Fimela.com, Jakarta Menjalin sebuah hubungan berarti siap untuk meleburkan dua hati, dua pemikiran, dan dua kebiasaan yang berbeda untuk jadi satu kesatuan yang harmonis. Memang prosesnya tidak memakan waktu sedikit, butuh adaptasi yang cukup lama dan tak mudah, tapi seiring berjalannya waktu akan tampak hasilnya akan tampak. Dengan catatan; keduanya benar-benar saling mencintai.
BACA JUGA
Advertisement
Lalu, bagaimana jika tidak saling mencintai? Yang pasti, pekerjaan untuk 'meleburkan' berbagai hal dari dua pribadi itu akan jadi lebih sulit karena ada sebuah faktor besar yang menghambat. Memang, sih, takkan terasa di awal. Untuk menyadari bahwa dia tidak baik untukmu pun butuh waktu. Sekilas kamu berpikir dia adalah yang terbaik untukmu, tapi semakin mengenalnya, semakin menyelami pribadinya, yang ada kamu akan semakin kebingungan, "bagaimana bisa menerima bagian dari dirinya yang seperti ini?"
Hal tersebut akan semakin sulit jika sulit jika permasalahannya adalah perlakuan yang tidak menyenangkan. Bagaimana kamu bisa mengubahnya?
Hatimu mungkin berkeinginan untuk menerima itu sebagai bagian dari dirinya, sambil perlahan berharap dia akan berubah. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu adalah penerimaan itu lama kelamaan akan menjadi gerbang yang membawamu pada abusive relationship. Memang tidak secara fisik, tapi lebih ke psikologis, dan itu sama berbahayanya bagi dirimu.
Jika hubungan yang kamu jalani memiliki indikator abusive di dalamnya, segera hindari! Kamu takkan bisa mengubahnya, hanya akan membuang waktumu sia-sia.
Di bawah ini ada beberapa hal yang bisa jadi pertanda bahwa abusive relationship sudah hampir meracuni hubunganmu.
Advertisement
Jangan Buang Waktumu Untuk Pacaran dengan Cowok yang Memiliki 5 Sikap Ini
Dia masih memikirkan tentang bagaimana yang dia mau di berbagai kondisi, bukan tentang bagaimana hubungan kalian bisa terus berjalan harmonis. Misal; kalian sedang menghadapi masalah lalu dia memilih diam berhari-hari dengan dalih meredam kemarahan, sementara di sisi lain kamu bertanya-tanya apa yang terjadi. Apakah itu bukan egois, namanya? Dia hanya memikirkan bagaimana cara meredam amarahnya, tapi tidak memikirkan kalau kamu juga bisa berpikiran macam-macam dan gelisah karena sikap diamnya.
Dia senang menceritakan tentang dirinya sendiri tapi selalu menyepelekan ceritamu. Cerita-cerita dengan pasangan itu salah satu bagian terseru dalam menjalin hubungan. Sayangnya, kamu tak bisa merasakan keseruan ini jika bersama dengan orang yang salah. Karena dia hanya senang menceritakan tentang dirinya, dia hanya senang didengarkan tapi tak pernah punya waktu untuk menyimak ceritamu. Kalau dalam hubungan jangka panjang, apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu dengan pasangan yang demikian?
Alih-alih memberi dukungan, dia hanya gemar memberimu kritik pedas tanpa solusi. Kritik itu baik, tapi kritik yang seperti apa? Kalau dia mengoreksi kekuranganmu sampai membuat daftarnya dengan detail, tapi tak memberikan solusi untuk memperbaikinya, itu namanya bukan mendukung, tapi hanya senang menjatuhkan.
Sekalipun dia memberimu dukungan, kata-katanya terdengar lebih seperti ingin menyakiti dibanding menyemangati. Nah, ini walaupun tampak sedang memberi dukungan kepadamu, tapi dukungan yang tak tulus bisa saja malah berbalik menyakiti. Misal, kamu mengikuti tes TOEFL itu ke berapa kalinya, lalu dia bilang, "Semangat ya, sayang. Harus berhasil kali ini, jangan payah masa gagal terus." Apakah itu sebuah dukungan? Kenapa dia tak mengatakan "Semangat ya, sayang. Kali ini kamu pasti berhasil!" saja? Beda, kan, keduanya?
Dia suka mengungkit apa-apa yang dia beri dan lakukan untuk kamu. Namanya pacaran, wajar saja kalau kamu berbuat sesuatu untuk membantu dia, begitu pula jika dia berbuat sesuatu untukmu, kamu pun akan merasa wajar kan? Lain hal jika di kemudian hari, dia mengungkin apa yang sudah dia lakukan untuk kamu. Itu sih tidak wajar!
Kalau pacarmu ada tanda-tanda begini, jangan buang waktumu, girls. Segera hindari sebelum kamu benar-benar terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.