Fimela.com, Jakarta Banyak orang yang suka memakai WiFi, terutama WiFi publik yang gratis alias free-wifi. Biasanya kita merasa senang dan langsung menyambungkan laptop, ponsel maupun gadget lainnya begitu mendapati suatu tempat punya WiFi publik. Tapi ternyata, ada risiko besar saat menyambungkan ponsel ke Wi-Fi publik?
"Orang sering merasa senang saat terhubung ke Wi-Fi publik dan yakin tidak ada hal buruk yang akan terjadi," ucap Advokat Keamanan, Unit Bisnis Konsumen Symantec, Nick Savvides, saat peluncuran Norton Wi-Fi Privacy di Jakarta, seperti dilansir dari antaranews.
Advertisement
BACA JUGA
Ponsel menyimpan banyak informasi pribadi, mulai dari alamat surat elektronik sampai akun bank, sasaran empuk para peretas. Banyak yang menilai tak masalah menggunakan jaringan Wi-Fi yang tersedia di fasilitas umum seperti bandara, hotel dan kafe, padahal Wi-Fi publik yang tidak aman berisiko disusupi peretas yang mengincar data-data yang ada di dalam ponsel.
Dengan perangkat lunak di komputer, peretas bisa mendapatkan informasi situs apa yang sedang diakses, konten yang dilihat, operating system yang digunakan sampai alamat e-mail dan memonitornya secara real time. Begitu mendapatkan akses ke ponsel, peretas akan mencuri identitas dan kata kunci yang dapat berakibat pada kerugian finansial.
Lalu bagaimana cara mengatasi dan mencegah hal seperti itu terjadi pada kita? Ada sejumlah cara. Salah satunya, saat memakai Wi-Fi publik, jangan abaikan tanda peringatan yang muncul, terutama ketika memberitahukan jaringan tersebut tidak aman. Menurut Savvides, lebih baik menggunakan Virtual Private Network (VPN), jaringan pribadi virtual yang bisa melindungi data penggunanya.
Koneksi melalui VPN terenkripsi sehingga data pengguna tidak bisa dilihat oleh penjahat siber. Savvides mencontohkan menggunakan VPN dari Symantec, data yang dapat dilihat peretas adalah bahwa perangkat tersebut terhubung ke jaringan Symantec, tidak ada informasi data pribadi.
Berdasarkan Norton Cyber Security Insight Report 2016, 90 persen konsumen Indonesia memakai koneksi Wi-Fi publik. Namun 51 persen dari mereka tidak bisa mengidentifikasi apakah jaringan Wi-Fi yang digunakan aman. Selain itu, baru 36 persen yang terhubung ke jaringan Wi-Fi dengan menggunakan VPN secara teratur.