Fimela.com, Jakarta Disadari atau tidak, banyak orang, termasuk saya yang seringkali menaruh harap pada orang lain. Namun, seperti yang selalu dikatakan oleh orang bijak, ekspektasi itu membawa luka. Apalagi ketika saya menaruhnya pada manusia. Bisa berkeping hati ini hancurnya.
***
Hal ini bukan hanya tentang percintaan saja. Menaruh harap pada manusia memang miliki risiko kehilangan kepercayaan dan merasa sakit hati yang sangat besar. Selalu ingat bahwa penyesalan selalu datang belakangan.
Advertisement
Bagaimana tidak, ketika kamu mempercayakan kebahagiaanmu pada orang lain, sementara kamu bukanlah salah satu orang yang terpenting dalam hidupnya. Bukankah itu menyakitkan? Bukan hanya itu, ada sederet alasan yang membuat saya enggan untuk memberikan rasa percaya saya begitu saja kepada orang lain.
Semakin bertambahnya usia, saya semakin percaya bahwa kutipan "keep your expectation low" juga merupakan hal yang sahih. Bagi saya sekarang, mencoba dan menjalani saja sudah cukup. Berharap hasil yang terlalu merupakan hal yang bisa membuat diri jatuh sejatuh-jatuhnya. Namun, bukan berarti saya harus berhenti berharap, bukan?
Jika kamu tipe yang sering galau karena sering ditinggal pacar atau gebetan, mungkin ini adalah sebuah saran yang menarik. Karena, harapan yang kamu percayakan pada orang lain, belum tentu orang lain bersedia untuk merawatnya. Lantas, apa yang harus kamu lakukan?
Letakkan harapan pada diri sendiri. Ketika kamu dikecewakan oleh diri sendiri, tak ada hal yang lebih baik selain kembali berusaha meski rasa kecewa pasti ada. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, namun (bagi saya pribadi) nampaknya lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri dibandingkan dengan memaafkan orang lain.
Ketika kamu berharap dibahagiakan oleh pacar, kenapa kamu nggak mencoba untuk membahagiakan diri sendiri? Jika kamu mengharapkan diberi perhatian oleh si gebetan dengan cara dia mengirim pesan duluan, kenapa nggak mencoba untuk mengiriminya pesan duluan dan tunjukkan kalau dia menarik perhatianmu?
Dalih gengsi dan harga diri toh cuma dalih. Ketika kamu berpikir, "kalau dia nggak ngerespon dan saya malu, siapa yang mau tanggung jawab?". Saya cuma ingin bertanya, "memangnya kamu lebih memilih untuk tidak mengambil risiko ketimbang melihat dia diambil orang lain?". Jika jawabanmu adalah 'iya', berarti memang kita tak sejalan. Karena bagi saya cinta butuh perjuangan. Saya memilih untuk tidak menjadi pengecut untuk masalah hati.
Advertisement
Termakan Gengsi dan Ujung-ujungnya Menyalahkan Sakit Hati
Gengsi memang diperlukan. Karena bagi saya, harga diri adalah harga mati. Meski akan tetap memperjuangkan orang yang sangat saya cintai, namun jangan pernah melupakan batas diri. Ya, harga diri adalah yang terpenting.
Katakanlah saat ini kamu tengah berjuang untuk mendapatkan dia yang mencuri hatimu. Ketika memperjuangkan adalah keharusan, namun kamu juga harus tahu rambu-rambu yang berlaku. Jika dia tak bisa menghargai usaha lagi waktumu secara terus menerus, silahkan mundur perlahan.
Ketika kamu sudah berusaha dan usaha tak membuahkan hasil sesuai ekspektasi, toh rasa kecewa takkan sebesar kamu nggak berusaha sama sekali. Bukankah menyenangkan bisa bersama dengan dia walau hanya dalam kurun waktu sementara?
Lalu, bagaimana dengan kamu yang termakan gengsi dan memutuskan untuk tidak membuat langkah apapun? Ketika melihat dia bersama dengan orang lain, kamu mungkin hanya akan menyalahkan rasa patah hati. Curhat sepanjang malah pada sahabat dan mati penasaran dengan pertanyaan "kalau gue deketin dia dulu, kira-kira bakal begini nggak ya?".
Akan selalu ada pertanyaan "kalau saja" dalam benak ketika kamu kehilangan sesuatu sebelum mencobanya. Lalu, akankah kamu tetap membiarkan pertanyaan itu hadir dan menghantui?
Jangan sampai, rasa gengsi malah membawamu pada rasa sakit hati. Karena jika iya, maka yang akan kamu lakukan adalah menyalahkan hal yang sudah lewat. Apalagi ketika kamu malah berharap si dia yang mulai mendekatimu. Hmm.. sakit hati dua kali lipat, selamat datang!
Mencintai bukanlah sebuah hal yang memalukan. Karena cinta adalah hal yang membuat manusia menjadi seorang manusia. Bukankah tanpa adanya cinta yang ada hanya huru-hara?
Jangan lupa mencintai hari ini!
Floria Zulvi,
Editor Kanal Sex and Health Bintang.com