Fimela.com, Jakarta Telah terlalu lama sejak bisnis teknologi identik dengan lelaki sebagai pelakonnya. Nama-nama besar yang terkenal mahir dan jadi pemrakarsa di bidang ini memang didominasi kaum Adam. Kendati demikian, bukan berarti tak ada perempuan yang menggeluti teknologi untuk dikomersilkan. Aulia Halimatussadiah bisa jadi cerminan sepak terjang kaum hawa di bisnis-dominan-lelaki tersebut.
***
Berlatar pendidikan Teknik Informatika, perempuan yang akrab disapa Ollie ini sempat bekerja di salah satu perusahaan jasa penyedia IT sebelum akhirnya hijrah ke dunia usaha. Dengan cerdasnya Ollie mengombinasikan dua bidang yang digemari, sekaligus digelutinya, yakni menulis dan teknologi. Bersama Angelina Anthony, ia melahirkan online bookstore, kutukutubuku.com, di tahun 2006.
Advertisement
BACA JUGA
Tak berhenti di situ, Ollie terus melahirkan deretan start up yang semuanya fokus di bidang literasi, meski dengan konsentrasi konten berbeda antara satu sama lain. Terus melebarkan sayap, perempuan asal Yogyakarta ini seperti ingin menegaskan kalau perempuan memang punya slot bisnis di bidang teknologi. Ruang yang semestinya diisi dengan potensi-potensi maksimal. Ia pun membeberkan segudang manfaat dari perempuan yang berani mencempungkan diri di bisnis teknologi dengan demikian gamblang.
"Kalau bisa lebih banyak perempuan bergelut di bidang teknologi, keluaran produknya bisa memikirkan lebih banyak orang. Karena perempuan punya kepekaan alami yang lebih menyentuh ketimbang lelaki," ungkap Ollie ketika bertandang ke kantor Bintang.com di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2017).
Di mata Ollie, teknologi adalah cara paling mudah dan cepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi publik. Dengan sentuhan feminin yang dimiliki perempuan, Ollie melihat masa depan bisnis teknologi dengan lebih variatif dan menarik. Dengan lugas dan menarik, Aulia Halimatussadiah memaparkan perempuan dan ruang di bisnis teknologi, serta berkisah tentang pengalamannya sebagai entrepreneur selama lebih dari 10 tahun.
Advertisement
Perempuan dan Bisnis Teknologi
Membangun usaha di ranah serba lelaki, Ollie menemukan lebih-kurangnya berbisnis di bidang teknologi. Mulai dari harus memiliki pemikiran yang seimbang, sampai menata percaya diri, semua mesti dilalui agar bisnisnya bisa bertahan.
Lagi sibuk apa belakangan?
Running my business, Zetta Media. Itu digital network. Kami punya sepuluh portal dengan konsep user generated content. Kami cuma ngajarin orang bagaimana nulis. Sama kaya yang udah aku lakukan dari 2010 dengan nulisbuku.com. Jadi, sudah sangat segmented.
I believe everyone has a story, dan yang mau kami ajarin itu bagaimana nulis ceritanya. Kalau dulu di buku, sekarang mulai mengarahkan bagaimana nulis non-fiksi dan artikel. That's why kami hampir nggak punya penulis.
Ollie kan sebenarnya membangun usaha di bidang teknologi, bagaimana sebenarnya posisi perempuan di bisnis tersebut?
Nggak ada bedanya sih, yang perlu dilakukan hanya mulai saja. Writing dan reading itu actually my passion dari dulu. Dari situ, aku lihat ada masalah di bagian distribusi. Belum ada bookstore online yang bagus saat itu.
Dari situ, lahirlah kutukutubuku.com. Itu hasil kolaborasi, perempuan semua saat itu malah, lelakinya cuma satu. Aku sendiri kurang merasakan perbedaan business woman sama man karena dari kuliah udah biasa sama lelaki. Kalau di kelas kan perempuannya cuma 20 persen. Jadi, aku nggak nemuin kesulitan buat menyesuaikan pikiran dan sebagainya. Aku ambivert, jadi memang bisa think like a man and also a woman at the same time.
Misal, kalau nulis buku yang ngikutin cara 80-90 persen feminin, mungkin nggak akan selesai karena masih banyak yang mau ditambah. This's not perfect yet. Sampai 5 tahun lagi mungkin belum selesai juga. Masculinity harus aku taruh di situ. Sebelum yang lain, aku pasti sudah punya deadline, ini selesainya kapan.
Berangkat dari pikiran feminin dan maskulin, keseimbangan itu penting buat para perempuan untuk memulai bisnis?
Ya, aku pikir begitu. Jangan pikir I have to be a girl, pakai pink dan segala macamnya. Harus ada keseimbangan. Coba lihat hari ini harus lebih banyak jadi maskulin atau feminin, dan itu kaya dancing menurutku.
Bekal apa yang mesti dimiliki supaya perempuan survive di bisnis teknologi?
Pertama, curiosity. Harus punya rasa ingin tahu yang tinggi. Selalu pengin tahu, pengin belajar, mau berinovasi. Terus, ada self confident yang lumayan tinggi supaya bisa merefleksikan rasa percaya dirinya itu ke luar sehingga orang juga percaya sama dia. Kadang, perempuan udah pintar, tapi kalau nggak percaya diri, dia bakal jadi gugup.
Rasanya bekerja di 'ranah' lelaki?
Asyik. Sebetulnya bisa dibawa asyik saja. Kalau di Indonesia, a lot of men di sini yang sangat respectful sama perempuan. Kita di situ juga bisa stand out. Ada satu perempuan di antara sepuluh lelaki misalnya, itu kan buat kita menonjol. So far. it's a good thing. Kita bisa diidentifikasi lebih cepat.
Kenapa akhirnya punya banyak start up?
Karena aku punya banyak curiosity. So, I'm not stopping myself. Karena gini ya, menurutku banyak perempuan yang terlalu dengerin apa kata orang. Ketika orang, misalnya, tanya 'what's your focus exactly?' terus soal jodoh, sebetulnya nggak akan berpengaruh banyak kalau kamu punya karakter yang kuat. I know what I want, walau kelihatannya banyak, tapi aku sebetulnya fokus ke literasi, ke konten.
Tips bangun start up?
Validate your idea. Ada masalah yang aku mau pecahin. Tapi, aku harus cari tahu dulu apakah benar ini masalah bagi banyak orang juga. Kalau terbukti, berarti sudah punya target market. Lakuin satu langkah sederhana. Kalau aku beli domain bisanya. Terus list down what i need. Cari partner. Terus trial, flownya bisa berhasil nggak. Kalau udah smooth, harus tetap ada evaluasi dan inovasi.
Pengalaman Baru dalam Menulis
Menulis bukanlah kegiatan baru bagi Ollie. Sedari kecil, perempuan yang juga aktif dalam komunitas Girls in Tech ini sudah gemar berkisah lewat deretan aksara. Namun kali ini, Ollie mencoba pengalaman baru dengan menulis biografi. Dengan tantangan dan pengemasan berbeda, bagaimana proses pembuatan buku ini?
Ini biografi pertama Ollie, tantangannya?
Cukup menantang. First of all, aku kan pengusaha. Jadi, nulis itu something that i do on the side. Yang pertama, tantangannya waktu, baik dari Denny maupun aku. Kedua, nggak tahu bagaimana harus berekspektasi saat mendengar cerita orang lain.
Biasanya kalau dari diri sendiri kan ceritanya tinggal diingat di kepala. Tapi, ini harus melihat berbagai sisi dan mengambil value-nya dengan tepat. Apalagi, buku ini pakai 'saya'. Jadi, cara ngomongnya harus sama kaya Denny. Satu lagi yang susah, karena ego kami sudah sama-sama tinggi. Tapi. akhirnya aku bisa bilang kalau it's actually pretty easy. Flow-nya juga enak.
Kalau lumayan mudah, berarti singkat buat biografi ini?
Wawancara sebulan, nulis dua bulan. Jadi, total tiga bulan. Untuk tingkat kesibukan dan jarak, karena Denny tinggal di Malang jangka waktu ini cukup cepat. Buku biografi ini kaya why not moment aku. Aku pikir aku nggak akan pernah bisa nulis begini, tapi kenapa juga nggak dicoba.
Sudah sebegitu banyak pencapaian, mulai dari kutukutubuku.com sampai zetta media, Ollie masih mau apa lagi?
Banyak. Banyak banget. Tapi, yang aku paling mau itu giving solution, semacam funding for women. Jadi, misalkan ada perempuan yang mau buat usaha sendiri, uang bukan lagi jadi hal yang menghentikan mereka. Hopefully. Aku mau buat platform yang buat perempuan itu mudah mendapat pendanaan dan yang memberikan juga harus dari perempuan. Jadi, idenya adalah woman helping woman.
Ollie punya timeline nggak? Satu tahun harus punya ini? Tahun berikutnya mesti begini?
Nggak sedetail itu. Tapi, aku punya rencana-rencana yang kemudian aku pilih lagi untuk diprioritaskan. Supaya kelihatan hasil akhirnya itu mau apa dan bisa ambil tindakan-tindakan yang memuluskan rencana itu.
Buat Ollie pribadi, bisnis tuh apa sih?
Bisnis itu memecahkan masalah di masyarakat yang mempunyai nilai komersil. Jadi ada pertukaran di situ. Fixing problem while making money.