Fimela.com, Jakarta Seperti sudah jadi hukum alam, destinasi-destinasi cantik semestinya dipenuhi banyak turis, dan keberadaan media sosial seakan membuat tak begitu banyak tempat akan tersembunyi dalam waktu lebih lama.
BACA JUGA
Advertisement
Ketika dulu kebanyakan dari pelancong hanya akan datang, berfoto sebentar, dan menikmati suasana sekitar, sekarang, dengan banyaknya jejaring sosial, maka tradisi penjelajahan pun bergeser. Kini, orientasi kebanyakan turis adalah feed Instagram yang rapi dan menarik, ketimbang menjelajah dan menikmati tiap momen yang bisa direngkuh di suatu destinasi.
Hasil dari penyebaran informasi yang arusnya (terlalu) deras itu adalah minim destinasi berlabel tersembunyi. Beberapa bulan pertama mungkin iya, tapi kalau parasnya terus bermunculan, maka luntur sudah predikat tersebut. Sebagaimana dimuat independent.co.uk, inilah tempat-tempat yang jadi korban budaya Instagram.
Santorini. Bertengger di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut, Santorini merupakan destinasi, sekaligus tempat banyak pelancong melabuhkan angan. Pulau ini merupakan retakan terakhir yang tersisa dari salah satu erupsi gunung berapi paling dahsyat sepanjang sejarah.
Masyhur kisahnya membuat lapisan rumah putih yang membuat refleksi senja terlihat begitu spektakuler kini dipenuhi banyak, terlalu banyak, turis. Jalan-jalan kecilnya sudah begitu padat di musim-musim libur. Tiada lagi tenang yang menentramkan di Santorini.
Advertisement
Machu Picchu yang Sekarat
Machu Picchu. Adalah puing peninggalan Suku Inca yang berbaring tepat di puncak bukit, Machu Picchu tak hanya menawarkan wisata sejarah, namun juga bentang pemandangan memukau. Dari sini, kamu bisa melihat 360 derajat panorama julangan bukit-bukit hijau.
Ungkapan-ungkapan yang disertai ragam potret menggiurkan membuat Machu Picchu sekarat. Situs bersejarah itu terancam rubuh sepenuhnya karena didatangi turis dalam jumlah terlalu banyak. Alhasil kini, jumlah pelancong yang singgah pun dibatasi.
Tembok Besar Cina. Membentang bak ular raksasa d perbatasan Tiongkok-Mongolia, Tembok Besar Cina bukanlah atraksi yang asing di telinga banyak traveler. Tempat ini akhirnya jadi tujuan banyak pengguna Instagram, lantaran mudah dijangkau dan berparas memukau.
Sudah begitu padat, tapi adegan berfoto di hampir tiap sudut jadi satu adegan yang hampir pasti kamu temui di sini. Memang masih terdapat beberapa sudut dengan turis yang lebih sedikit, namun secara keseluruhan Tembok Besar Cina sudahlah terlalu padat.
Hilangnya Keramat di Holocaust Memorial
Holocaust memorial. Tren mengambil foto di Holocaust Memorial, Berlin, Jerman sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Sayangnya, kepopuleran tempat ini mendatangkan kesan dan atmosfer berbeda.
Tiada lagi tenang, bermartabat, dan kesan keramat di Holocaust memorial. Sudut ini seakan sudah bertransformasi jadi atraksi Disney dengan banyak turis yang berpose tak pantas. Saking gerah, penulis asal Israel, Shahak Shapira, tertantang membuat potret para Yahudi kelaparan sebagai latar belakang menggunakan Photoshop.
Portofino. Desa nelayan berpanorama menarik di Italian Riviera ini merupakan salah satu sudut paling Instagrammable. Tempat ini dikenal lewat deretan rumah berwarna pastel yang kontras dengan bentang langit biru.
Bingkai yang demikian secara otomatis akan menghasilkan potret menawan tanpa perlu filter di sana-sini. Sayangnya, bila ke sini sekarang, kamu akan susah memperoleh sudut tanpa satu-dua orang masuk ke dalam frame foto. Begitulah dan destinasi-destinasi ini rusak karena budaya Instagram.