Fimela.com, Jakarta Dewasa ini konflik bisa muncul dengan sangat mudah, bahkan tanpa kamu sadari ucapanmu bisa menjadi pemicu konflik. Ya, maka tak salah jika mulai saat ini kita harus lebih berhati-hati saat berbicara, kecuali kamu memang menginginkan konflik bertebaran di mana-mana.
Jujur saja, akhir-akhir ini saya merasa sedih dengan kondisi masyarakat yang sangat mudah terprovokasi. Terlebih tak sedikit orang yang menerima kritik sebagai bahan renungan dan perbaikan diri, melainkan menganggapnya sebagai bentuk penolakan atas diri dan apa yang dilakukan.
Advertisement
BACA JUGA
Kebayang dong bagaimana kacaunya kondisi saat ini kalau ada begitu banyak orang yang mudah terprovokasi dan menggunakan cara pancang negatif? Kalau kamu sendiri apa yang kamu lakukan saat mendapat kritik yang tak menyenangkan? Emang sih nggak mudah menerima kritik, tapi kalau kamu menghadapinya dengan kepala dingin, kamu nggak akan mengganggap kritik sebagai sebuah penolakan dan hal yang menyakitkan.
Terlebih buat orang yang baperan alias suka bawa perasaan, menerima kritik bisa jadi bukan hal yang mudah. Ditambah saat ini orang bisa ngomong sesukanya di media sosial, dengan cara dan gaya bicara yang tak memikirkan perasaan orang lain.
Ya, media sosial memang menjadi wadah untuk memudahkan komunikasi, tapi sayang tak sedikit orang yang menggunakannya sebagai tempat untuk berkata seenaknya, menghujat atau melakukan penghinaan secara bebas. Melihat kenyataan tersebut, nggak heran masyarakat ini sangat mudah terprofokasi. Parahnya saat ada isu negatif yang bereddar, sedikit sekali yang mau mencari tahu kebenarannya, melainkan lebih memilih bertindak menghakimi.
Capek deh! Sampai kapan semuanya akan seperti ini? Bukankah kita diajarkan untuk saling mengasihi dan menyayangi? Kalau sadar akan hal tersebut, mestinya hal seperti di atas nggak akan terjadi. Itulah kenapa kita harus menggunakan kepala dingin saat melihat dan menghadapi berbagai hal termasuk di media sosial.
Advertisement
Jadi Netizen Cerdas
Biar kamu nggak mudah terprovokasi dan terbawa arus negatif, sebagai pengguna media sosial kamu pun harus pintar-pintar membawa diri. Jangan sampai malah kamu menjadi malu dengan kesalahan yang harusnya nggak kamu lakukan karena keburu terprovokasi dan berasumsi negatif.
Sejauh ini saya pun masih belajar untuk tak mudah terprovokasi dan berasumsi nagatif dengan isu yang muncul di media sosial. Pertama yang saya lakukan membiasakan diri untuk membaca informasi sampai habis.
Ya, biasanya mereka yang mudah terprovokasi itu karena tak memperkaya informasi dan termakan dengan judul-judul artikel yang dilihatnya. Belum baca tapi sudah berkomentar, harusnya tidak seperti itu ya.
Saat kamu memperkaya informasi dengan membaca dari banyak sumber, kamu juga bisa melakukan cross check biar kamu tahu kebenarannya. Lalu, berpikirlah sebelum berkomentar, jangan sampai salah komentar dan memeprmalukan diri sendiri.
Selain itu kamu harus ingat, kadang sesuatu yang kamu anggap benar itu belum bernilai sama dikepala orang lain. Jadi jangan menutup kemungkinan kalau ada yang nggak sepaham sama kamu. Terakhir, jangan malu mengakui sebuah kebanaran saat kamu melakukan kesalahan ya. Salah itu manusiawi kok!