Fimela.com, Jakarta Seorang nenek penjual kue gemblong tiba-tiba menangis usai mengetuk pintu sebuah rumah. Dilansir dari salah satu media online, nenek tersebut sedang putus asa karena sudah seharian dia menjajakan gemblong buatannya, namun belum ada yang membeli.
BACA JUGA
Advertisement
Saat dia mengetuk pintu rumah tersebut, muncul sang tuan rumah. Nenek itu menceritakan keputusasaannya. Sang pemilik rumah lantas memberikan sejumlah uang untuk si nenek, dan menyuruhnya membeli beras serta bahan makanan untuk keluarganya. Juga sejumlah uang lagi untuk ongkos ojek pulang ke rumah.
Bukan itu saja, si pemilik rumah juga menyuruh si nenek untuk membagikan kue dagangannya ke orang-orang di pinggir jalan. Seketika saja, sang nenek malah menangis tersedu-sedu. Karena terkejut, sang pemilik rumah lantas menanyakan alasan sang nenek menangis usai diberi uang.
"Saya nggak mau ke sini lagi. Saya sedih dan malu. Ibu tidak suka dengan kue gemblong buatan saya. Ibu cuma memberikan uang karena Ibu kasihan kepada saya. Saya malu," katanya.
Sang pemilik rumah lantas menjelaskan kenapa dia memberikan sejumlah uang tanpa membeli gemblong miliknya. "Saya bukan kasihan. Saya tidak mau membeli gemblong Nenek karena saya kenyang. Saya barusan sudah makan. Sementara, banyak orang kelaparan di jalan sana," katanya.
Kisah ini lantas ditulis oleh seorang pemilik akun Facebook bernama Nabila L. Shafana dan dibagikan kembali oleh netizen. Kisah ini kemudian menimbulkan haru banyak netizen. Bukan cuma karena iba dengan sang nenek, tapi juga salut dengan kemurahan hati sang pemilik rumah.
Kadang, mungkin banyak orang yang kasihan dengan para pedangan kecil. Mereka mencoba untuk membantunya dan memberikan sejumlah uang. Tapi sayangnya, hal ini justru membuat banyak pedagang sedih.
Mereka berjuang untuk hidup dengan berjualan. Mereka memang butuh uang, namun mereka juga akan jauh lebih senang kalau barang dagangannya laku karena banyak pelanggan yang suka. Apa lagi soal makanan. Semoga kisah ini bikin kamu lebih bermurah hati kepada mereka tanpa melukai hati para pedagang tanpa disengaja.