Fimela.com, Jakarta “Saya bisa begini karena saya memilih jalan hidup saya sendiri, berdasarkan hati nurani yang dipertanggung jawabkan dengan penuh kedewasaan,” itulah sebuah kalimat yang sempat diucapkan oleh perancang mode senior Musa Widyatmodjo ketika berbincang bersama Bintang.com di kantornya yang berada di daerah Jakarta Barat.
BACA JUGA
Advertisement
Di ruang kerjanya yang dipenuhi dengan buku-buku soal fashion Musa kembali mengenang masa lalunya. Kalau kamu menjadi salah satu penggemar rancangan Musa Widyatmodjo, maka mungkin sudah seharusnya kita berterima kasih kepada orangtua Musa yang telah berbaik hati membiarkan anak kesayangannya itu terjun ke dunia fashion.
“Awalnya memang tidak disetujui karena mereka tidak mengerti dunia fashion dan mereka merasa bahwa fashion itu bukan sebuah profesi, tapi sebuah hobi, fashion itu adalah urusannya perempuan,” ujar Musa menirukan perkataan sang ayah tercinta.
Tapi tentu saja itu adalah sebagian masa lalu yang sudah berhasil dilalui oleh Musa. Banyak peristiwa atau pun kejadian yang ia alami, dari mulai dilarang orangtua, hingga ditolak oleh beberapa perusahaan. Namun kegagalan tidak pernah menyurutkan semangat Musa yang dari awal memang ingin terjun ke industri fashion.
“Saya tahu perjalanannya tidak mudah. Tapi kuncinya harus satu apapun yang ada di depan kita ya hadapi saja. Percaya kalau Tuhan memang sudah menuliskan semuanya,” tegas Musa. Keyakinan itulah yang membuat Musa bisa terus eksis hingga saat ini di indutri fashion Tanah Air.
Musa yang menamatkan pendidikan fashion di Drexel University, Philadelphia, Amerika Serikat dan telah berkiprah di bidang mode fashion selama 25 tahun, ia tentu sudah banyak pengalaman dalam menjalankan bisnisnya.
"Sekitar 25 tahun silam atau pada 1991, saya mulai membangun label M by Musa. Waktu itu, saya tidak pernah memikirkan apakah karya saya bisa diterima oleh masyarakat. Yang terpikir oleh saya hanyalah membuat karya dan berusaha," kata dia.
Kepada Bintang.com, Musa Widyatmodjo membagi pengalaman hidupnya, mulai dari kisah kegagalan hingga kisah kesuksesannya. Di bawah ini adalah perbincangan lengkap Bintang.com dengan salah satu desiner kebanggaan Indonesia.
Advertisement
Berusaha Meyakinkan Orangtua
Puluhan tahun terjun di dunia fashion ternyata Musa Widyatmodjo memiliki kisah yang menarik di awal kariernya, atau bahkan saat ia baru memutuskan bahwa dunia fashion akan menjadi salah satu hal yang paling berharga dalam hidupnya kelak.
Bagaimana Anda menggambarkan diri Anda ketika masih kecil? Apakah memang sudah suka dengan dunia fashion?
Waktu masih kecil saya tertarik dengan dunia seni si iya, tapi tidak memperdalam hal itu. Pernah ikut les tari. Tapi keluarga memang nggak ada latar belakang seni. Kalau desain mulai dari SMA, saya suka mengamati. Kenapa orang memakai sepatunya ini, bajunya begitu. Tapi, dari kecil saya sangat suka dengan baju-baju bagus. Setiap Natal dan Lebaran pergi ke tailor membuat baju baru.
Sejak kapan dan bagaimana Anda memutuskan bahwa fashion adalah passion Anda?
Kira-kira sejak saya sekolah di Amerika, awalnya hanya mengagumi saja, dalam kepala saja, saat di Amerika tahun 84 saya melihat buku Lady Diana, wawasan saya terbuka. Tante saya nanya, “kamu nggak mau belajar fashion?”. Saya tanya,”Memang ada sekolah fashion?” tante saya bilang ada sekolah universitas khusus fashion. Karena orangtua saya memang kan maunya saya masuk universitas.
Bagaimana cara meyakinkan orangtua yang awalnya tidak merestui Anda menjadi desiner?
Saya berdiskusi dengan orangtua saya. Apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh orangtua untuk anaknya? Ayah saya mengatakan yang penting buat dia anaknya bahagia, bisa cari uang, dan uangnya halal, ayah saya berpikir terserah kamu. Waktu itu saya berpikir, saya yang menjalani semuanya biarkan saya berjalan sesuai dengan minat dan bakat saya.
Sejak kapan akhirnya seorang Musa Widatmodjo terjun ke dunia fashion?
Sejujurnya saya hanya memilih bidang fashion itu waktu saya kuliah di Amerika. Kemudian setelah sekolah saya menyadari bahwa kayaknya saya harus pulang ke Indonesia. Itu kira-kira tahun 1991, saat itu saya melamar pekerjaan di Amerika tapi tidak dapat. Dan saya menyadari bahwa Tuhan itu menginginkan saya untuk barkarier di Indonesia, tidak di luar negeri.
Pulang ke Indonesia katanya Anda juga sempat ditolak oleh beberapa perusahaan?
Karena waktu itu industri fashion belum seperti sekarang. Rumah mode juga belum berkembang, peluang juga belum banyak seperti sekarang. Waktu itu saya mencoba masuk, akhirnya ada perusahaan yang manggil saya, tapi itu di garment industry, tapi saya tidak tertarik untuk ke dunia itu. Akhirnya saya memulai sendiri, dengan sarana yang sangat sederhana.
Selain jadi desainer, Anda menghabiskan waktu selama 15 tahun menjadi seorang guru, bagaimana cerita awalnya sampai Anda akhirnya menjadi seorang guru?
Nggak lama pulang dari Amerika saya lihat di koran ada lowongan guru fashion design. Sebenarnya saya nggak bisa ngajar, saya dulu lebih introvert. Saya bawel karena sekolah di Amerika, di sana harus terbuka, harus berani berbicara, saya dilatih untuk presentasi. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajar di Inter Studi, saya disuruh ngajar PR, tentang berbusana. Itu bukan keahlian saya, tapi saya beli banyak buku, dan belajar dari situ. Lalu yang kedua saya mengajar design. Ada kebanggaan tersendiri ketika mengajar, murid-murid saya sudah pada sukses, mereka masih mengingat saya.
Mencoba untuk Tidak Pernah Takut
Berawal dari sebuah mesin jahit milik sang ibu, serta hanya bertempat di garasi rumahnya, Musa Widyatmodjo memulai kariernya di dunia fashion. Dari garasi rumah tersebut kini Musa memiliki sebuah PT yang diberi nama PT Musa Atelier yang membawahi beberapa lini, yakni Musa Widyatmodjo, lalu M by Musa, dan Musa Co.
Cerita awal karier yang tidak akan pernah dapat Anda lupakan?
Saya sempat ikut Lomba Perancang Mode (LPM) Femina. Saya tidak juara, karena waktu itu pas saya pulang ke Indonesia, saya tidak kenal tukang jahit, jadi hasilnya kurang sempurna. Tapi saya melihat bahwa untuk menjadi orang yang sukses itu tidak perlu menjadi seorang juara karena pada akhirnya juara itu tidak menjamin kesuksesan seseorang.
Awalnya jahit orang biasa-biasa aja. Lalu mendapatkan tawaran untuk masuk ke Pondok Indah Mall, kalau nggak salah tahun 1992. Saya menawarkan barang, kemudian saya menyanggupinya. Nggak punya pengalaman apapun juga, dan bersyukur berhasil.
Susah nggak untuk membangun lini bisnis fashion sendiri?
Kalau susah si iya, tapi saya dibantu oleh keluarga, partner bisnis, karyawan, itu semua sudah sangat “wow”. Modal menurut saya tidak pernah cukup. Karena intinya begini, tidak ada sesuatu yang dimulai secara instan, kemudian dalam waktu yang sangat singkat, dan jarang sekali orang yang mau membantu tanpa mengetahui dulu, kecuali ibu dan bapak, keluarga.
Kini Anda memiliki tiga lini bisnis fashion, kok bisa?
Pertama dengan berjalannya waktu, kedua karena ada peluang bisnis dan tantangan, ketiga karena saya orang yang agak nekat, dan berani mengambil risiko. Akhirnya jadi punya anak tiga. Awalnya memang jujur saya tidak berani.
Mulainya selalu dari nol atau sederhana, tapi lama-lama nggak sederhana lagi. Pertanyaannya kamu mau ada di zona nyaman, atau bersedia di zona yang akan tumbuh? Saya hanya mengikuti kode dari Tuhan. Berusaha dan berdoa, semuanya pasti langsung dikasih jalan. Dari garasi akhirnya saya punya ruko, punya PT. Janjinya saya sama Tuhan tuh saya pengin jadi saluran berkat, artinya saya mau bagi-bagi berkat sama orang lain. Apa yang terjadi di depan saya hadapi.
25 Tahun Ada di Industri Fashion, Bagaimana Perkembangannya Menurut Anda?
Masyarakat Indonesia itu masyarakat yang fashionable banget dari seluruh dunia. kenapa? Yuk, kita lihat budaya kita yang lama-lama semakin hilang. Prosesi pernikahan saja, baju adatnya diubah, maunya yang simple, akhirnya semua pada lupa sama budayanya sendiri. Seharusnya seiring perkembangan fashion, kebudayaan itu juga harusnya tidak terlupakan.
Kalau sekadar toko banyak, produk asing banyak, pemakai banyak, tapi orang yang mengerti ilmu fashion itu sedikit. Ilmuan fashion sedikit, bahkan perancang mode aja sedikit. Pada saat saya bilang begitu biasanya semua orang pada bengong. Berkembang dalam satu sisi iya. Banyak yang masih dibutuhkan untuk mengembangkan dunia fashion itu sendiri.
Tips sukses dari Musa Widyatmodjo?
Kamu harus tahu apa yang kamu mau. Karena itu yang akan menentukan segala-galanya. Kamu mau sukses? Caranya bagaimana? Kan kamu yang harus tahu, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Banyak kok desiner, banyak yang berhasil dan banyak yang gagal. Aku harus tahu apa yang aku mau. Aku harus kerjakan yang aku mau. Aku harus investiasi untuk apa yang aku mau. Investasi bukan cuma soal uang, tapi juga ilmu, networking. Selain tekun dan sabar, karena nggak ada yang instan.