Fimela.com, Jakarta Makin 'koboi' suatu perjalanan, maka makin banyak pengalaman seru yang akan dibawa pulang. Jangan manja! Jangan mengandalkan fasilitas serba mewah! Saya, kamu, dan mungkin banyak orang di luar sana mungkin punya persepsi demikian untuk kategori traveling yang sebenarnya.
Agustinus Wibowo dan tulisan-tulisannya yang berdaya magis itu sudah lama jadi parameter saya akan perjalanan sesungguhnya. Tentang menjamah negeri-negeri jauh, menanggalkan kemapanan, juga serabutan memilih tempat bermalam, dari warung makan dengan kasur super tipis hingga rumah warga lokal.
Advertisement
BACA JUGA
Kalau tak begitu, maka tiadalah bermakna suatu perjalanan. Bila tak demikian, kemudian kosonglah pengalaman yang hendak tergores di memori. Tapi belakangan, saya berpikir ulang dan kembali bertanya pada diri sendiri, "Haruskah?".
Adalah Alexander Thian atau lebih dikenal dengan nama aMrazing yang memberi pandangan (brilian) berbeda. Dengan santainya ia bercerita, menyalahi apa-apa yang selama ini jadi indikator akan traveling. Sialnya, saya malah setuju.
Mungkin tak plek sepenuhnya, tapi saya bisa terima gagasan Alex, begitu ia akrab disapa, secara garis besar. Soal bagaimana melakoni perjalanan dengan, sebut saja, manja dan begitu membelakangi metode Agustinus. Jadi, apa sih sebenarnya traveling manja ala aMrazing ini?
Advertisement
Traveling Manja, Kenapa Nggak?
Bagi saya, traveling sebenarnya hampir selalu tentang pengalaman dan makna. Bukan semata melihat panorama cantik, di mana ini adalah bonus yang amat saya syukuri, dan rileksasi diri. Kalau semata refreshing, secara mengejutkan, Jakarta juga bisa melakukannya lewat berbagai cara.
Karenanya, saya expand tujuan dalam melakoni tiap perjalanan dan berakhir di dua poin yang sudah disebutkan. Pegangan itulah yang sepertinya membuat saya bisa menerima gagasan traveling manja ala aMrazing.
Hal ini bermula saat saya membaca caption foto bertajuk #LetMeTellYouAStory yang memang biasa dibagikan Alex di akun Instagram-nya. Kala itu, ia baru saja pulang dari Rinjani. Dalam selipan beberapa cerita yang dikisahkan, Alex secara gamblang mengatakan kalau ia tak ragu 'bermewah-mewah' saat naik gunung.
"But seriously, buatku naik gunung harus nyaman karena aku anaknya manja. Lagipula, dengan sewa porter dan guide, kita menggerakkan roda perekonomian lokal, lho," tulisnya di keterangan foto yang panjangnya luar biasa, tapi tetap enak dibaca itu.
Saya tertohok di bagian terakhir kalimat itu. Saya ulang perlahan di kepala 'menggerakkan-roda-perekomian-lokal'. Ternyata kita masih punya cara lain untuk berkontribusi pada warga lokal, mereka yang pesona rumahnya dinikmati oleh mungkin tak sedikit orang.
Tapi, anggapan itu tentulah bukan satu-satunya isme yang mesti diaplikasikan pada tiap kejadian. Harus ada pertimbangan apakah harus menyewa guide atau berkelana sendiri, lantaran keduanya punya nilai plus minus.
Pakai Guide atau Tidak?
Ketika ditanya, "Lebih baik pakai guide atau tidak?", saya tak akan menjawabnya dengan cepat. Ada beberapa pertimbangan yang mungkin juga bisa jadi bahan pemikiranmu kala dihadapkan dengan pertanyaan serupa.
Pertama, ke mana akan pergi dan berapa lama. Mengapa dua hal ini penting? Karena dengan tahu medan perjalanan dan berapa lama berada di sana, maka kita bisa memilih jenis perjalanan paling cocok, di mana nggak melulu independent atau pakai guide.
Ada beberapa destinasi yang memang mengharuskanmu menyewa jasa guide resmi seperti Bhutan dan Korea Utara tak peduli seberapa lama tinggal. Tapi, bukan berarti pergi di dalam negeri tak membutuhkan guide. Untuk tempat yang masih dikatakan sulit terjamah, Maluku Utara misalnya, tak ada salahnya menyewa jasa guide, di mana ini sangat mungkin merangkap sebagai driver.
Tapi dalam beberapa kasus, kamu juga bisa mengombinasikan keduanya. Semisal ingin menjelajah Bali, tempat-tempat mudah seperti Kuta, Semninyak, Jimbaran, maupun Uluwatu mungkin bisa dijamah sendiri. Tapi, kalau ingin pergi ke beberapa tempat non-mainstream di misalnya daerah Gianyar, sungguh tak ada salahnya menyewa guide.
Di samping memberi tahu jalan, guide juga biasanya akan mengajakmu ke tempat-tempat yang tak banyak diketahui turis. Juga, ini super penting, sopan santun selama berada di tempat-tempat tertentu, apalagi yang memang masih keramat. Risetmu tentu tak ada apa-apanya dengan pengetahuan mereka yang memang asli orang sana. Jadi, memilih guide adalah penting untuk dilakukan. Kalau bisa, berdasarkan rekomendasi dari teman atau orang yang kamu percaya.
Lama perjalanan juga memegaruhi pilihan. Kalau ingin pergi ke satu tempat dalam waktu singkat, namun tetap ingin menjamah beberapa spot wajib, maka menyewa jasa guide bisa dilakukan. Tapi, kalau lebih ingin santai, lantaran punya waktu perjalanan lebih panjang, pergi sendiri juga tak masalah.
Kedua, sesuaikan dengan budget. Menyewa jasa guide bisa membuat perjalanan jadi lebih mahal, atau bahkan lebih murah. Jadi, pastikan kamu menghitung pengeluaran juga di pilihan ini.
Kemudian, pilihan ini juga tergantung tujuan perjalanan. Kalau kamu ingin pergi untuk menenangkan diri, maka janganlah memilih jasa guide. Kalau eksplorasimu mau ingin lebih jauh dan sedikit banyak, tak ada salahnya mempertimbangkan memakai jasa guide.
Fleksibel saja sebenarnya. Mana yang kamu butuhkan dan tidak. Pilihlah cara traveling yang benar-benar sesuai dengan keinginanmu. Ingin apa dan mana yang membuat perjalanan jadi lebih bermakna. Jadi, mau ke mana selanjutnya?
Asnida Riani,
Editor Celeb Bintang.com