Fimela.com, Jakarta Berbagai kisah percintaan yang indah, baik milik orang terkenal maupun bukan, secara tidak langsung menjadi inspirasi. Dari sana kita bisa mendapatkan pelajaran, dari sana kita bisa mendapat sedikit gambaran harus ke mana kita melangkah membawa hubungan ini. Dari sana, kita bisa mulai mengatur tujuan.
BACA JUGA
Advertisement
Mengikuti bahasa kekinian, menjadikan hubungan orang lain sebagai inspirasi untuk diterapkan pada hubungan kita sendiri itu biasa disebut dengan relationship goals. Sayangnya, tak jarang di antara kita yang mengartikan itu dengan sangat dangkal. Ketimbang memaknai proses dan pembelajaran untuk sampai ke sana, malah buru-buru mencapainya dengan jalan pintas. Cuma mau mesra-mesraan di foto biar bisa update medsos saja, tapi mengabaikan terciptanya bonding yang kuat di antara mereka. Padahal foto bisa direkayasa. :p
So, mana yang lebih penting? Memaknai proses, bagaimana pun hasilnya nanti, atau fokus pada hasil dan mengabaikan proses?
Sebagai saran, sih, biar pasangan-pasangan yang berbahagia di luar sana jadi penyemangat saja. Seperti kisah Hamish Daud dan Raisa, misalnya. Iya, hubungan antara penyanyi cantik dan aktor tampan ini memang tampak indah dan bahagia seperti fairy tale. Meski belum berlangsung lama, tapi kemesraan antara keduanya tak terbantahkan.
Raisa seperti tuan putri yang begitu dicintai pangerannya, dan Hamish juga bertindak layaknya seorang gentle man yang selalu memperlakukan pasangannya dengan penuh cinta. Uh, manis banget!
Lalu apakah semua hubungan harus seperti mereka? Apakah semua pasangan harus menirunya? Tentu tidak. Memang ada pelajaran yang bisa diambil dari hubungan Hamish dan Raisa, tapi tak perlu disamaratakan dengan hubungan semua orang.
Beda Hubungan, Beda Cara Memperjuangkan
Iya, memang, pacaran lama-lama nggak menjamin akan ke pelaminan bersama, dan pacaran yang sebentar bisa saja memotong waktu langsung mengarah ke pernikahan. Tapi, bukan berarti pacaran lama-lama itu nggak ada untungnya, dan pacaran sebentar lalu menikah itu lebih baik. Ini hanya soal kapan kamu dan dia akan belajar melangkah dengan stabil; sebelum pernikahan atau sesudah pernikahan? FYI aja, pacaran lama-lama itu membuat kamu belajar banyak tentang menjadi pasangan yang baik, bersama dia atau nggak di pernikahan nantinya, pelajaran itu tetap akan jadi milikmu, jadi nggak ada ruginya.
Nggak mengumbar kemesraan memang bukan berarti nggak serius. Bisa jadi karena memang dia nggak suka main media sosial, atau juga karena ada hati lain yang perlu dijaga. Eh, siapa tahu, kan? Kan setiap pasangan punya kisahnya sendiri-sendiri. Bagi hubungan Hamish dan Raisa begitu, bukan berarti berlaku sama pada hubunganmu.
"Pacaran sebentar nggak apa-apa, yang penting langsung ke pelaminan." Salah! "Yang penting" itu bukan langsung ke pelaminan atau nggak-nya, tapi bagaimana di antara pasangan tersebut ada keyakinan yang kuat. Kalau baru pacaran sebentar lalu keyakinan itu ada, tentu saja layak untuk langsung naik pelaminan seperti Hamish dan Raisa. Namun kalau tidak ada, sebaiknya pernikahan itu menjadi hal terakhir yang dipikirkan setelah mengenal satu sama lain lebih dalam.
Intinya, kamu, kita semua, nggak perlu menjadikan apa yang tampak dalam hubungan orang lain itu sebagai acuan harus bagaimana hubungan yang kita jalani dengan pasangan kita saat ini. Kalau memang baik, jadikan penyemangat agar kita juga bisa sebaik mereka, boleh-boleh saja. Tapi nggak untuk ditiru semuanya, karena setiap pasangan pasti punya definisi 'baik' yang berbeda dan butuh cara yang berbeda pula untuk mewujudkannya.