Fimela.com, Jakarta Pada satu fase dalam kisah percintaanku, aku pernah jadi pacarĀ yang sangat cemburuan. Kalau aku menemukan cewek lain berada di jarak 5 meter dari pacarku, aku akan bersiap-siap untuk meminta cewek itu pergi. Belum lagi kalau cewek lain itu ada di kolom chat pada ponsel si dia. Pasti aku langsung cari segala informasi tentang dia lewat medsosnya, cari tahu apa kepentingannya dan apa urusannya dengan pacarku. Siapa sih cewek ini? Memangnya nggak tahu kalau aku pacarnya, ya?
BACA JUGA
Advertisement
Semua itu terjadi bukan tanpa alasan. Dulu, pacarku lah yang memberikan api pada bara kecemburuan di hatiku. Sikapnya yang ramah dan tak bisa menolak orang lain itu yang jadi racunnya. Bagi cewek-cewek di luar sana, banyak yang menyalahartikan itu sebagai "suka". Padahal mungkin awalnya biasa saja, tapi mereka jadi semakin giat mendekatinya. Bayangkan, bagaimana aku tak cemburu?
Makan hati, memang. Rasanya pacarku tak ada baik-baiknya. Kalau sudah cemburu, semua yang pernah dia lakukan itu hilang. Di mataku dia cuma jadi pasangan yang tak bisa menjaga perasaanku.
Tapi itu dulu. Sekarang, setelah kami berdua sama-sama belajar dari kesalahan, keadaan jadi jauh lebih baik. Dia bisa lebih tegas bersikap terhadap siapapun cewek lain yang 'mendekatinya' untuk suatu alasan khusus yang kami tahu apa. Sedangkan aku, justru senang jika pacarku digoda cewek lain. Alasanku sederhana.
Kenapa Aku Tak Lagi jadi Pacar yang Tukang Cemburu?
Kalau ada cewek lain yang terang-terangan menyenangi pacarku karena sikap manisnya, bagiku itu pengingat betapa beruntungnya aku. Cewek itu hanya mendapatkan kebaikannya yang juga ia berikan kepada hampir semua orang. Sementara aku, sebagai pacarnya, tentu mendapatkan yang lebih dari itu. Kenapa aku harus cemburu? Biar kuanggap kebaikan hati pacarku dan kebahagiaan yang kudapat darinya ini sebagai rezeki, dan sebagian dari rezeki yang kita miliki itu ada hak orang lain, kan?
Lanjutkan saja, hai kamu yang menggoda pacarku. Kuanggap diriku sedang beramal.
Dulu, aku tahu dia seringkali jadi sosok pacar idola buat cewek-cewek itu dan itu membuatku merasa sangat insecure. Tapi sekarang tidak lagi. Sebab dia telah membuktikannya selama ini, bahwa betapapun dia punya banyak opsi lain di luar sana, dia tetap memilihku. Bukankah itu berarti aku istimewa baginya?Ā
Lagipula, yang mereka lihat hanya sosok cowok yang manis, bersikap lembut dan memperlakukan cewek dengan sangat baik, sementara padaku dia telah memperlihatkan kelemahannya, kekurangannya, dan segala yang tak ditunjukkannya pada orang lain. Bukankah aku lebih beruntung dari mereka? Jelas, tak ada lagi yang perlu aku cemburui.
Jadi, silahkan saja dekati pacarku. Aku tak keberatan. :)