Fimela.com, Jakarta Sedikit curhat, ketika kamu membaca tulisan ini mungkin saya sedang menghirup udara kota Osaka, Jepang, sembari mengingat tentang mimpi-mimpi yang saya buat untuk mengunjungi kota favorite saya di Negeri Sakura ini.
***
Dari dulu, saya miliki mimpi untuk pergi ke Negeri Sakura. Menjajaki tiap jengkal kota Osaka, menyambangi berbagai macam kuil dengan nuansa tradisionalnya. Kini saya mendapatkan kesempatan untuk mengarungi kota yang sudah berada dalam mimpi saya itu.
Advertisement
BACA JUGA
Pesona Jepang memang tiada habisnya. Bagi saya, ada saja hal menarik yang bisa dijajaki. Tak apa jika dikata pelancong mainstream dengan segala itinerary biasa yang pula menjadi bucket list setiap orang.
Jika sebagian dari kamu bermimpi untuk pergi ke Tokyo, berbeda degan saya. Saya tak menyukai keramaian. Saya memilih untuk menjelajahi pedasaan Osaka lalu mengarungi Kyoto dengan segala bangunan tradisionalnya.
Bukan teknologi Jepang yang membuat saya menambatkan hati, namun saya mengagumi budayanya. Seperti Indonesia, Jepang pun miliki budaya di setiap daerahnya. Logat Kansai yang sangat kental, misalnya. Rasanya tak bosan mendengarkan logat yang masih dibanggakan masyarakat Kansai.
Meski memang harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyambangi negeri ini, saya rasa hampir setiap orang setuju bahwa Jepang miliki magnet sendiri yang akan membuat kamu ingin kembali berkunjung.
Seperti yang sudah saya katakan, ketika kamu membaca ini mungkin saya sedang menikmati Universal Studio Jepang di Osaka. Mengarungi dunia Harry Potter dan minum Butterbeer. Lalu, apa yang istimewa di Jepang lagi?
Advertisement
Akan Kembali Jatuh Cinta pada Negeri Sakura
Transportasi yang tidak murah membuat masyarakat Jepang banyak yang memutuskan untuk berjalan kaki ketika ingin bertemu dengan seseorang. Tak dimanjakan dengan ojek online atau taksi yang harganya murah, hal tersebut membuat banyak orang Jepang menjadi lebih sigap.
Soal waktu, mereka nggak akan pernah menganggapnya sebagai hal yang sepele. Ketika temanmu dengan senang hati menunggu setengah jam karena kamu terlambat mencatok rambut, di Negeri Sakura mungkin kamu sudah ditinggal pergi dan dianggap sebagai orang yang tak bisa menepati janji.
Saya mengagumi negeri ini dengan segala ketertiban dan keramahannya. Saya paham bahwa satu kali berkunjung saja takkan cukup. Maka ada baiknya untuk kembali dan menjelajahi kota yang lain lagi.
Tak perlu sampai menjejakkan kaki di sana, rasanya saya tahu bahwa hati ini akan jatuh cinta lagi dan lagi bahkan dengan dedaunan yang gugur di musim gugur. Atau dengan semilir angin yang datang memeluk dan mencium dengan cara khas nan lembut.
Saya sadari bahwa mimpilah yang membuat manusia menjadi hidup. Karena dengan mimpi, kamu tahu kemana harus pergi. Karena dengan mimpi, kamu tahu ke mana arah diri berlari.
Ketika mimpi menjadi hal yang gratis, banyak yang meragukan karena tak miliki kepercayaan diri. Takut jatuh dan sakit, katanya. Namun seperti kata Soekarno "bermimpilah setinggi langit. Ketika engkau jatuh, maka engkau akan jatuh di antara bintang-bintang," maka percayalah bahwa mimpi tak sama seperti membuang waktu.
Di detik saat kamu membaca tulisan ini, mungkin saya tengah berpikir tentang bagaimana caranya kembali untuk melihat indahnya Negeri Sakura ketika musim semi tengah berlangsung. Namanya juga bermimpi.
Salam penuh hangat dari Negeri Ramen,
Floria Zulvi
Editor Kanal Sex and Health