Fimela.com, Jakarta Rachel Amanda, satu dari survivor kanker yang kini tengah mensyukuri nikmatnya kehidupan yang diberikan Tuhan. Sempat syok mengetahui menderita kanker tiroid, namun ia optimis, bisa melewati cobaan tersebut. Kini, Rachel Amanda sudah dinyatakan sembuh dengan proses pengobatan medis yang sangat diperhitungan. Ia pun membagi kisah perjuangannya, untuk menjadi inspirasi bagi pengidap kanker tiroid lainnya, agar bisa tetap optimis menjalani kehidupan. Bagaimana ceritanya?
***
Rachel Amanda Aurora, sempat syok mendapati dirinya terkena kanker tiroid di usia yang masih sangat muda, di tahun 2014. Namun ia bersyukur dikelilingi keluarga dan orang-orang yang penuh perhatian sehingga ia bisa melewati cobaan tersebut. Apalagi, Amanda bukan sosok gadis yang hanya bisa meratapi apa yang dialaminya. Melalui jari jemarinya, ia pun membuka internet untuk mencari tahu seluk beluk kanker tiroid dan bagaimana penanganannya. Selain itu, ia pun ikut komunitas penderita masalah di tiroid, berbagi cerita dengan sesama penderita kanker tiroid lainnya.
Advertisement
BACA JUGA
Meski masuk dalam kategori jenis kanker yang mudah diobati jika terdeteksi secara dini, namun tak pelak menyebut kanker saja sudah menjadi momok yang menakutkan. Rachel sadar, jika ia masih terbawa rasa emosionalnya, pengobatan pun pasti urung dilakukan. Berpikir positif, berdoa dan berusaha, menjadi kunci penentu ia bisa melawan kanker tiroid yang dideritanya.
Setelah menjalani operasi di tahun 2014, Rachel Amanda sudah bisa beraktivitas kembali. Ia tengah fokus menyelesaikan kuliah di Universitas Indonesia jurusan psikologi. Saat ini, sudah masuk smester 7 atau tingkat akhir. Tak lama lagi Rachel pun akan menjadi seorang sarjana. Sibuk kuliah, tak menghalanginya untuk tetap eksis di dunia akting. Hanya saja ia membatasi aktivitasnya di dunia hiburan, hanya dengan berakting di layar lebar, film pendek dan FTV saat ini.
"Kuliahku juga makin padat, ini tahun terakhir. Jadi ambil dulu film, kalau film kan timeline-nya ada waktu yang jelas, sebulan atau berapa lama. Selain itu, sudah ngerasa cukup lama syuting stripping saat itu yang memang menyita waktu cukup banyak, istirahatnya kurang. Jadi ya udah lah coba dulu, passion-nya juga lagi di film," ujar Rachel Amanda saat berbincang dengan Bintang.com belum lama ini di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Rachel yang tergabung di komunitas Pita Tosca Indonesia, wadah bagi pasien yang bermasalah seputar tiroid, juga tidak ingin selalu 'dikasihani' lantaran pernah mengidap kanker tiroid. Jika ia bercerita tentang pengalamannya hidup dengan kanker tiroid, semata-mata ingin memberikan inspirasi bagi masyarakat yang masih awam dengan kanker tersebut. Bagaimana cerita selengkapnya? Simak dalam wawancara eksklusif berikut ini.
Advertisement
Seumur hidup konsumsi obat khusus
Terkena kanker tiroid di usia yang masih belia, membuat Rachel Amanda banyak belajar dan belajar banyak tentang makna kehidupan. Ia bersyukur bisa melewati masa sakitnya dengan rasa optimis. Berdoa dan berusaha, merupakan kunci baginya bisa terlepas dari kanker tiroid.
Masih konsumsi obat?
Kalau obat, itu memang aku ada satu obat yang dikonsumsi dan itu seumur hidup. Itu sebagai pengganti fungsi kelenjarnya, bukan karena ada sakit gimana, karena memang satu kelenjar yang sudah dioperasi tahun 2014 dan kelenjar itu cukup krusial untuk tubuh manusia. Digantikan dengan pil kecil, setiap hari setiap pagi, diminum. Nggak berasa juga sih (minum obat).
Jumlahnya banyak?
Nggak, lagi-lagi tergantung. Masalah tiroid kan beda-beda, nggak bisa disamain juga. Mungkin ada yang bentrok dengan imunitas itu beda lagi (obatnya), untungnya aku cuma obat itu doang.
Sekarang kamu periksa kesehatan secara berkala?
Aku ada pemeriksaan tiap bulan, ambil darah untuk melihat kadar hormon tiroid aku yang digantikan sama obat. Memang itu PR-nya sih orang yang punya masalah dengan tiroid. Karena kalay misalnya orang yang punya tiroid, kelenjar ini sudah bekerja otomatis, berapa banyak horman yang dibutuhkan. Kalau sudah dioperasi kan sistemnya manual, jadi dilihat secara berkala, apakah kadarnya sudah cukup atau belum. Kalau belum, dosisnya dinaikan.
Saat divonis kanker, kamu pernah berpikir jadi orang yang menderita?
Masa itu ada, cuma nggak lama. Karena pada dasarnya aku itu orang yang cuek. Apalagi beberapa keluargaku dokter, jadi ketika ada satu anggota keluarga yang kena (sakit parah), berpikirnya teknikal saja. Nggak ada waktu buat meratapi, jadi semua mengajak ayo kita lanjutin ini dan itu. Langsung bicara langkah yang harus diambil. Itu berpengaruh terhadap pikiran aku juga, sehingga aku juga berpikir harus ngapain, ini dan itu. Cara menyelesaikannya bagaimana.
Tegar juga ya kamu?
Setelah kejadian itu, nggak ada yang berubah dari diri aku. Tapi beberapa anggota keluarga ada yang bilang pasti ada yang berubah, sadar atau tidak aku sadari. Mungkin aku lebih kuat dari apa yang aku pikir biasa saja. Kata mereka, next kalau kena apa-apa lagi (cobaan), aku nggak akan lemah atau seringkih dulu, karena sudah pernah mengalaminya.
Ada treatment khusus untuk kesehatan kamu saat ini? Tidur harus sekian jam?
Aku sih untungnya dari dulu masalah tidur selalu 8 jam, bukan karena menjaga tapi memang nggak bisa begadang. Mungkin sekarang lagi kuliah saja, syuting juga sesekali, paling film. Kalau sehari-hari, jam 9 atau 10 malam sudah tidur. Bukan sengaja, memang jam segitu sudah hilang waktunya, hahaha. Kalau makanan, ya lebih berhati-hati saja, kurangi gorengan. Mungkin kalau gorengan di rumah saja, tempe goreng, pisang goreng, bawanya dari rumah.
Kamu ikut komunitas masalah tiroid?
Sebenarnya untuk membantu teman-teman, ada satu komunitas. Komunitas ni untuk orang-orang yang punya permasalahan tiroid, bukan hanya penyandang kanker, jadi apapun yang berhubungan dengan troid karena kami paham, informasi sangat minim apalagi di Indonesia, namanya Pita Tosca dan itu sudah ada di media sosial. Silahkan dicari informasinya, banyak di situ, mau gabung, mau tanya-tanya, silahkan.
Siapa sih sosok yang kasih kekuatan?
Banyak ya, banyak banget. Keluarga, teman, pacar, terus banyak sih sebenarnya. Untungnya aku dikelilingi sama orang-orang yang positif banget dan mereka tidak melihat aku sebagai anak yang sakit atau apa. Biasa saja dan bagi aku itu yang dibutuhkan para survivor, nggak perlu 'dikasihani' ya sudah support saja. Biasa saja karena pada dasarnya kamu tahu apa yang harus kami lakukan. Kasih ambience yang menyenangkan saja.
Ada pesan untuk orang lain yang mengalami hal sama?
Untuk teman-teman semua yang bermasalah dengan kesehatan, apapun, di sini mungkin khususnya tiroid ya dan aku tahu di luar sana masih banyak yang bermasalah dengan tiroid tapi masih bingung banget karena ini bisa dibilang invisible illness yang tidak dirasain gejalanya, tiba-tiba bisa kejangkit. Cepat periksa ke dokter, jangan takut kalau ada msalah dan keluahan apapun, segera ke rumah sakit atau ahli medis. Percaya sama kemampuan medis dan dokter. Kalau bisa jangan pakai metode lain, karena yang aku tahu banyak kasus (gagal), dan hasilnya kurang sesuai dengan harapan. Harus aware dengan kesehatan, karena kesehatan itu mahal.
Banyak juga yang masih takut dioperasi kanker tiroid, apa komentar kamu?
Jadi pada dasarnya penanganan tiroid itu dilakukan sedini mungkin sangat aman. Kalau pun ada kanker tiroid, itu jenis kanker yang paling mudah diobati, di internet ditulisnya seperti itu. Tapi aku mengerti, yang namanya kanker tiroid, setiap orang ngga ada yang mau punya, mudah-mudahan nggak sampai karena semua orang yang punya masalah tiroid sampai kanker tapi segera diperiksa, kalau harus dioperasi nggak apa-apa. Sudah ada obat penggantinya. Sekarang asal teratur dan jangan merasa panik jika ada yang hilang, seperti aku baik-baik saja. Dan di luar sana, banyak teman-teman survior yang baik-baik juga.
Jadi pribadi yang lebih kuat usai terkena kanker tiroid
Wajah Rachel Amanda begitu berbinar saat diminta menceritakan kondisinya saat ini. Menurut Rachel, kini kondisi tubuhnya cukup fit dan bugar meski ia harus tetap menjaga kesehatannya pasca terkena kanker tiroid. Ia pun begitu sumringah saat berbincang perihal aktivitasnya saat ini.
Sekarang sudah nggak main sinetron lagi ya?
Aku terakhir main sinetron di tahun 2014. Saat itu memang sengaja nggak ambil dulu. Tapi ke depannya belum tahu juga. Saat ini mau fokus ke film dulu, sesekali sih syuting FTV. Cuma sekarang mencoba fokus ke film dan kuliah dulu tentunya.
Ada alasan kesehatan?
Sebenarnya sedikitnya ada, tapi itu bukan alasan utama aku nggak ambil stripping lagi. Ini masalah fokus. Kuliahku juga makin padat, ini tahun terakhir. Jadi ambil dulu film. Kalau film kan timeline-nya ada waktu yang jelas, sebulan atau berapa lama. Selain itu, sudah merasa cukup lah syuting stripping saat itu yang memang menyita waktu cukup banyak, istirahatnya kurang. Jadi ya, udah lah coba dulu, passion-nya juga lagi di film.
Dulu dikenal artis spesialis stripping, sekarang berarti uang bukan prioritas. Betul kualitas?
Dibilang itu bisa, dalam arti begini, pasti pekerja seni nggak munafik, perlu uang, tapi untuk sekarang prioritas bukan di situ dulu. Mungkin masih muda juga, masih punya energi untuk eksplore di bagian lain dan jujur juga, salah satu fokus di film, ingin berkembang. Sudah saatnya aku belajar lagi ngembangin lagi (kualitas akting) yang mungkin selama ini terhambat karena kejar-kejaran karena penayangan, kalau di film mungkin bisa lebih fokus sebagai pemeran.
Apa karena persaingan, jadi tinggalin sinetron?
Nggak lah, saat ini aku tidak ambil dulu tapi ke depannya nggak tahu. Mungkin karena passion aku di film dan aku sudah cukup lama di sinetron stripping, dari 2007. Berarti saat nggak stripping, sudah tujuh tahun, sudah terlalu lama di zona itu, harus gerak lagi. Kebetulan saat itu banyak teman-teman yang baru masuk di dunia itu (akting) buat aku wajar, pergantian seperti itu.
Mungkin kamu ada rasa khawatir nggak bisa jaga kesehatan kalau stripping?
Mungkin kalau sakitnya spesifik ada, tapi ini sebenarnya bagian kelenjar itu sudah diangkat, mungkin kalau khawatir terjangkit lagi bukan di situ (tiroid). Justru saat ini aku lebih aware tentang kesehatan bahwa memang tenaga harus dijaga, kesehatan harus dijaga. Kalau tubuh sudah kasih sinyal istrirahat ya sudah, berhenti saja. Aku tipe orang yang susah berhenti. Di rumah saja harus ngapain gitu, kerjain ini, kerjain itu. Jadi sekarang harus tahu kapan harus berhenti saja.
Saat syuting, kamu minta treatmen khusus?
Nggak sih karena pada dasarnya kondisi tubuhku masih fit. Aku paling hanya kontrol diri sendiri saja. Semisal, sebelum sakit pun aku cenderung menghindari asap rokok di manapun termasuk lokasi syuting. Kalau semisal di lokasi ada yang merokok, aku yang pindah tempat. Aku nggak pernah minta area sama unit, kalau ada yang merokok itu kan hak mereka juga.
Rencana berikutnya untuk film terdekat?
Sekarang aku mau syuting sebuah film pendek lalu ya kuliah. Besok masuk smester 7, sudah tingkat akhir yang semakin mendekati skripsi. Membayangkannya sudah padat lagi (waktunya), kegiatan sama urus buku dan puisi yang aku baru launching kemarin.
Bikin puisi dan buku juga tentang pengalaman sakit kamu?
Nggak ada, temanya romance. Jadi nggak ada hubungannya dengan sakit.
Senyum Rachel Amanda diharapkan bisa memberikan harapan bagi para penderita kanker tiroid lainnya. Dengan doa dan usaha, semua orang bisa melewati sakit tersebut dengan rasa optimis. Kisah hidupnya dengan kanker tiroid beserta pengalaman mengatasinya, diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Sehat selalu ya Rachel Amanda.