Fimela.com, Jakarta Jika ada turis dari negara lain ke Indonesia, hal yang menjadi opini dan sering didengar dari mereka dan harus digarisbawahi adalah "orang Indonesia itu ramah-ramah". Begitu pun alasan dari mereka yang ingin menjajal datang ke Tanah Air. Namun, benarkah orang Indonesia itu ramah? Mari kita renungkan.
***
Agar tak dibilang mengada-ada, mari jabarkan dulu definisi ramah menurut KBBI. Arti dari kata ramah adalah baik hati dan menarik budi bahasanya; manis tutur kata dan sikapnya; suka bergaul dan menyenangkan dalam pergaulan. Mari dipertanyakan lagi, sudahkah kita (kamu dan saya) melakukan hal tersebut kepada orang lain?
Advertisement
BACA JUGA
Tak bisa dipungkiri memang bahwa setiap manusia memiliki emosi yang bisa berganti dengan mudahnya. Misalnya di pagi hari kamu sudah memiliki mood yang cerah, namun karena hal kecil yang tak sesuai rencana, perasaan di hati langsung berubah menjadi marah atau sedih. Bahkan hal tersebut bisa berdampak bagi orang di sekitar.
Kali ini saya ingin bercerita. Mungkin kamu adalah salah satu orang yang sering bermain Twitter ataupun membaca buku sehingga tak asing dengan akun Twitter @aMrazing. Cowok yang lebih akrab disapa oleh netizen dengan nama Alex atau Lexy ini mencurahkan kegundahan hatinya mengenai prilaku beberapa orang di Indonesia yang sepertinya tidak paham dengan budaya "terima kasih", "permisi", atau "sopan-santun" yang sangat mendasar.
Banyak sekali hal mendasar yang mungkin dilupakan oleh masyarakat kita. Terkenal dengan budaya ramah tamah, seharusnya--setidaknya bagi saya--, harus memahami dengan benar kapan harus berkata terima kasih, permisi, maaf. Namun sepertinya hal tersebut jarang sekali di temukan.
Dalam rangkaian tweetnya, Alex menceritakan berbagai macam jenis ketidakramahan yang ia alami. Mulai dari ibu-ibu yang ngobrol di depan eskalator dan marah saat ditegur, segerombolan orang yang ingin cepat masuk ke lift tanpa menunggu yang di dalam untuk keluar terlebih dahulu, dan sebagainya.
Sebagai pengguna baru commuter line, saya sangat memahami hal-hal di atas. Banyak pula yang langsung ingin masuk tanpa memedulikan penumpang lain yang ingin keluar. Entah kenapa, banyak orang yang ingin diistimewakan untuk mendapatkan duduk hingga tak peduli dengan orang lain. Tak jarang, ajang 'sikut menyikut' pun saya lihat dan hal tersebut tak pernah gagal membuat geleng-geleng kepala. Namun, apakah itu bisa jadi cerminan bangsa Indonesia?
Advertisement
Benarkah Orang Indonesia Tidak Ramah?
Tentu tak ingin mengeneralisir seluruh masyarakat Indonesia tidak ramah. Namun, sangat disayangkan ketika 'ramah' sudah melekat dalam masyarakat Indonesia tercoreng begitu saja karena ulah dan keegoisan segelintir orang.
Sebagai generasi millennial yang bergelut dalam dunia digital, tentu saja saya akrab dengan sosial media seperti Twitter, Facebook, dan Instagram. Layaknya jendela dunia, kamu bisa melihat berbagai macam hal yang dirasakan orang lain dalam bentuk aksara, foto, maupun video.
Meski mungkin Facebook sudah jarang dipakai, namun saya masih tetap melihat dunia dari sana. Seorang netizen yang saya lupa namanya mencurahkan isi hatinya karena diperlakukan tak adil oleh pelayan di restoran.
Singkat cerita, ketika ia ingin melakukan reservasi restoran untuk dua orang di sebuah restoran di Bali, pelayan tersebut mengatakan bahwa restoran tersebut sudah penuh. Sang netizen pun mengeluhkan sikap pelayan yang menjawab dengan nada tak ramah. Kesal dengan hal tersebut, ia pun menelpon kembali restoran itu, kali ini menyamar dengan suara aksen British yang ia bisa seadanya.
Jawaban pelayan yang sama pun membuat dia terkejut. Sang pelayan menanyakan balik kapan dia dan temannya akan datang sehingga pihak restoran bisa menyediakan tempat. Hal yang serupa pernah diceritakan oleh Sacha Stevenson, seorang Youtuber dari Kanada yang menikah dengan pria berkebangsaan Indonesia.
Dalam sebuah video di channel Youtubenya, Sacha menceritakan bahwa saat ia dan suaminya bertandang ke restoran di Jakarta, ia sempat diberhentikan oleh pihak keamanan. Hal tersebut dikarenakan suaminya yang menggunakan sandal. Melihat hal tersebut, Sacha merasa terkejut karena ia pun mengenakan sandal.
Dengan dalih Sacha perempuan, ia dibiarkan masuk namun tidak dengan suaminya. Menonton video tersebut saya mulai mempertanyakan, "apakah keramahan masyarakat Indonesia hanya pada turis asing namun tidak pada saudaranya sendiri?".
Sekali lagi, saya tak mengeneralisir tulisan ini untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dengan menuliskan ini, saya pun ingin berkaca diri, "sudahkah saya berbaik hati dan ramah selama ini?". Apa kamu sendiri pernah mengalami hal serupa? Yuk, refleksikan diri!
Salam penuh cinta,
Floria Zulvi
Editor Kanal Sex and Health Bintang.com