Fimela.com, Jakarta Tak ada satu pun di dunia ini ada orang yang mengharapkan kasus bullying menimpa dirinya. Namun, di luar kendali diri sendiri, terkadang, kasus bully bisa menimpa kita kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja. Pastinya, di saat diri sendiri berada di titik lemah, sehingga orang-orang yang merasa superior bisa menjatuhkan dirimu dengan mudah. Kasus bully di Gunadarma, misalnya.
BACA JUGA
Advertisement
Beberapa hari belakangan ini, kasus bully di Gunadarma muncul ke permukaan berkat video yang tersebar di media sosial. Korban berinisial MF, yang merupakan mahasiswa dari fakultas Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (FIKTI) Gunadarma angkatan 2016, diketahui sebagai salah satu mahasiswa berkebutuhan khusus. Namun, rupanya keadaan tersebut dimanfaatkan oleh teman-temannya sebagai bahan olok-olokan alias bullying.
Mengetahui kasus tersebut, Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait pun angkat bicara. Ia mengatakan bahwa tindakan tersebut bukan tindakan yang dibenarkan. "Bullying bukan tindakan yang benar!," kata Arist dengan tegas saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Selasa (18/7).
Lebih lanjut, Arist memberikan saran bagi orangtua yang memiliki anak sebagai korban bully. Menurutnya, orangtua harus menempatkan diri sebagai sahabat, bukan malah memarahi kenapa si anak bisa sampai jadi korban. "Orangtua harus berperan sebagai sahabat anak. Diajak curhat baik-baik, agar si anak tidak merasa tersakiti lagi dan mengubah pandangan anak secara paradigma tentang bullying," ujar Arist.
Sebab, menurutnya, pada titik terendah dari kasus bullying, korban yang tak mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya akan menimbulkan dampak seperti stres hingga bunuh diri. "Jika anak terus menerus di-bully oleh teman-temannya dan di lingkungan keluarga ia juga dimarahi, maka dapat berdampak pada kondisi kejiwaan anak, seperti stres hingga bunuh diri," tandas Arist.