Fimela.com, Jakarta Pertengkaran merupakan bagian dalam hubungan. Kadang kala hal tersebut nggak bisa dihindari, karena pasti sepanjang perjalanan berdua ada saja perbedaan yang membuat para pasangan berselisih paham, ya kan? Pertengkaran itu juga nggak selalu buruk, kok. Kata orang, pertengkaran dalam hubungan adalah bumbu cinta.
BACA JUGA
Advertisement
Kamu memang nggak perlu khawatir berlebihan terhadap hal itu, girls. Lagi pula, selama menjalaninya dari waktu ke waktu kamu dan pacarmu pasti akan semakin paham apa yang bisa memicu pertengkaran, apa yang nggak. Selain itu, lama kelamaan kalian juga akan paham bagaimana menghadapi satu sama lain saat pertengkaran itu terjadi, bagaimana caramu mengekspresikan kemarahannya, dan bagaimana cara meredakannya.
Mampu memanajemen emosi, mau mendengarkan, menekan keegoisan dan nggak segan mengucap maaf dengan benar adalah kunci. Untuk satu hal terakhir, yakni kata maaf, memang terdengar mudah sekali untuk diucapkan. Padahal untuk menerapkan makna kata maaf itu sendiri sebenarnya sulit. Sebab, maaf bukan hanya sebuah kata yang terdiri dari empat huruf, tapi juga kesungguhan untuk memperbaiki keadaan.
Sayangnya, menunjukkan kesungguhan untuk memperbaiki keadaan tersebut nggak selalu datang berbarengan dengan kata maaf yang keluar dari mulut. Malah sebelum bukti kesungguhan itu terlihat, kata maaf bisa tampak nggak sungguh-sungguh dari cara orang yang bersangkutan mengucapkannya.
Bagi kamu yang merasa kata 'maaf' itu berharga dan bukan sekadar untuk 'diucapkan' belaka, apakah kata maaf yang terucap selama ini sudah tersampaikan dengan tepat?
Untuk Kata Maaf yang Terucap dengan Sungguh-sungguh, Coba Lakukan Hal Ini
1. Hindari bilang 'ya sudah'. Terucapnya kata maaf biasanya ada di urutan terakhir, setelah kemarahan itu diungkap, ada perdebatan, diskusi, baru sampai pada tahap penyelesaian hingga kata maaf itu terucap. Tapi, jangan pakai kata 'ya sudah' ketika ingin minta maaf, misal; "ya sudah, aku minta maaf", karena itu hanya akan membuat maafmu terkesan palsu, sekadar ingin mengakhiri perdebatan tanpa sungguh-sungguh tahu bagaimana mengatasi masalahnya.
2. Nggak usah nambahin kata 'deh'. "Maaf, deh" bukan kata yang enak didengar saat kamu marah, kan? Pikirkan soal itu juga saat kamu hendak mengucap maaf yang diiringi kata 'deh' di belakangnya. Meski kamu bermaksud meminta maaf, tapi dengan tambahan kata 'deh' di belakang akan membuatmu terkesan terpaksa.
3. Jangan pakai 'kalau'. Contoh, "maaf kalau aku salah". Jika ingin memberikan penjelasan atau sanggahan atas sesuatu yang kamu lakukan, sebaiknya lakukan itu sebelum kamu mengucapkan kata maaf. Jadi saat kamu mengucap kata maaf, kamu sudah bersungguh-sungguh. Nggak lagi setengah hati dengan menyelipkan kata "kalau".
4. Kalau minta maaf, nggak usah menyudutkan dengan membalikkan kesalahan padanya. Misalkan begini, "Aku tahu aku salah, aku minta maaf. Kamu juga harusnya blablabla" Nah, itu seperti kamu masih ingin menempatkan kesalahan dalam pertengkaran itu kepadanya. Sebaiknya, ucapkan maafmu ketika kamu merasa sudah cukup berdiskusi.
5. Setelah bilang maaf, nggak perlu lagi ada kata-kata pembelaan diri. Nah, seperti yang dibilang di poin keempat tadi, ucapkan maafmu ketika kamu merasa sudah cukup berdiskusi. Sehingga saat kamu sudah mengucap maaf, kamu bisa fokus pada solusi, bukan lagi pembelaan diri.
Apakah kamu sudah menerapkan cara ini dalam hubungan, saat hendak bilang maaf ke pacar?