Fimela.com, Jakarta Tubuh yang tak sempurna kadang menambah keberanian dan juga kekuatan untuk melakukan semua aktivitas seperti orang lain. Tak mudah, namun banyak penyandang disabilitas yang berjuang untuk hidup, meski dengan segala keterbatasannya.
BACA JUGA
Advertisement
Seperti Julhakim, pria kelahiran 1994 yang tak bisa berjalan normal. Dilansir dari Liputan6, kondisinya ini terjadi sejak dia lahir. Namun, sejak kecil, Julhakim tak pernah putus asa untuk hidup.
Waga kawasan Transmigrasi Belangin III di Dusun Padas Suryan, Kecamatan Kapuas, Sanggau, Kalimantan Baran ini sehari-hari berjualan buah. Mulai dari jeruk, salak, dan buah-buahan kecil lainnya.
Karena tak bisa berjalan, Julhakim terpaksa merangkak saat menjajakan buah-buahan yang dia jual. Meskiun hari-harinya cukup keras, namun dia tak pernah mengeluh dan bermalas-malasan.
Julhakim malang, selain tak sanggup berjalan, ternyata dia juga tinggal sebatang kara. Sejak lahir, dia dirawat bapak angkatnya, Mustafa. Namun, bapak angkatnya ini sudah meninggal dua tahun lalu. Tak punya siapa-siapa lagi, Julhakim akhirnya hidup sebatang kara.
Meskipun begitu, dia tetap bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap bekerja. Agar dagangannya habis, dia harus merangkak puluham kilometer. Meski kulit lututnya sering terkelupas akibat bergesekan dengan aspal, dia tak pernah mengeluh.
Hidup susah tak membuatnya gelap mata. Dia tak ingin tergantung kepada orang lain, juga tak ingin mengemis. "Saya tidak mau mencuri. Mengeluh tidak guna. Saya harus kerja. Apa pun saya kerjakan. Ya salah satunya saya jualan buah jeruk dan salak," katanya kepada Liputan6.