Fimela.com, Jakarta Sudah tidak heran lagi, sekarang hampir setiap wanita rutin menjalani perawatan, baik itu perawatan rambut, wajah, dan tubuh. Kalau dulu banyak wanita yang menjalani perawatan instan, kini lebih banyak wanita yang suka melakukan perawatan dengan bahan alami. Bahan alami terbukti aman dan nyaman digunakan dalam jangka waktu panjang, maka dari itulah Livienne Russellia mendirikan produk kecantikan berbahan dasar susu kambing.
BACA JUGA
Advertisement
Masih tidak menyangka bisa menjadi pengusaha kecantikan hingga saat ini, sebab dulu Livienne hanya bekerja serabutan, menjadi agen asuransi dan komoditi. Bukan hanya itu saja, Livienne juga menjala kerja sampingan sebagai penyuplai kain-kain rajut, membuat sapu tangan, bahkan membuat kue kering yang dijajaki di berbagai mall.
Jatuh bangun yang Livienne rasakan dalam bekerja tidak membuatnya menyerah begitu saja, dengan ketekunan dan kegigihannya, ibu dari empat anak ini pun bangkit demi membenahi perekonomian keluarganya. Dengan rasa percaya diri yang tinggi dan tidak pernah merasa gengsi, Livienne terus berjuang hingga berhasil membuat produk kecantikan, meskipun masih bertaraf barang import.
Ketika sudah nyaman menjalani bisnis kosmetiknya, Livienne kembali dirundung musibah, bisnisnya ini kembali mengalami gulung tikar karena pada tahun 2006 pemerintah mencanangkan peraturan untuk membatasi masuknya barang import. Dengan begitu kurang lebih 2 tahun Ia tidak bekerja.
Karena memang hasil campur tangan Tuhan yang tidak pernah meleset, akhirnya wanita kelahiran Pontianak, 4 Maret 1976 ini kembali bangkit dengan usaha kosmetik yang berbeda, kali ini Livienne menjajaki usaha kosmetiknya dengan menggunakan bahan alami yaitu, susu kambing. Berkat susu kambing, Livienne menjadi pengusaha sukses di tahun 2002 sebagai pendiri dan CEO PT Cakra Daya Makmur, lalu dilanjut di tahun 2014 sebagai Pendiri dan CEO PT Vienna Beauty Company.
Dari yang awal mulanya hanya bekerja serabutan dan sering mengalami kebangkrutan dan kerugian yang cukup besar, tiada yang tahu nasib Livienne bisa menjadi sukses dengan susu kambingnya. Untuk tahu lebih lanjut kisah perjalanan Livienne Russellia dengan jatuh bangunnya hingga akhirnya sukses seperti sekarang, yuk disimak wawancaranya dengan Bintang.com di halaman selanjutnya.
Advertisement
Dari bekerja serabutan, hingga jadi pengusaha kosmetik
1. Sebelum menjalankan bisnis kecantikan, lebih dulu kerja sebagai apa?
Sebelumnya saya juga nggak kepikiran untuk terjun sebagai pengusaha di bidang kecantikan, jadi waktu itu setelah menamatkan pendidikan S1 di Timbul Nusantara dengan jurusan management, saya menjadi ibu rumah tangga saja. Setelah melahirkan anak pertama dan kedua, karena tuntutan ekonomi, saya memutuskan untuk bekerja. Pekerjaan saya waktu itu juga masih serabutan, karena saya juga belum punya pengalaman di Jakarta waktu itu. Saya baru datang, kuliah, lalu menikah. Jadi, saya mengambil pekerjaan-pekerjaan kecil yang sekaligus bisa saya lakukan sambil mengurus anak. Pekerjaan yang saya ambil juga yang tidak menyita waktu, seperti menjadi agent asuransi dan komoditi, itulah beberapa pekerjaan yang saya lakukan. Kebetulan saya orangnya nggak gensian, to do something saja lah. Sampai saat ini pun nggak kepikiran juga bisa menjadi pengusaha kosmetik seperti sekarang. Balik lagi, itu semua juga termasuk camput tangan Tuhan.
2. Hal yang mendorong Anda untuk membangun bisnis kecantikan ini?
Meski usaha masih babak belur, yang penting saya selalu semangat, nggak gengsian, apapun saya lakukan dan bisa, ya saya kerjakan. Dulu juga pernah import makanan dan minuman, kosmetik pun juga pernah, tapi nggak detail banget waktu itu, hanya memasukannya barang seperti sabun, lotion, dan masker wajah, lama-kelamaan jadi seru dan saya rasa, saya menemukan passion saya di sini. Tapi usaha saya semuanya sia-sia, masih suka gonta-ganti kerjaan dan banyak yang gagal. Tetapi saya bersyukur sudah diberi kesempatan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sekarang saya sudah menaungi perusahaan sendiri dengan jaringan dan wawasan yang luas. Kosmetik ini juga di import dari Amerika, Eropa, New Zealand, Singapore, dan Malaysia. Saya juga menyupport ke berbagai toko dan channels di Jakarta yang lumayan punya nama. Bisnis berjalan lancar, namun 2006 saya dihadapi masalah situasi sulit dimana 2006 pemerintah memberlakukan pembatasan untuk barang import. Jadi, berulang saya harus bangkrut lagi dan pada 2007 akhir, saya coba semua yang baru, suatu keputusan penting dalam hidup saya, dimana saya membuat kosmetik dalam negeri, dengan sedikit banyak mencoba lagi dari usaha kosmetik sebelumnya yang bisa diterima oleh masyarakat, dan saya memulainya dengan susu kambing. Kosmetik yang saya buat pertama yaitu body scrub dan sabun, itu lah pertama kali saya memulai di bidang kosmetik bagian manifactural.
3. Mengapa memilih susu kambing sebagai bahan dasar produk kecantikan ini?
Dulu banyak banget produk import yang beredar di Indonesia dan di lokal belum ada yang lirik ke sana, produk tersebut merupakan tren yang cukup menarik bagi masyarakat kita. Jadi, saya mengambil momentum tersebut karena barang import dibatasi oleh pemerintah, saya mengambil oportunity untuk bikin dilokal dengan konsep mirip import.
4. Meyakinkan konsumen bahwa produk Anda berbeda dengan produk lain?
Kita masing-masing harus memiliki unik point, apalagi masyarakat kita seneng banget sama produk susu kambing yang terbukti baik untuk perawatan kulit, dan dengan desain dan kemasan yang sudah seperti barang import.
5. Keunggulan dari produk kecantikan Anda?
Susu kambing itu kaya akan antioksidan, berfungsi untuk melembabkan kulit, serta kaya akan vitamin, protein dan mineral, sampai sekarang sih masih tetap favorit.
6. Pemilihan susu kambing yang seperti apa?
Susu kambing sendiri yang kita pakai masih ekstrak dari import karena keterbatasan bahan baku lokal, kita juga sudah halal oleh MUI dan sudah legal dari BPOM. Jadi, kita pun sudah siap secara standar nasional maupun internasional, dan lebih banyak rules yang harus kita ikutin. Untuk pemilihan bahan baku ini kita memang sangat selektif, apalagi semua bahan baku diimport dari Amerika.
Positif thinking dalam menjalani bisnis
7. Modal awalnya berapa sih?
Kalau ditanya modal awal, saya sering bingung nih, karena saya mulai itu dari nol banget. Ya, karena semua dari proses awal sendiri, modal awal itu berkisar sekitar ratusan juta dengan pembuatan body scrub sebagai produk utama.
8. Proses pembuatannya bagaimana, apakah Anda ikut terjun langsung ke pabrik?
Untuk pengontrolan pabrik, sebelumnya saya masih intens, dan belakangan ini juga saya sudah mulai ngurangin karena keterbatasan waktu juga, karena sudah ada bagian profesional yang handle dan kurang lebih 300 karyawan yang bekerja. Tapi, kalau untuk riset produk baru, saya masih tetap aktif terjun langsung terlibat. Kebetulan ketika S2 saya mengambil pendidikan farmasi dan kosmetik di Universitas Pancasila, Jadi, karena itu lah saya masih dilibatkan untuk meriset setiap produk baru.
9. Apa ada batas usia dalam pemakaian produk kecantikan ini?
Segmen usia mulai dari usia 18-35 tahun sudah bisa pakai, produk saya juga kebetulan beragam, jadi masing-masing memang segmennya beda-beda. Tapi mostly target marketnya sesuai dengan sosial ekonomi statusnya. Meski bisa ada produk wanita dan pria, tetapi masih lebih banyak produk wanita.
10. Suka duka dalam menjalani bisnis kecantikan?
Kita selalu positif thinking, yang dukanya kita lupain, jadi kita semua bekerja selalu semangat. Untuk bidang kita, bukan merupakan hal gampang, karena kami harus mendistribusi produk kami baik di kota besar, maupun plosok-plosok. Kalau ditanya suka duka tentang kompetiter, mereka itu luar biasa, tapi kami selalu yakin, bahwa dengan ketekunan dan kerja keras kami, semangat, passion dan kami punya inovatif, kami selalu yakin masih mempunyai market kami sendiri yang terus berkembang sampai saat ini.
11. Cara mempertahankan keeksistensian produk kecantikan Anda?
Inovasi, continous improvement itu yang selalu kita anut, dan yang pasti, dasar kita di company yaitu masalah integritas nomer satu dan menjadi prioritas. Karena untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat itu adalah hal utama untuk perusahaan ini bisa selalu eksis. Jadi semua itu yang harus kita jaga baik-baik.
12. Saran untuk mereka yang ingin memulai bisnis?
Action, itu hal yang utama. Jangan hanya mau dan niat tapi nggak ada action, percuma.