Fimela.com, Jakarta Bagi Mayu, seorang gadis asal Pontianak, Kalimantan Barat, buku bukan cuma untuk dibaca orang-orang di kota. Menurutnya, anak-anak di dalam desa terpencil juga berhak membaca buku dan mendapatkan informasi.
BACA JUGA
Advertisement
Namun sayang, Kecamatan Bunut Hilir, Kapuas Hulu yang memiliki 11 desa ini tak mudah untuk diakses. Untuk mencapai ke lokasi tersebut, mulai dari desa hingga ke dusun, perjalanannya sangat berat.
Setiap orang yang ingin masuk daerah tersebut, harus menggunkaan angkutan air dan juga berjalan kaki. Meskipun medannya berat, Mayu tak menyerah. Dia dan teman-temannya membawa ratusan buku menggunakan ransel ke desa dan dusun di sana.
"Dalam ransel itu bisa sampai seratus judul buku yang kami bawa. Antusias membaca, terutama anak-anak. besar, minat bacanya tinggi," katanya kepada salah satu media online.
Dia juga mengaku, untuk mencapai lokasi itu, mereka membutuhkan waktu sekitar 2 jam menggunakan speedboat 40 pk. Keterbatasan mereka untuk mengantarkan informasi dan pendidikan tak menyurutkan semangat.
Karena tak memiliki speedboat sendiri, mereka kadang menumang dan menggunakan speedboat milik dinas di sana. "Pernah juga menumpang dengan kawan-kawan WWF. Kalau yang dekat, biasa saya pakai sepeda," katanya.
Mayu dan teman-temannya sangat ingin, anak-anak yang berada di desa dan dusun juga bisa membaca buku. Bahkan, Mayu mengatakan, minat baca anak-anak di tempat terpencil itu sangat tinggi. Inilah yang membuat Mayu tak pernah lelah untuk berjuang meski harus menyeberang sungai dan menempuh jarak jauh.