Fimela.com, Jakarta Tak bisa dipungkiri bahwa dunia balap bukanlah sebuah hal yang familiar bagi perempuan Indonesia. Namun sepertinya hal tersebut tak berlaku bagi seorang Rally Marina. Lahir dengan ayah seorang pembalap, Rally tak gentar untuk mengadu kecepatan di sirkuit. Tidak hanya sampai di sana, menjadi juara nasional balap pada tahun 1995 sepertinya tak cukup membuatnya puas.
***
Diakui, perempuan kelahiran 27 Maret 1980 ini tak dimanja oleh orangtuanya. Ia selalu berusaha sendiri untuk mendapatkan hal yang sejak dulu diimpikannya. Bukannya berkecil hati, justru perlakuan orangtua yang demikian membuat Rally gigih untuk selalu meraih mimpi.
Advertisement
BACA JUGA
Berada di belakang kemudi bukanlah sebuah hal yang mudah. Terlebih, dalam dunia balap perempuan masih dipandang sebelah mata. Meski sudah menjadi seorang juara, Rally pun masih merasa sebal ketika mengingat dirinya diremehkan saat pertama kali turun ke sirkuit pada tahun 1994.
Bagi Rally, menjuarai dunia balap saja tidak cukup. Ia masih ingin menjajal sederet hal asing yang belum pernah dicicipinya. Jika ditanya mengenai hal apa yang benar-benar dicintai, ibu satu anak ini mengatakan bahwa ia masih ingin menjajal semuanya karena tak ingin berhenti dalam satu hal.
Usai berhasil menjadi juara tahun 1995, Rally mengaku bahwa dirinya ingin menjajal dunia jurnalistik. Kepribadiannya yang ceriwis dan ceria pun menjadi kekuatan yang mendorongnya untuk terjun sebagai penyiar radio. Bukan hanya sekadar ingin terjun, Rally sendiri mengaku bahwa ia sudah menjadi pendengar setia Prambors sedari dulu.
"Gue pengin hidup gue nggak susah, pengin dilihat sama orang dari segala macam aspek gitu." ujar Rally Marina ketika ditanya mengapa dirinya masih ingin terus mengeksplorasi dunia hiburan.
Rally Marina memang masih terus mengeksplorasi mengenai potensi yang ada dalam dirinya. Bahkan ia pun tak bisa membayangkan ketika harus memilih antara dunia balap atau menjadi seorang penyiar. Pada Bintang.com, Rally menceritakan awal dirinya terjun ke dunia balap hingga usahanya memasuki dunia hiburan. Berikut petikan wawancaranya!
Advertisement
Keseruan Rally Marina Debut di Dunia Balap Hingga Juara Nasional
Banyak orang yang mengurungkan niat untuk mengejar mimpi karena melihat risiko besar di baliknya. Namun, maut pun sepertinya tak menciutkan niat Rally Marina untuk memasuki dunia balap. Karena baginya orang yang bisa mengatasi celaka di depan mata dan melesat hingga juara merupakan hal yang luar biasa.
Awal kepengin sekali balapan karena lihat mobil terpelintir, kok bisa?
Itu kayaknya karena gue nggak normal deh. Orang normal pasti malah takut kalau lihat yang kayak gitu. Tapi kayaknya sih gue nggak normal hahahaha.. Gue juga bertanya-tanya kenapa itu orang jago banget. Abis melintir malah juara. Hebat banget.
Umur berapa sudah diajarin balap sama papa?
Umur 14 tahun. Udah SMP. Belum ada SIM. Kalau di balap itu boleh pakai surat izin orangtua. Jadi orangtua bikin surat kalau ada apa-apa mereka yang akan menanggung.
Mama tahu nggak?
Nyokap gue nggak tahu. Sama sekali nggak tahu. Terus bokap bilang latihan aja. Weekend tuh Sabtu-Minggu selalu latihan. Terus terusan latihan sampai tahun seri terakhir 1994 bulan November. Itu pertama kali gue balapan. Gue baru kasih tahu nyokap itu 2 minggu sebelum balapan. Gue bilang "Ma, aku boleh balapan nggak?" terus Mama bilang "Gila, nyetir aja nggak bisa terus mau balap-balap, mau jadi apa kamu?" terus gue bilang udah latihan setiap Sabtu-Minggu di Sentul.
Terus bisa sampai dapat izin gimana?
Pertamanya dia nggak percaya. Terus akhirnya dibawa lah ke Sentul. Nyokap sama sekali nggak lihat latihannya langsung pas balapan. Dia takut gue kenapa-kenapa, namanya nggak pernah ngeliat anaknya latihan. Mana masih SMP lagi waktu itu.
Reaksinya gimana tuh pas nonton pertama kali?
Yaudah tuh dia nonton aja. Mukanya deg-degan banget. Abis itu kan gue juara tuh dapat 3 piala. Lucunya saat itu gue balap tuh balap aja. Gue susul orang, susul orang lagi. Begitu pas keluar digendong bokap gue. Gue yang nggak tahu apa-apa kan langsung "woy apaan nih?" Gue juga bingung mobil di depan banyak banget belom disusul-susulin. Terus bokap tuh ngomong "Rally, kan balap mobil ccnya beda. Yang kamu itu 1.300, yang di depan tuh 1.600. Mesinnya kan beda. Nah kalau yang 1.300 kamu tuh juara dua,". Bokap gue senang banget dan nyokap gue ngeliat. Terus yaudah tuh tahun depannya (1995) pas seri pertama nyokap ngedampingin terus.
Kalau mama cara mendampinginya seperti apa?
Setiap hari selama seminggu, pokoknya seminggu empat kali latihan dia ngedampingin. Dia ngeliatin catatan waktu gue. Waktu gue putus pas punya pacar, waktu gue tuh kelihatan nggak stabil. Nah ditanyain deh, "kenapa nih waktunya bisa nggak stabil?". Diomelin gitu kan. Tapi tetap didampingi. Sampai akhirnya gue juara nasional pas tahun 1995. Berarti baru satu tahun kan tuh setelah pertama kali balap.
Strugglingnya gimana sih waktu pertama kali balap?
1994 itu ceritanya coba-coba gitu kan. Karena kalau gue masuk di tahun depannya sayang kalau gue nggak jago. Jadi coba-coba saja. Itu juga modalnya pake mobil bokap, kan ada dua, gue dipakai semua tuh. Bokap bilang "yaudah nih papa pensiun nih kalau kamu bagus". Gue sih apa adanya, orang anak baru, nggak ada sponsor, ya apa adanya dong.
Terus perjuangannya pas nggak ada sponsor itu gimana? Apalagi tahun 2015 juara nasional.
Bokap bilang "ini mobil adanya ini nih. Bannya udah tipis pasti licin-licin nih". Yaudah gitu gue usahain deh itu gimana caranya, (bannya) udah botak-botak. Begitu sampai akhirnya juara nasional dan mulai punya nama.
Pas juara nasional langsung ada sponsor kah?
Baru dapat tahun 1996. Selama setahun itu kan belum ada nama di balap. Jadi pake koneksi bokap. Oli dari tempat langganan bokap terus toko yang sponsorin boleh nempel sticker di mobil. Ya gitu-gitu deh pokoknya. Apa adanya saja.
Dari Balap Merambah Hingga Dunia Jurnalistik
Kata siapa kamu hanya diberkahi oleh satu talenta saja? Pepatah tersebut sepertinya nggak berlaku bagi seorang Rally Marina. Demi mengejar mimpi, ibu satu anak ini pun rela melenggangkan kaki di catwalk meski terkenal sebagai cewek yang tomboy. Ia pun mulai merambah dunia jurnalistik usai berjaya sebagai pembalap.
Sejak kapan jadi orang yang gigih mengejar mimpi?
Gue tuh dari dulu nggak dimanja. Mereka tuh nggak mau ngasih gue apa-apa gampang. Harus usaha sendiri pokoknya. Suatu saat gue pengin banget ke Gold Coast, Australia, pengin banget. Nah kebetulan gue liat majalah Aneka lomba adu bakat yang hadiahnya pergi ke Aussie. Jadi gue ikutan aja. Tapi syaratnya kumpulkan CV. Gue sih ada 3 lembar CV tapi cuma prestasi balap aja haha..
Lho, terus akhirnya gimana?
Kalau adu bakat sih boleh. Tapi pasti ada model-modelan kan tuh karena majalah pasti harus difoto. Nah gue cari akal deh tuh. Gue sampai ke Arion Plaza karena ada lomba peragaan busana. Gue daftar terus dapat juara personality. Gue tulis! Yang penting juara gue di CV bukan balap doang. Gue ikutan lomba-lomba kayak gitu sampai akhirnya gue menang dan pergi ke Aussie.
Gimana caranya bisa masuk ke dunia Jurnalistik?
Lulus SMA gue mulai pendaftaran di Prambors. Nah itu karena teman gue bilang daripada gue ngoceh-ngoceh nggak jelas mending jadi penyiar aja. Tapi gue juga mikir "yah mana gue keterima!", gitu. hahaha..
Kenapa Prambors?
Gue adore banget Prambors pada saat itu. Karena itu kan paling oke. Gue tiap kali dengerin Angga siaran, gue tahu nih apa aja yang bakal diputar. Setiap lagu gue tulis tuh di belakang pintu. Besoknya juga, kalau udah ditulis berarti yang lain belum diputar. Kan lagunya itu-itu aja ya. Terus gue request lagu. "Halo nama gue Rally Marina mau request lagu ini..." udah tuh keputar. Karena gue hafal kan tiap hari dengernya itu. Jadi tiap kali dia nyebut nama gue, gue senang banget karena merasa terkenal. Itu yang bikin gue pengin daftar aja.
Ada dramanya lagi nggak selama jadi finalis?
Nah pas gue masukkin CV, nggak tahu gimana caranya itu ownernya tahu nama gue di balap. Entah bagaimana lagi Dewi Fortuna itu datang lagi ke gue. Gue dipanggil seleksi. Nah, setelah disaring-saring gitu tinggal 5. Eh udah jauh ternyata gue mau dipecat karena suara gue cempreng banget. Gue nggak mau dipecat dong! Akhirnya gue training setiap hari disuruh humming di rumah PDnya. Jadi gue latihan ke rumahnya setiap hari disuruh humming, ngatur diafragma selama seminggu lebih. Setelah itu latihan baca, intonasi, capek tahu nggak sih lho. Tapi gue berterima kasih lah.
Setelah di radio, kenapa mau merambah ke televisi?
Gue bilang sama nyokap kalau mata pencaharian gue cuma di radio bisa mati gue. Gue pengin hidup gue nggak susah, pengin dilihat sama orang dari segala macam aspek gitu. Gue mau di televisi! Nah tiba-tiba ada tawaran untuk di Cross Check tapi harus ada pengalaman. Nah, kebetulan SCTV lagi buka lomba penyiar tuh. Ya sudah gue usaha lagi tuh di situ!
Jika diminta memilih antara dunia balap dan jurnalistik, pilih mana?
Gue mau semuanya. Karena gue cinta semuanya. Bukan karena doyan duit. Tapi karena gue cinta pekerjaannya. Kalau gue pilih kerjaan yang lo suka itu nggak berasa kayak kerja.
Rally Marina memang bukan seseorang yang cepat merasa puas ketika sudah menguasai satu bidang. Ia akan terus dan terus mengeksplorasi hal-hal yang belum pernah dicicipi. Sukses, bersinar selalu, dan jangan berhenti bermimpi, Rally Marina.