Fimela.com, Jakarta Fahd Pahdepie mengaku jika novel terbarunya yang berjudul Angan Senja dan Senyum Pagi jauh berbeda dengan novel-novel sebelumnya yang ia tulis. “Novel yang satu ini lebih sederhana, santai, lebih nggak berusaha untuk terlihat pintar. Karena mungkin dulu saya terjebak sebagai penulis yang ingin terlihat pintar,” ujar Fahd Pahdepie dalam acara launching novel Angan Senja dan Senyum Pagi di Bakoel Koffie, Jakarta Pusat, Sabtu (25/3/2017).
BACA JUGA
Advertisement
Serius atau pun tidak, nyatanya novel Angan Senja dan Senyum Pagi ini telah sukses dipasaran. Hanya dalam waktu 12 jam, dalam pembelian pre order novel tersebut sudah terjual sebanyak 1.500 eksemplar. Selain itu, meskipun belum diterbitkan novel yang covernya menggunakan lukisan berjudul Rainy Night, karya pelukis impressionisme modern terkenal asal Belarus yang tinggal di Amerika, bernama Leonid Afremov tersebut telah jadi best seller.
Dalam acara launching yang juga dihadiri oleh para penggemar setianya, Fahd Pahdepie membahas sedikit soal tema yang diangkat dalam novel Angan Senja dan Senyum Pagi. “Kita akan bicara soal ingatan dan kenangan. Di luar semua hal yang diceritakan, sebetulnya membicarakan satu tema. Saya mau ngajakin orang untuk membahas ingatan dan kenangan. Segala hal dalam hidup ini dibangun dengan kenangan. Mari kita memasuki dunia yang agak absurd,” ujar pria kelahiran 22 Agustus 1986 ini.
Namun saat ditanya apakah buku tersebut menceritakan soal kenangan dirinya atau pengalaman pribadi, maka Fahd Pahdepie punya jawabannya sendiri. “Nggak, ini kalau secara pekerjaan ini novel saya yang paling mekanikal. Nggak melibatkan pengalaman diri sendiri. Ingin mengemas suatu cerita kepada pembaca. Berkarya adalah mengeluarkan segala perasaan kita. Ada pengalaman yang saya alami ada di situ, tapi ini bukan cerita saya,” jelas Fahd Pahdepie.