyak orang yang penasaran dengan cerita kehidupannya, Adilla pun bercerita melalui Facebooknya.
Dilla menceritakan bahwa ibunya meninggal saat ia berusia 4 tahun. Sang ibu wafat karena kecelakaan pada 27 Agustus 2000. "Darah mengalir di sepanjang jalan. Ya Allah aku percaya pada janjimu. Tidak ada saksi pada waktu itu. Saya menangis Mama meninggal tepat di tempat ia terlepas dari bawah truk. Dan lepastu saya tidak ingat apa jadinya," tulis Dilla.
Dilla dan ayahnya pun melanjutkan hidup seperti biasa. “Lepastu, saya naik dengan Kaklong dan kadang pulang ke rumah ayah. Ayah hidup seperti biasa setelah mama meninggal. Ayah dulu adalah tentara teritorial. Lepastu Dad adalah seorang nelayan. Terkadang ayah bergabung dengan teman dekat sirkuit f1 untuk kedua anak kami," imbuhnya.
Namun sayang, kemalangan kembali terjadi. Ayah Dilla meninggal pada 22 Juni 2006 karena diabetes hingga mengalami strok. Oleh sang paman Dilla dititipkan di rumah yatim piatu di Ampangan, Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia. Sang paman berjanji akan menjemput Dilla jika usianya sudah menginjak 12 tahun.Tapi, pamannya tak kunjung datang. Saudara-saudaranya yang lain pun tak ada yang menjenguknya. Tinggal di rumah yatim piatu pun ternyata tak membuat kehidupan Dilla menjadi lebih baik. Ia sering di-bully oleh teman-temannya.
Advertisement
Menunggu Ayah untuk Menjemput
Teman-teman Dilla sering menganggap Dilla gila karena ia sering menunggu ayahnya yang telah tiada untuk menjemputnya di sekolah. Bukan cuma itu, teman-teman Dilla pun menganggap dirinya mengarang cerita soal kematian sang ibu karena kecelakaan. “Mungkin kanak kanak sebaya saya juga takkan mampu menipu kan? tapi sayang polis tak terima keterangan saya. mereka kata saya berhalusinasi," tulisnya.
Tinggal di panti asuhan, Dilla mencoba untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya. Ia bercita-cita menjadi orang yang sukses. Lalu bagaimanakah ia bisa mendapatkan uang untuk biaya kuliah? Sejak usia 11 tahun, Dilla mengaku bahwa uang yang diberikan oleh para donator selalu ia tabung.
"Tapi, simpanan saya pun tak cukup. hanya bertahan sampai saya semester 3. sebab? barang art bukan murah serba serbi saya beli sendiri. Termasuk barangan mandian, belanja harian. ada masa saya akan keluar dengan kawan, beli barang dekat luar. juga duit simpanan saya."
Lupa Makan karena Tak Ada Uang
Dilla mengaku bahwa dirinya juga sempat tak makan nasi selama hampir seminggu lantaran tak ada uang untuk membelinya. Tapi, semua kesusahan itu tak langsung membuat Dilla patah semangat. Ia terus belajar dan berusaha hingga akhirnya ulus dari Universiti Teknologi Mara (UiTM) jurusan seni reka.
Setelah lulus ternyata kehidupan berubah. Dulu orang-orang yang “membuangnya” kini mulai berdatangan. Padahal dulu, bahkan ketika Dilla mengirimkan pesan singkat, tak ada satu pun dari saudaranya yang membalasnya. Ya, susah bagi Dilla untuk melupakan semua kejadian pahit yang menimpanya saat masih kecil. Apalagi tak ada satu pun saudaranya yang mempedulikannya.
" Ada yang baru nak mengaku saudara. Tapi maaf, saya bukan Adilla yang dulu. yang lemah dulu saya dibuang tak apalah ujian Allah selalu ada," pungkas Dilla. Jadi, bukan karena gila, Dilla hanya ingin menunjukan pada ayah dan ibunya yang telah tiada bahwa anaknya kini telah berhasil dan baik-baik saja.