Fimela.com, Jakarta Diguyur hujan sejak dini hari, banjir kepung Jakarta, Selasa (21/2). Laporan dari berbagai penjuru Ibu Kota disiarkan, termasuk lewat media sosial. Namun jejaring komunikasi yang satu ini tak semata memberi informasi atau unggahan gambar lokasi banjir. Bersama sejumlah tweet, netizen pun menyeret nama Ahok dan topik Pilkada DKI.
Dikemas dalam berbagai persepktif, di mana terdapat pro dan kontra, ketiga bahasan tersebut dikicaukan dengan #JakartaBanjir. "#JakartaBanjir dinormalisasi sungai, ada yang nggak mau, giliran banjir, bisanya hanya menyalahkan dan nyinyir," tulis @vantikayani.
Advertisement
BACA JUGA
"#JakartaBanjir yang ngira banjir Jakarta bisa diatasi hanya dalam sekejap mata juga nggak rasional. Normalisasi saja masih dalam proses kan? Belum lagi pertentangannya," sambung @reopanblog. "Bayangkan kalau #AHOK nggak kerja selama ini. Mungkin bukan #JakartaBanjir lagi tapi udah #JakartaTenggelam.
Sadar nggak hujan deras udah dari 2 minggu?" cuit @AndryWid.
Di antara tweet bernada demikian, ada pula yang menyuarakan berbeda. "Jakarta banjir ya... Oh.... Perasaan kemarin ada yang bilang jakarta udah nggak banjir... Oh... Mungkin cuma perasaan doang #JakartaBanjir," kicau @mutysaraswaty. "Jangan takabur jadi pemimpin. #JakartaBanjir," saut @zoffar_ahmad. "Anggap saja ini teguran, biar warga sadar, milih pemimpin tuh yang muslim #JakartaBanjir," ujar @WildaRahmii.
"Apa ukuran yang fair untuk menilai #JakartaBanjir? Apakah revitalisasi sungai belum selesai? Hujan terus menerus di hulu? atau isu #pilkadadki2017? kata @djohanarifman. Meski timeline begitu panas pagi ini, banyak juga yang sepertinya ingin berpendapat netral, seperti @erunaeri yang berkicau, "Apakah anda sudah membantu pemerintah dengan tidak membuang sampah sembarangan? Jangan cuma bisa menyalahkan, kita juga harus berubah. #JakartaBanjir".
Dengan berbagai perspektif yang ada, banjir Jakarta, Ahok dan Pilkada DKI jadi topik yang menghiasi timeline sejak Selasa (21/1) pagi. Ketika sebagian percaya berbenah dimulai dari diri sendiri, beberapa menggunakan isu tersebut untuk menyuarakan pertentangan dengan pemerintah, sementara sisanya pro.