Fimela.com, Jakarta Aku tak bisa membohongi perasaan bahwa aku mencintaimu. Membuatmu bahagia dan menghindari konflik tak berguna adalah dua hal krusial yang selalu kuusahakan. Namun, bagaimana mungkin kamu dengan tega meminta untuk menjauhi sahabatku sendiri?
BACA JUGA
Advertisement
Tak tahukah kamu bahwa mereka adalah orang-orang yang memintaku untuk membuka hati meski aku sempat tak percaya adanya cinta. Ketika aku sudah hampir tak percaya lagi dengan adanya cowok yang setia. Mereka, para sahabatku yang dengan semangatnya memintaku untuk mencoba percaya kembali pada bahagia.
Pula, aku tak bisa memungkiri bahwa kehadiranmu membuatku bahagia. Pelukmu membuatku memahami mengenai rasa sakit yang pernah kurasakan akan terganti oleh bahagia.
Namun kini, cintamu berubah seperti seutas tali. Membatasi ruang gerakku. Menghalangi langkah untuk menemukan bahagiaku sendiri. Aku hanya ingin berbagi tawa dengan para sahabat. Karena, mereka adalah orang yang selalu ada dalam setiap titik terendah dan bahagia mendera.
"Aku tak ingin waktumu bersamaku terbagi,". Begitulah alasanmu. Sayang, tak mengertikah bahwa kamu akan selalu ada dalam daftar prioritasku? Seperti aku yang membiarkanmu asik dalam game online dan bermain futsal dengan sahabatmu, pun aku menginginkan kebebasan serupa.
Bukannya kamu tak memberi kebahagiaan, namun aku tetap menginginkan waktu bersama para sahabat. Terlebih, merekalah yang secara tak langsung mendukungmu kala mendekatiku dahulu.
Tak bisa kah kamu mempercayakan aku pada mereka? Tak sadarkah aku mengenal mereka jauh lebih dahulu ketimbang kamu dan hidupku pun baik-baik saja. Seperti kamu ingin bermain futsal, aku pun ingin bersama mereka keliling mall.
Kamu memang memiliki cintaku. Namun tak bisa dipungkiri bahwa kamu tak berhak menerima semua waktuku. Karena bagaimana pun, aku harus membagi waktu untuk keluarga, sahabat, bahkan diriku sendiri.